Minggu, 09 Agustus 2009

TAHLIL YANG SEBENARNYA

TAHLIL
YANG SEBENARNYA

O
L
E
H

H. IMAM MUCHLAS








PENGATAR
الحمد لله رب العالمين نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ به من شرور انفسنا ومن سياءت اعمالنا من يهدالله فلامضل له ومن يضلل فلا هادي له-اشهد الااله الاالله وحده لاشريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله الذي لانبي بعده
اللهم صل وسلم علي نبينامحمد سيد المرسلين وعلي اله واصحايه والتابعين والمجاهدين في سبيل الله الي يوم لدين

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah Maha Pengasih
Segala puji bagi Allah seru sekalian alam, Allah telah memilih kita untuk diberi taufiq dan hidayah-Nya sehingga kita menjadi orang yang beriman dan beragama Islam.Ya Allah anugerahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat dan tabi’in serta mujahidin fi sabilillah ila yaumid-din.
Penulis buku ini bermohon moga-moga penulis dibersihkan Allah dari niat yang lain, kecuali sebagai jalan untuk mencari taufiq dan kesesuaian amalan kita ini dengan hidayah Allah yang lebih Ibtigha`a mardhatillah, lebih tinggi lagi untuk Li I’la` kalimatillah hiyal ‘ulya guna menjunjung tinggi kalimah Thayyibah La ilaha illa Allah.
Di dalam buku ini ada beberapa kode dan nomer sebagai cara merujuk apa yang ditulis dalam buku ini, yaitu:
~ Nama buku dan pengarangnya dapat dilihat dalam daftar kepustakaan di belakang
~ Penunjukan kepada Al-Quran, huruf s = nomer surat, huruf a = nomer ayat
~ Rujukan hadis hanya menunjuk nomer, maka hadis itu kopian atau nukilan dari kitab Kutubut Tis’ah dalam Compct Disk (CD) yang hanya dapat dibuka lewat komputer, bunyi atau tulisan tidak ada perubahan.
~ Karena kesempatan dan kesempitan yang sangat menekan maka kekurangan dan kesalahan akan diperbaiki dalam waktu yang memungkinkan. Untuk ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kepada semua yang ikut membantu meneruskan kebenaran Islam melalui semua jalur dan jaringan termasuk buku ini, semoga semuanya mendapat rahmat dan barokah Allah anugerah paling ideal Jannatun na’im. Amin.

Sidoarjo 15 Mei 2005M
6 Jumadil Akhir 1426M


(H.Imam Muchlas)




















TAHLIL
YANG SEBENARNYA

I. Pendahuluan
Para ulama membagi agama itu ada dua macam yaitu: Pertama Agama Samawi artinya agama dari langit dan kedua agama Ardhi maksudnya ialah agama hasil pikiran manusia, sehingga yang kedua ini juga dinamakan agama Budaya dan di dalam Ilmu Filsafat yang kedua ini disebut Teologi, yaitu suatu faham ketuhanan yang tumbuh berpangkal dari akal terhadap peristiwa kejadian alam saja, Para penganut faham ini mengakui adanya Tuhan berdasarkan akal melulu. Sayang sekali para ahli pikir Teologi ini berhenti hanya pada pengakuan adanya Tuhan. Bahkan pengakuan itupun tidak jelas dan tidak seragam bagaimana sifat-sifat sesuatu yang mereka duga sebagai Tuhan itu, sehingga keterangannya saling berbeda menurut pikiran mereka masing-masing, bahkan Teologi itu tidak mempunyai agama bagaimana pelaksanaan ajaran Tuhan hasil penemuan akal mereka itu.
Faktor yang membedakan manusia dari makhluk hewan ialah bahwa manusia itu mendapat anugerah akal yang kerjanya ialah mencari ilmu dan mencari kebenaran. Dan benar yang mutlak hanya kebenaran dari Allah diturunkan kepada manusia melalui wahyu yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Agama langit mempunyai ciri-ciri 6 macam sekaligus lawannya adalah agama budaya.
Agama Samawi mempunyai 6 ciri dan kebalikannya adalah agama Budaya, yaitu:
Agama Samawi
1.Disiarkan oleh nabi atau rasul dari Allah
2.Berpedoman kitab suci wahyu dari Allah
3.Sistemkehidupan mengikuti aturanAllah
4.Manusia tidak dapat mengubah agama
5.Agama tidak luntur karena kritik akal
6.Konsep agama bersifat monot eistis

Agama Budaya
1.Tidak mempunyai nabi atau rasul
2.Tidak mempunyai kitab dari Allah
3.Sistem kehidupan diatur oleh akal
4.Agama ditetapkan oleh manusia
5.Agama berubah sebab kritik akal
6.Konsep agama bersifat politeistis

Singkatnya agama Samawi itu segala sesuatunya ditetapkan oleh Tuhan dan berisifat universal, sedangkan agama budaya aturan agama itu dibuat oleh akal manusia dan tidak bersifat universal, tidak seragam, tetapi tergantung kepada orang, tempat dan waktunya, beda orangnya pendapatnya berlainan, beda tempat fahamnya tidak sama dan beda jamannya juga sangat bervariasi. .
Oleh karena itu penganut agama Samawi khususnya agama Islam, maka seluruh amalan ibadah harus ada gantungannya pada aturan Allah atau hadis Nabi Saw., Contohnya seperti Shalat dengan bahasa Indonesia ajaran H.Yusman Roy ditolak oleh kaum muslimin dan diharamkan oleh Majlis Ulama Jawa Timur tg.21 Pebruari 2005 (Lihat Majalah Gatra tg.14 Mei 2005). Dari dasar-dasar itu lalu bagaimana dengan amal ibadah kita sekarang ini? Maka perlu kita renungkan sekarang apa yang terjadi di hadapan kita. Pada tanggal 20 Pebruari 2005 yang lalu Prof.DR. Moh.Amin Rais mantan Ketua PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Jember menyerukan gerakan TAHLIL dalam segala keadaan. Maka masalahnya ialah: 1) Apa yang disebut Tahlil itu? 2) Bagaimanakah hukum Tahlill itu? 3) Bagaimanakah cara berdo’a? 4) Bagaimanakah Tahlil itu sebenarnya? .
II. Tahlil dan masalahnya
Istilah Tahlil asalnya dari bahasa Arab dari kata-kata Hallala-Yuhallilu-Tahlilan ( هلل-يهلل-تهليلا) artinya ialah mengucapkan lafal “La ilaha illa Allah” maksudnya: “Tidak ada Tuhan kecuali Allah”. Maka tidak ada sesuatu yang berhak disembah kecuali Allah. Kegiatan ini merupakan serangkaian tekad kepercayaan Tauhid, percaya dengan yakin bahwa Allah itu Maha Esa, Maha Tunggal, tidak ada sesuatu yang dapat mengurangi sifat absolut Allah dalam segala segi dalam segala ciri seluruh sifat Allah manapun juga, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah itu Maha Esa Mutlak.
Berdasarkan Hukum Adat maka yang disebut Tahlil itu ialah membaca lafal “La ilaha illa Allah” dan serangkaian bacaan tertentu serta berdo’a untuk almarhum orang yang sudah meninggal.dunia, biasanya kepada peserta disuguhi hidangan tertentu dan pulangnyapun dibekali brekat, buah tangan peserta untuk keluarganya.
Tradisi Tahlil
Adat kebiasaan Tahlil sebagaimana yang berlangsung selama ini, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.Mengirim pahala
a. Mengirim pahala bacaan Al-Fatihah dikirimkan kepada Nabi Muhamma Saw. keluarga, isteri, anak-cucu beliau
b. Mengirim pahala bacaan Al-Fatihah kepada para sahabat Nabi Saw dan keluarganya, para nabi dan rasul, para wali dan syuhada`, para ulama alim soleh, sahabat dan tabi’in, para ulama` dan yang mengamalkan ilmunya, pengarang yang ikhlas, para malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama Syekh Abdul Qadir Jailani,
c. Mengirim pahala bacaan Al-Fathah kepada semua roh ahli kubur, kaum muslimin, laki-laki dan perempuan, kaum mu`minin laki-laki dan perempuan dari bagian timur sampai bagian barat, di darat mapun di laut, khususnya bapak-bapak, ibu-ibu kita, kakek-nenek kita, nenek moyang kita laki-laki dan perempuan, para guru kita, guru dari guru kita dan sia-siapa yang menyebabkan kita hadir di dalam perhelatan ini.
2.Membaca surat Al-Quran atau lafal tertentu
Membaca Al-Quran surat atau lafal tertentu dipilih sebagai berikut:
a Surat Yasin
b. Surat Al-Ikhlash, surat Falaq dan surat An- Nas tiga kali serta surat Al-Fatihah
c.. Surst Al-Baqarah ayat 1-5, surat Al-Baqarah ayat 163, surat Al-Baqarah ayat 255; dan surat Al-Baqarah ayat 284-286;Pada bacaan ِارْحَمْنَا يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ – dibaca tiga kali
d. —اِنَّهُ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ Surat .Hud ayat 73 --
e. Ayat 33 surat .Al-Ahzab dan ayat 56 surat Al-Ahzab
f. Shalawat 3x dengan bunyi sebagai berikut:
(1) اَللُّهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَي اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ— نُوْرِ الْهُدَي-- سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
(2) َاللَّهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَي اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ—شَمْسِ الضُّحَي -- سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
(3) َاللَّهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَي اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ—بَدْرِ الضُّجَي -- سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
g. حَسْبُنَا الله ُوَنِعْمَ الْوَكِيْلِ (Akhir surat Ali-‘Imran 173)
h. -نِعْمَ الْمَوْليَ وَنِعْمَ النَّصِيْرِ (Akhir surat Al-Anfal 40:)
i. Hauqalah :--لاَحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
j. Istighfar 3 kali اَسْتَغْفِرُ الله َالْعَظِيْمَ
k. Kalimah Thayyibah (لاَاِلهَ اِلَّالله) dibaca 100 kali didahului dengan bacaan berikut:
اَفْضَلُ الذِّكْرِ اَنَّهُ لَااِلهَ اِلَالله ُحَيٌّ مَوْجُوْدٌ- لَااِلهَ اِلَّالله ُ حَيٌّ مَعْبُوْدٌ- لاَاِلهَ اِلَّالله ُ حَيٌّ بَاقٍ-
dan diakhiri dengan bacaan berikut: لاَاِلهَ اِلَّالله ُ–مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله
l. Shalawat berikut dibaca 3 kali اَللَّهُمَّ صَلِّ عَليَ مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
m. Tasbih berikut dibaca 33 kali سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدهِ سُبْحَا نَ اللهِ الْعَظِيْمِ
n. Shalawat berikut dibaca 3 kali اَللّهُمَّ صَلِّ عَلي حَبِيْبِكَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلي الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

3. Surat Al-Fatihah
4. Membaca do’a
Membaca do’a untuk arwah yang meninggal yang diniatkan oleh shahibul hajat
ااَعُوْذُ بِاللهِِمنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ—بِاسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ—اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ –حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ—حَمْدَ النَاعِمِيْنَ –حَمْدًا يُوَافِئُ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا بَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُاْطَانِكَ –
اَللَّهُمَّ صَلِ وَسَلِّمْ عَلي سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلي الِ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ وَاَرْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الَقُرْانِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّْيَنا عَلي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّي الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً ِالي حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَافِعِنَا سَيِّدِنَا وَقُرَّةُ اَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ وَِالي جَمِيْعِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعَلمَاءِ وَالْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ وَالْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ حُصُوْصًا اِلي سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ اِلْْقَدِيْرِ الْجَيْلَانِيْ ثُمًَّ ِالي جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ وَمَغَارِبها بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْ صًا اِلي ابَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَنَخُصُّ خُصُوْصًا اِلي مَا اجْتَمَعْنَا هُهَنا بِسَبَبِهِ وَلِاَجْلِهِ ----الخ
Demikian lafal bacaan pembukaan do’a untuk almarhum, kemudian diteruskan do’a permohonan maghfirah dan kebahagiaan yang sangat ideal untuk almarhum yang diniatkan untuk upacara Tahlil dimaksud.
Sesudah selesai pembacaan do’a, maka kepada peserta dihidangkan selamatan dan brekat dibawa pulang untuk keluarga yang dirumah.
Singkatnya tradisi Tahlil itu ialah do’a permohonan untuk kebahagiaan almarhum yang meninggal dengan cara: (1) Mengirim pahala; (2) Dzikir; (3) Berdo’a untuk kebahagiaan amarhum.
@ Masalah
Memperhatikan Tahlil yang berlangsung selama ini maka perlu direnungkan dasar-dasarnya melalui pertanyaan berikut:
1. Bagaimanakah hukum Tahlil itu?
2. Apa saja kewajiban orang hidup untuk orang mati?
3. Apakah pengiriman pahala itu bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal?
4. Bagaimanakah amal usaha manusia agar supaya do’a itu terkabul?
5. Bagaimana sebenarnya Tahlil itu?
III Tahilil yang sebenarnya
. A. Hukum Tahlil
1. Hidup menghadapi kematian
• Semua orang hidup pasti akan mati
Hidup itu lawan dari mati, tidak ada hidup tanpa mati, tidak ada mati tanpa hidup, semua orang hidup pasti akan mati, semua yang mati asalnya dia itu hidup. Peri bahasa mengatakan hidup di dunia ini ibarat orang lewat mampir-ngombee artinya singgah meminta minum di tengah perjalanan dan akan melanjutkan perjalanannya menghadap Allah Oleh karena itu untuk meneruskan perjalanan menghadap Allah itu sebelum menghembuskan nafas yang penghabisan kita semua wajib meninggalkan perbuatan syirk sebaliknya berusaha keras meningkatkan iman dan Tauhid me-Maha Esa-kan Allah dengan sungguh-sungguh. Bahkan kita wajib menjaga iman kita itu sampai detik penghabisan, jangan sampai iman kepada Allah yang Maha Esa ini lepas.Allah sendiri berfirman.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ(102)(ال عمران)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”(S.3 Ali ‘Imran 102).
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا(110)(الكهف)
Artinya: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"(S.18 al-Kahfi 110).
• Kunjungan kepada orang sakit
Kebanyakan orang yang akan mati itu lebih dahulu mengalami sakit dan karena sakitnya tidak dapat disembuhkan, kemudian dia meninggal. Rasul Saw. menyerukan kepada kita agar supaya menjenguk kepada orang sedang sakit.
Adapun cara menjenguk orang sakit menurut tuntunan Rasul Saw. ialah:
@Membaca surat Al-Fatihah dan berdo’a untuk kesembuhannya (Bukhari no.2115, Muslim no.4080)…
@ Do’a untuk memohonkan kesembuhan orang yang sedang sakit
أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
Artinya: “Hilangkalah penyakit itu Ya Tuhan, sembuhkanlah dia, Engkaulah Dzat yang menyembuhkan, tidak ada yang dapat menyembuhan kecuali penyembuhan-Mu, kesembuhan seterusnya tidak sakit lagi” (HR. Bukhari no.5243,Muslim no.4061).
Menjenguk orang sakit adalah amal yang sangat terpuji, Rasul Saw. bersabda:
891 قَالَ عَلِيٌّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ حَدِيثٌ حَسَنٌ (رواه الترمذي وابو داود2694)
Artinya: “’Ali berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw. besabda: “Seorang muslim siapa saja yang menjenguk seorang muslim pagi-pagi, maka sungguh 70.000 malaikat mendo’akan dia sampai sore. Jika dia menjenguknya sore hari, sungguh 70.000 malaikat mendo’akan dia sampai pagi dan dia mempunyai taman di dalam surga”(Hadis Hasan. Turmudzi no.891, Abu Dawud no.2694).
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ(7)وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ(8)(ألزلزلة)
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula(S. 99 Az-Zalzalah 7-8)
Semua orang harus menciptakan amal soleh sendiri tidak menggantungkan diri kepada amal orang lain, Allah berfirman:
--لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ (11)(النور)
Artinya: “Masing-masing tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya”(S.24 An-Nur 11).
Orang yang sedang menderita sakit bagaimanapun beratnya tidak boleh mengaduh kecuali hanya kepada Allah saja dan tidak boleh memohon kematian. Nabi Saw. bersabda dalam hadis berikut:
5239 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي (رواه البخاري ومسلم 4840)
Artinya: “Dari Anas ibnu Malik bahwa Nabi Saw. bersabda: “Betul-betul janganlah seseorang dari kalian menginginkan kematian karena derita yang menimpanya. Jika memang sangat terpaksa harus demikian, maka berdo’alah: “Ya Allah hidupilah aku jika hidup itu lebih baik bagiku dan mohon wafatkan aku jika mati itu lebih baik bagiku”(HR Bukhari no.5239 dan Muslim no.4840).
Kita semua harus berusaha keras agar supaya sampai detik penghabisan iman Tauhid harus kita pegang teguh sekuat-kuatnya, Allah berfiman seperti terurai di atas:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”(S.3 Ali ‘Imran 102).
Jika orang itu sakit keras dan tidak ada harapan sembuh, supaya dibacakan surat Yasin dan dituntuni serta diusahakan ucapan terakhir menjelang nafas yang penghabisan dia ialah kalimah thayyibah. Nabi Saw. bersabda dalam hadis berikut:
2709 عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه ابو داود وصححه الحاكم)
Artinya: “Dari Mu’adz ibnu Jabal dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang ucapan terakhirnya ialah : “La ilaha illa Allah” maka dia masuk surga”(HR. Abu Dawud no.2709 dan dishahihkan Al-Hakim)
38عَنْ عُثْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Usman dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa meninggal hatinya mengetahui bahwa sungguh tidak ada Tuhan kecuali Allah, maka dia masuk surga”(HR Muslim no.38)
• Hidup menghadapi kematian
Memang ketetapan Allah itu tidak dapat ditahan, akhirnya semua orang itu mati juga dan kematian itu tidak bisa diundur tidak dapat dimajukan sedikitpun juga. Tiap orang akan menerima balasan atau akibat dari amal perbuatannya. Mereka yang beramal soleh akan selamat dan bahagia. Allah berfirman sebagai berikut:
--كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ(185)(ل عمران)
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(S.3 Ali ‘Imran 58)
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ(البقرة 286)
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya"(S.2 Al-Baqarah 286).
Nabi Saw. menyerukan kepada kita yang menjenguk orang sakit yang sudah tidak ada harapan hidup agar supaya membacakan Al-Quran surat Yasin kepadanya: Rasul Saw bersabda:
2714 عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ وَهَذَا لَفْظُ ابْنِ الْعَلَاءِ (رواه ابوداود وابن ماجه 2714 واحمد 19415)(ابن حبان-الحاكم)
Artinya: “Dari Ma’qil ibnu Yasar bahwa Nabi Saw. bersaabda: “Bacakanlah YASIN kepada orang yang meninggal di antara kalian”(HR Abu Dawud no.2714, Ibnu Majah no.138, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Ketika kita mendengar kematian maka kita didiserukan mengucapkan kata bela sungkawa: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ berdasarkan Al-Quran S.2 Al-Baqarah 156-157.
• Orang mati itu tidak dapat berbuat apa-apa
Tak jenthit lho lho lho bah wong mati ora obah, yen obah medhenni bocah, artinya orang yang sudah meninggal itu tidak dapat bergerak, jika bergerak maka dia akan menggoda menakut-nakuti anak-anak. Demikian ucapan orang-orang tua kita waktu kita masih kanak-kanak dahulu. Tidak ada kecualinya seluruh umat manusia jika sudah mati tidak mungkin bisa berbuat macam-macam, sedangkan bayang-bayang yang menampakkan diri kepada kita itu tidak lain kecuali makhluk halus yang mengaku-aku menamakan diri dengan nama almarhum yang sudah mati. Pameo tersebut di atas ini merupakan kata-kata yang paling mudah untuk memahami sabda Nabi Saw. berikut:
3084 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ *(رواه مسلم والترمذي1297)
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Seseorang jika meninggal maka amalnya terhenti, kecualui jika mempunyai tiga perkara, yaitu soadaqah Jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang soleh yang mendo’akannya”(HR Muslim no.3084, Turmudzi no.1297).
• Orang mati itu tidak dapat mendengar
Orang yang sudah mati itu tidak dapat mendengar tidak dapat beromong-omongan tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang hidup. Jika orang hidup mengaku bertemu, beromon-omong dengan penghuni alam kubur, maka jelas dia dibohongi oleh makhluk halus jin-setan yang mengaku bernama roh almarhum, mengaku wali, mengaku nabi, mengaku malaikat, macam-maccam nama agar supaya dipercaya oleh orang hdup. Allah berfirman:
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ(النمل 80ا)
Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang”(s.27 An-Naml 80)
وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ(فاطر 22)
Artinya: “dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar”(S.35 Fathir 22)
• Orang mati menanggung dosanya sendiri
Orang yang sudah meninggal itu menanggung dosa yang diperbuatnya sendiri, dia tidak memikul dosa orang lain dan tidak mendapat pahala dari amal ibadah orang lain. Allah berfirman sebagai berikut:
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى(38)وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى(39)وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى(40)ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى(41)(النجم)
Artinya: “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya)” (S.53 An-Najmi 38-41)
B. Hak jenazah dan kewajiban orang hidup
Cara mencari siapa-siapa yang mempunyai hubungan kewajiban yang paling dekat terhadap orang yang meninggal, maka kita dapat berpedoman kepada Hukum Waris. Di dalam Hukum Waris termaktub siapa yang paling berhak atas harta warisan peninggalan orang yang mati. Dari Al-Quran S.4 An-Nisa` 11-12 tercatat bahwa orang yang paling dekat dengan orang yang meninggal ialah suami, isteri dan anak sedangkan anak ada kemungkinan digantikan oleh cucu, peringkat kedua ialah kakek-nenek dan saudara.
@ Imam Syafi’i dalam kitabnya Al-Umm juz 1, h. 275 menyatakan beberapa catatan yaitu: Bahwa orang yang paling bertanggung jawab memikul kewajiban mengurusi mayit ialah:1). Ayah. 2) Kakek. 3)Anak. 4)Cucu. 5)Saudara sekandung. 6)Saudara se-ayah; 7)Keluarga dari jurusan ayah- yaitu orang yang termasuk ‘Ashabah.
Adapun do’a yang langsung menyentuh almarhum yang wafat adalah do’a anak yang soleh dari almarhum seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. dalam hadis Muslim no.3084 di atas, orang lain itu hanya membantu kepada anak almarhum..
Sedangkan kaum muslimin yang mendengar berita kematian itu wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Ta’ziyah dan bela sungkawa
Siapa saja yang mendengar berita kematian diserukan melakukan ta’ziyah atas berita duka itu dengan mengucapkan do’a:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ - اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
Artinya: “ Sungguh kita ini milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. Ya Allah berilah aku kesabaran dan anugerahkanlah kepadaku yang lebih baik sesudahnya(Muslim no.1525)
Dan kepada keluarga yang berduka maka para tamu yang melakukan ta’ziyah supaya berusaha menghibur mereka bahkan jika perlu ikut membebaskan hutang-hutang almarhum, sebab Nabi Saw. bersabda:
998 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ (رواه الترمذيئ وابن ماجه2404)
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Jiwa orang beriman itu tergantung karena hutang dia sampai hutang itu terbayar”(HR Turmudzi no.998 dan Ibnu Majah no.24040)
2. Menyegerakan pengurusan jenazah
Asy-Syaukani mencatat dalam Nailul Authar juz 4, h.146 bahwa Nabi Saw. menyuruh kita menyegerakan pengurusan dan penyelesaian jenazah yang mencakup memandikan, menkafani, menyembahyangkan dan menguburkannya. Demikian seruan Nabi Saw.pada saat ta’ziyah kepada Thalhah ibnu Barra` dan juga dalam kesempatan lain, yaitu disebutkan dalam hadis berikut:
2747 عَنِ الْحُصَيْنِ بْنِ وَحْوَحٍ أَنَّ طَلْحَةَ بْنَ الْبَرَاءِ مَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَالَ إِنِّي لَا أَرَى طَلْحَةَ إِلَّا قَدْ حَدَثَ فِيهِ الْمَوْتُ فَآذِنُونِي بِهِ وَعَجِّلُوا فَإِنَّهُ لَا يَنْبَغِي لِجِيفَةِ مُسْلِمٍ أَنْ تُحْبَسَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ أَهْلِهِ (وواه ابوداود)
Artinya: “Dari Al-Hushin ibnu Wahwah bahwa Thalhah ibnul Barra` sakit lalu Nabi Saw. menjenguk dia, kemudian beliau bersabda: “Thalhah betul-betul sudah meninggal maka ijinkanlah aku mengumumkannya dan segerakanlah pengurusannya sungguh mayat seorang muslim tidak pantas tertahan di hadapan keluarganya”(HR Abu Dawud no 2747)
1231 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ (رواه البخاري ومسلم 1568)
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. Bersabda: “Cepatkanlah menyelesaikan urusan jenazah, yang baik maka dahulukan kepadanya, yang tidak baik lepaskanlah dari taggungan kalian”(HR Bukhari no.1231,Muslim no.1568).
3 Memberikan bantuan bahan makanan dan bantuan lain
Nabi Saw.memerintahkan kepada kita, sanak tetangga, handai tolan yang melakukan ta’ziyah untuk membantu bahan makan dan bantuan lain kepada keluarga yang berduka itu sebagaimana seruan daalam hadis. berikut:
919عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ جَعْفَرٍ قَالَ لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اصْنَعُوا لِأَهْلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فَإِنَّهُ قَدْ جَاءَهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ (رواه الخمسة الا النسائي وصححه الحاكم)
Artinya: “Dari’Abdullah ibnu Ja’far dia berkata: “Ketika orang-orang melakukan ta’ziyah kepada Ja’far, maka Nabi Saw. bersabda: “Buatkan makanan untuk kelauraga Ja’far sebab dia terlalu repot” (Hadis diriwayatkan oleh Imam yang Lima selain Nasai, Lafal ini dari Turmudzi no.919 hadis ini dishahihkan oleh Al-Hakim)
Dengan kata lain akan terbalik jika keluarga yang sedang berduka itu harus membuat hidangan makan-makan untuk orang lain yang tidak menderita kesedihan tidak kehilangan anggota keluarganya itu.
Para ulama menunjuk hadis Turmudzi no.919 di atas ini, mereka menyatakan sangat menentang pembuatan selamatan oleh keluarga yang berduka untuk dinikmati oleh mereka yang tidak mengalami derita kesedihan kematian anggotanya itu, terutama oleh ulama berikut:
• Imam Syafi;i Kitab dalam kitab Al-Umm juz I halaman 278, menyatakan agar para pelayat yang ta’ziyah di rumah duka itu ikut membantu meringankan derita kesedihan keluarga yang berduka itu berdasarkan hadis Turmudzi 919 tadi, Imam Syafi’i menulis sbb:
وَأُحِبُّ لِجِيْرَانِ الْمَيِّتِ أَوْ ذِيْ قَرَابَتِهِ أَنْ يَعْمَلُوْا لِأَهْلِ الْمَيِّتِ فِيْ يَوْمٍ يَمُوْتُ وَلَيْلَتِهِ طَعَامًا يُشْبِعُهُمْ فَإِنَّ ذَلِكَ سُنَّةٌ وَذِكْرٌ كَرِيْمٌ وَهُوَ مِنْ فِعْلِ أَهْلِ الْخَيْرِ قَبْلَنَا وَبَعْدَنَا(الام ج1ص278)
Artinya: “Aku senang jika sanak tetangga mayit itu membuat makanan untuk keluarga yang tertimpa kesedihan itu pada hari kematian dan malamnya untuk menutup kelaparan mereka, sungguh cara ini mengikuti sunnah dan tatacara yang mulia, juga merupakan amalan kaum yang terpuji sebelum dan sesudah kita”(Al-Umm juz 1, h.278).
• Kitab I’anatuth Thalibin susunan Sayyid al-Bakri Juz 2, halaman 145 menganjurkan para pelayat jenazah untuk membacakan surat Yasin dan surat Ar-Ra’du serta berdo’a agar supaya Allah meringankan derita si mayit. Dalam halaman itu Kitab I’anatutth-Thalibin tersebut juga menetapkan hukumnya makruh orang banyak berkumpul ta’ziyah dengan makan-makan di rumah keluarga duka ini, demikian juga sesudah pemakaman, Al-Bakri menulis sebagai berikut:
( وَيُكْرَهُ لِأَهْلِ الْمَيِّتِ الْجُلُوْسُ لِلتَّعْزِيَةِ وَصُنْعَ طَعَامٍ يُجْمِعُوْنَ النَّاسَ عَلَيْهِ (اعانة الطالبين ج2ص145)
Artinya: “Dimakruhkan keluarga mayit menyediakan kursi-kursi ta’ziyah dan membuat hidangan makan, mengumpulkan orang banyak untuk itu”(I’anatuth Thalibin juz 2, halaman 145).
Dasarnya ialah hadis Mauquf Jarir ibnu ‘Abdullah al-Bajali berikut:
6611 عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ قَالَ كُنَّا نَعُدُّ الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّيَاحَةِ (رواه احمد وابن ماجه 1601)
Artinya: “Dari Jarir ibnu ‘Abdulah al-Bajali dia berkata,: “Kami menilai berkumpul-kumpul di rumah keluarga duka dan membuat hidangan sesudah pemakaman adalah termasuk Niyahah atau menangisi mayit”(HR Ahmad no.6611 dan Ibnu Majah no.1601). Menangisi orang hukumnya sangat terlarang.
Sebaliknya penyusun kitab I’anah, menyatakan sangat terpuji dan mustahab jika sanak tetangga maupun keluarga dekat dan jauh untuk membuatkan makanan khusus untuk keluarga yang sedang dirundung duka itu.
وَيُسْتَحَبُّ لِجِيْرَانِ أَهْلِ الْمَيِّتِ وَلَوْ أَجَانِبَ وَمَعَارِفِهِمْ وَإِنْ لَمْ يَكُوْنُوْا جِيْرَانًا وَأَقَارِبِهِ الْأَبَاعِدِ وَإِنْ كَانُوْا بِغَيْرِ بَلَدِ الْمَيِّتِ أَنْ يَصْنَعُوْا لِأَهْلِهِ طَعَامًا يَكْفِيْهِمْ يَوْمًا وَليَلْةًَ(اعانة الطالبين ج2ص145)
Artinya: “ Disunatkan kepada para tetangga yang dekat maupun yang jauh, handai tolan bukan tetangga, keluarga jauh di luar wilayah untuk membuatkan makanan bagi keluarga yang berduka yang dapat mencukuopi mereka satu hari satu malam”(I’anatuth Thalibin juz ii, h.145)
Pada halaman 146, penyusun kitab I’anatuth Thalibin menetapkan hukumnya bid’ah dan munkar membuat hidangan untuk orang banyak dirumah duka. Kitab Hasyiyah Al-Jamal ‘alal Minhaj menyatakan haram hukumnya jika biaya makan-makan itu dipikul oleh keluarga yang sedang dirundung duka itu. Hampir semua ulama menunjuk kepada hadis Turmudzi 919 di atas.
• Ktab Mughnil Muhtaj susunan Asy-Syarbini di dalam juz 1, halaman 367 menyerukan kaum muslimin hampir sama dengan seruan di atas, yaitu seruan kepada tetangga sampai kerabat yang jauh ikut membantu menyediakan hidangan makan kepada keluarga yang dirundung duka itu dengan menunjuk kepada hadis Turmudzi 919 diatas.Dalam halaman 368 Asy-Syarbini juga menetapkan BID’AH hukumnya membuat hidangan dan orang banyak makan-makan di rumah duka itu, lebih-lebih jika almarhum itu mempunyai hutang, Pendapat ini didasarkan kepada hadis Jarir ibnu ‘Abdillah al-Bajali riwayat Imam Ahmad no.6611, Ibnu Majah 1601 di atas.
• Muktamar I Nahdlatul Ulama menetapkan makruh hukumnya jika keluarga duka menyediakan makanan pada hari wafat, hari ke-3, ataupun hari ke-7, berdasarkan Kitab I’anatuth Thalibin tercantum di atas. Demikian catatan Abdul Aziz Masyhuri dalam kitabnya: Ahkamul Fuqaha` fi Muqarrarati Mu’tamari Nahdlatil ‘Ulama` wa Musyawaratiha, 1977,halaman 12 (Hasan, Disertasi 2005,h.203).
C. Mengirim pahala
1.Pengiriman pahala
Tidak ada kesepakatan para ulama tentang sampai apakah tidak usaha seseorang mengirimkan pahala ibadahnya dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal, sebagian ulama menyatakan menolak pendapat ini dan sebagian lagi mengaku menerima faham itu, yaitu::
(a) Pahala tidak dapat dikirimkan
Sebagian ulama menyatakan bahwa pahala amal ibadah orang hidup tidak dapat dialihkan kepada orang yang sudah meninggal, ada beberapa ulama menyatakan bid’ah ada yang menyatakan munkar, yaitu:
• Imam Syafi’i dalam kitabnya Al-Umm juz 1, halaman 275 mencatat bahwa berdasarkan Al-Quran S.53 An-Najmi 38 -39, maka pahala bacaan Quran orang hidup tidak akan sampai kepada orang yang sudah meninggal, sebab bukan amalnya sendiri. Syarhun Nawawi ‘ala Muslim Juz 1, halaman 90 juga mencatat pernyataan Imam Syafi’i tadi. Penyusun kitab Nailul Authar dalam juz 4, halaman 142 menulis bahwa pahala bacaan Al-Quran yang dikirim oleh orang hidup menurut madzhab Syafi’i yang masyhur itu tidak sampai kepada orang yang sudah mati.-Nawawi menulis sebagai berikut:
وَأَمَّا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فَالْمَشْهُوْرُ مِنْ مَذْهَبِ الشَّافِعِىِّ أَنَّهُ لَا يَصِلُ ثَوَابُهَا اِلى الْمَيِّتِ وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِهِ يَصِلُ ثَوَاُبَها اِلى الْمَيِّتِ (شرح النواوي علي صحيح مسلم ج1ص90)
Artinya: “Yang masyhur dalam madzhab Syafi’i, pahala bacaan Al-Quran yang dikirim kepada orang yang mati itu tidak sampai. Sebagian Ashab beliau berpendapat pahala itu sampai kepada si mayit”(Syarhun Nawawi ‘ala Muslimin juz 1, halaman 90).
• Al-Qasimi dalam tafsirnya terhadap S.53 An-Najmi 38-39, dalam Juz 15, halaman 5584 mencatat bahwa As-Suyuthi menyatakan tidak akan sampai pahala amal ibadah orang hidup yang dikirimkan kepada orang yang sudah mati, sebab Allah berfirman:
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى(38)وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى(39)وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى(40) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى(41)(النجم)
Artinya: “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”(S.53 An-Najmi 38-41).
Para ulama menyatakan bahwa ayat 38-39 surat An-Najmi itu Muhkam sehingga bisa difaham bahwa amal ibadah siapa saja tidak akan dapat mempengaruhi nasib orang lain, termasuk amal ibadah anak sendiri jelas tidak sampai kepada orang tuanya yang sudah menjadi penghuni alam kubur.
(b) Pahala dapat disampaikan kepada mayit
Sebagian ulama berpendapat bahwa pahala amal ibadah orang hidup dapat dialihkan kepada orang mati, yaitu:
~ Ulama Hanafiyah dan Hanabilah (Lih.Az-Zuhaili Al-Fiqhul Islami 1989 juz ii,h.551).
~ Sebagian ulama tidak langsung membahas masalah pengiriman pahala dimaksud, tetapi menelitinya dari sisi do’a, sebagaimana uraian berikut.

2. Berdo’a memohonkan segala kebaikan untuk mayit:
• Seluruh ulama sepakat bahwa kita harus mendo’akan maghfirah Allah, kebaikan dan kebahagiaan untuk saudara kita seagama.Dasarnya ialah do’a Nabi Ibrahim dan do’a-do’a dalam Al-Quran berikut:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ(41)(ابراهيم)
Artinya: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"(S.14 Ibrahim 41)
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ(10)(الحشر)
Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"(s.59 Al-Hasyr 10)
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ(19)(محمد)
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu”(S.47 Muhammad 19)
Thaba`thaba`i dalam kitabnya Al-Mizan Juz19, halaman 47 mencatat bahwa do’a kaum muslimin akan mecakup kepada orang mukmin yang sudah meninggal, lebih-lebih jika orang yang mati itu mempunyai penemuan baru yang memberi kegunaan besar kepada orang banyak yang dapat dinilai sebagai amal jariyah. Allah akan memberi balasan akan amal perbuatan dia waktu hidup. Sebagaimana isi hadis Rasul Saw. dalam riwayat Muslim no. 1691.
@ Do’a dan amalan anak untuk orang tuanya:
Asy-Syaukani dalam Nailul Authar Juz iv, halaman 142, mencatat alasan ulama yang berpendapat bahwa do’a dan amal anak bermanfaat kepada orang tuanya yang sudah meninggal yaitu anak yang alim soleh:
~ Hadis Muslim no.3084 di muka, yang artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Seseorang jika meninggal maka amalnya terhenti, kecualui jika mempunyai tiga perkara, yaitu soadaqah Jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang soleh yang mendo’akannya”(HR Muslim no.3084, Turmudzi no.1297).
~ Hasil karya anak bisa dinikmati orang tuanya, menurut hadis berikut:
1278 عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ (رواه الترمذي والنسائ4373 وابو داود3061)
Artinya: “Dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh makanan yang paling baik ialah hasil keringat sendiri dan anak adalah hasil dari karya kalian”(HR Turmudzi no.1278, Nasai no.4373 dan Abu Dawud no.3061)
~ Sedekah anak akan diterima orang tuanya menurut hadis berikut:
2551 أَنْبَأَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهمَا أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهُوَ غَائِبٌ عَنْهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِيَ الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا (رواه البخاري ومسلم 3092)
Artinya: “Ibnu ‘Abbas mengabarkan kepada kita bahwa Sa’ad ibnu ‘Ubadah kematian ibunya, sedang dia saat itu tidak ada di rumah. Dia bertanya kepada Rasul Saw.: “Ya Rasulullah ibuku wafat sedang aku tidak di rumah, apakah ada manfaatnya jika aku bersedekah untuk ibuku?” Maka beliau menjawab: “Ya bisa”. Sa’ad lalu berkata: “Mohon Rasulullah menjadi saksi bahwa kebun Mihrafku kusedekahkan untuk ibuku”(HR Bukhari no.2551).
• Al-Qurthubi dalam tafsirnya Juz 17, halaman 113, mencatat pendapat bahwa ayat 39 surat An-Najmi itu di-Mansukh oleh Surat .52 Ath-Thur 21 dan S.4 An-Nisa`11, sehingga amal ibadah anak dapat menambah atau mengurangi pahala orang tuanya.
• Ibnu Katsir Juz 6, halaman 462, mencatat bahwa anak termasuk dari usaha manusia, sehingga amal ibadah anak akan menjadi amal ibadah orang tuanya karena termasuk hasil usaha dia.
(c) Jalan keluar dari perbedaan pendapat
Suyuthi dalam kitabnya Al-Asybah wan Nazhair (tth:202) daalam bab Qa’idah Ushuliyah ke-12, mencatat pendapat Tajus Subki: الجروج من الاختلاف مستحب" “ bahwa menjauhkan diri dari perselisihan itu lehih terpuji, sesuai dengan nash berikut:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ(12)(الحجرات)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”(S.49 Al-Hujurat 12).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعًا(71)(النسائ 71)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama”(S.4 An-Nisa` 71)

2442 عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ (رواه الترمذي والنسائ 5615)
Artinya: “Dari Al-Hasan ibnu ‘Ali dia berkata: “Aku mempunyai hafalan dari Rasulullah Saw.: “Tinggalkanlah apa yang meragukan kalian dan peganglah apa yang tidak meragukan kalian”(HR Turmudzi no.2442, Nasai no.5615).
(d) Amalan yang disepakati para ulama ialah do’a
Oleh karena mengirim pahala amal ibadah orang hidup itu diperselisihkan para ulama bisa sampai apakah tidak sampai, maka dari itu alangkah indahnya jika kita mengikuti saja apa yang sudah disepakati oleh seluruh ulama bahwa do’a anak yang soleh dan do’a umat Islam itu dapat diterima dan mencakup semua kaum muslimin bukan saja yang masih hidup bahkan orang yang sudah wafat, kita tidak usah mengirim pahala amalan kepada orang yang sudah meninggal, melainkan langsung berdo’a dengan maksimal se-khusyuk-khusuknya untuk memohonkan maghfirah dan kebahagiaan yang hakiki bagi almarhum..siapa saja yang sudah meninggal mendahului kita.
Berdasarkan kesepakatan para ulama tersebut diatas maka amalan yang harus kita lakukan untuk orang yang meninggal dunia ialah berdo’a memohonkan maghfirah dan segala kebaikan untuk almarhum, surga puncak kebahagiaan hakiki di akhirat..
Insya Allah do’a kita dikabulkan Allah, jika kita berdo’a dengan cara yang diridhoi Allah, melalui persiapan, adab sopan santun, isi do’a dan dengan situasi serta kondisi yang paling di sukai Allah. Lebih lanjut dapat direnungkan bab Do’a yang mustajab dalam bab dibelakang.
********
F. Tahlil yang sebenarnya
Tahlil yang sebenarnya ialah mujahadah meningkatkan iman dan takwa kita ke tingkat yang paling tinggi yaitu meng-Esa-kan Allah bahwa Allah itu Maha Esa Mutlak, membuktikan kepercayaan ini dengan maksimal lahir batin dalam segala waktu kapan saja di manapun juga, bahwa Allah itu Maha Suci jauh dari sifat-sifat yang dibuat oleh makhluk yang ditempelkan kepada Allah yang arahnya menjurus kepada kepercayaan politeisme atau musyrik. Allah tidak mungkin mempunyai anak atau tandingan dalam sifat-sifat-Nya biar sekecil atom-pun.
Tahlil yang hakiki ialah percaya bahwa Allah itu Maha Esa, me-Maha Suci-kan Allah dari segala sifat yang mengurangi sifat Maha Mutlak Allah, diyakini di dalam hati diucapkan dalam lisan dan diamalkannya dalam amal perbuatan, melaksanakan yang wajib maupun yang sunat, meninggalkan yang haram maupun yang makruh melengkapinya dengan amal soleh Al-Akhlaqul Karimah, tidak berbuat sombong sedikitpunn juga sebab Rasulullah Saw. memperingatkan kepada kita dalam hadis berikut:
131عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ (رواه مسلم)*
Artinya: “Dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong walaupun hanya seberat atom”(HR Muslim no.131).
Tahlil ialah gerak keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa, bahwa Allah itu suatu kesatuan Dzat dalam 20 sifat berikut: 1) Wujud, 2) Qidam, 3) Baqa`, 4) Mukhalafatuhu lil Hawaditsi, 5) Qiyamuhu bi nafsihi; 6)Wahdaniyat, 7) Qudrat, 8) Iradat, 9)‘Ilmu, 10)Hayat, 11) Sama`, 12) Bashar, 13) Kalam. 14) Qadiran, 15) Muridan, 16)‘Aliman, 17) Hayyan, 18) Sami’an, 19)Bashiran, 20) Mutakalliman. Artinya Allah itu satu-satunya yang Ada, Lebih dahulu, Kekal, Berbeda dari seluruh makhluk, Berdiri sendiri, Esa, Kuasa, Berkehendak, Berilmu, Hidup, Mendengar, Melihat, Berbicara, Yang Maha dalam Berkuasa, Berkehendak, Berilmu, Hidup, Mendengar, Melihat dan Berbicara. Dan no14 sampai no.20 merupakan perwujudan dari sifat no.7-13.
Di samping 20 sifat ini, maka Allah juga satu-satunya Tuhan yang mempunyai 99 nama, sebagaimana disebut Allah dalam Al-Quran dengan Al-Asma`ul Husna, di dalam S.20 Thaha 8 dan Al-Isra` 110. Secara ringkas disebutkan dalam Al-Quran berikut:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(22)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ(23)هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24)(الحشر)
Artinya: “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(S.59 Al-Hasyr 22-24).
Jika dirumuskan adalah sebagai berikut: 1) Allah itu satu-satunya Tuhan Yang Mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata; 2) Maha Pemurah; 3) Maha Penyayang; 4) Raja; 5) Maha Suci; 6) Yang Selamat-Sejahtera; 7) Yang Memberi keamanan; 8) Yang Memelihara; 9) Maha Perkasa; 10) Maha Kuasa; 11) Maha Agung; 12) Yang Menciptakan; 13) Yang Mengadakan; 14)Yang Membentuk Rupa; 15) Maha Bijaksana.
Semua nama tersebut di atas tidak dapat dipisah-pisahkan sama sekali, misalnya Maha Adil, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui semua terikat oleh sifat Maha Esa satu kesatuan bahwa yang paling adil yang paling berkuasa, yang paling hebat, yang paling bijaksana hanyalah Allah satu-satunya. Bahkan kaum Mu`tazilah sangat mengunggulkan sifat Allah itu bahwa Allah itu hanya mempunyai satu sifat yaitu Maha Esa saja.


@ Tahlil dan masalah hukum
Kalimah Thayyibah “La ilaha illa Allah” yang hanya diucapkan dalam lisan saja, maka sulit dikaitkan dengan hukum, sebab jika ucapan bertentangan dengan perbuatan, maka nyaris pelakunya bisa tergelincir ke dalam sifat munafik alias lain dimulut lain di hati.
Adapun kesediaan merenungkan isi Kalimah Thayyibah, menghayati dan membuktikannya dalam amal perbuatan maka hukumnya wajib ‘ain atas setiap umat Islam. Orang yang percaya kepada agama Samawi yakin bahwa Allah mengutus para nabi dan rasul yang 25 itu semuanya menyebarkan ajaran tauhid, semuanya mengajarkan Tahlil bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, mulai dari Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub bahkan sampai Nabi ‘Isa sendiripun juga mengajarkan agama tauhid seperti yang dtegaskan oleh Al-Quran dan masih termaktub dalam Bibel:
Bibel menyatakan: “Maka Jawab Yesus kepadanya“Hukum yang terutama inilah: “Dengarlah olehmu, hai Israil, adapun Allah Tuhan Allah kita, Ialah Tuhan yang Esa”(Markus 12a29)
Al-Quran menyatakan bahwa Nabi ‘Isa bersabda: “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”(S.3 Ali ‘Imran 51).
Menurut ‘Abdullah ibnu ‘Umar syirik yang paling besar ialah perbuatan menyembah manusia, ‘Isa atau yang lain dan menurut Rasul Saw. syirik yang paling kecil ialah perbuatan sombong walaupun hanya sebesar satu biji atom sekalipun seperti yang termaktub dalam hadis Muslim no.131 tercatat di atas.. Perbuatan menyombong itu sama dengan menyerobot sifat-sifat Allah, hukumnya musyrik menandingi keesaan sifat absolut Maha Tunggal Allah; Allah berfiman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ(72)(الماءدة)
Artinya: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”(S.5 Al-Maidah 72)
Mengenai nama-nama Allah tersebut, maka Turmudzi hadis no.3429 telah mencatat lengkap seluruh nama-nama Allah yang 99 dari Asma`ul Husna itu. Kemudian Bukhari no.5931 Muslim no.4835 menambahkan bahwa barang siapa yang melakukan dzikir dengan 99 nama itu dia akan masuk sorga. Sifat Wahdaniyat atau Maha Esa Allah itu merupakan inti sari dari sifat yang 20 dan 99 nama Allah. Kemudian mujahadah Tahlil untuk menjunjung tinggi-tinggi sifat Maha Esa Allah ini bisa dipermudah melalui metode-metode penghayatan sebagai berikut:
1. Renungan filosufis
Tahlil dalam arti menjunjung tinggi-tinggi sifat Maha Esa Allah secara hakiki dapat kita bayangkan dalam benak kita apa yang ditulis oleh Prof.DR.Ahmad Baiquni MSc berikut:
Prof.DR Ahmad Baiquni MSc. seorang ahli atom Indonesia pertama dalam bukunya Al-Quran & IPTEK (1994:12) menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran S.21 Al-Anbiya`30, S.41Fushshilat 11-12, S.65 Ath-Thalaq 12, S.11 Hud 7, S.35 Fathir 41 dan S.21 Al-Anbiya` 104 dengan catatan sebagai berikut; bahwa secepat kilat sesudah jaman azali, terwujudlah suatu padatan berupa suatu titik singularitas fisis yang berisi calon seluruh maujud jagad raya ini. Kemudian secepat kilat pula terjadilah letusan maha dahsyat atau The Big Bang yang melontarkan pecahannya ke segala penjuru dan segera terbentuklah alam semesta, bumi dan langit lengkap dengan seluruh apa yang ada di antara bumi dan langit. Kemudian pecahan-pecahan itu berkembang terus sampai terbentuklah lebih dari 100 milyar galaxy, Bima Sakti dan sejenisnya. Baiquni mencatat bahwa peristiwa itu menimbulkan 2 pernyataan, yang luar biasa pentingnya, yaitu:
1) Pada detik-detik saat terjadi “Ledakan Hebat-The Big Bang” itu semesta alam, energi, materi, ruang dan waktu keluar dari SATU TITIK calon alam semesta.
2) Sebelum peristiwa itu sendiri, maka (a) tidak ada energi: (b) tidak ada materi, (c) tidak ada ruang, (d) tidak ada waktu.
Tetapi pernyataan ini harus kita tambah satu lagi, yaitu: Sebelum ada energi, belum ada materi, belum ada ruang dan belum ada waktu dahulu itu yang ada hanyalah yang menciptakan alam semesta yaitu Allah yang Maha Esa Mutlak. Tidak ada apa-apa kecuali Allah لااله الاالله = Tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada Yesus, tidak ada TRI TUNGGAL, tidak ada Trimurti, tidak ada Brahma-Wisnu-Syiwa, tidak ada Budha Gotama, tidak ada dewa-bathara, tidak ada manusia yang didewa-dewakan, tidak ada setan, demit, gendruwo, ilu-ilu, banaspati. Dan manusiapun juga belum ada, sebab manusia diciptakan dari tanah, tanah dari bumi, bumi belum ada karena alam semesta semua belum ada. t Allah berfirman::
هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا(1)(الانسان)
Artinya: “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”(S.76 Al-Insan 1)
2. Mensucikan hati dari segala keinginan materi keduniaan
Dzikir dan Tahlil yang sebenarnya ialah mengunggulkan sifat Maha Esa Allah, harus dilandasi dengan hati yang suci, bersih dari segala keinginan kecuali hanya mengabdi dan mencari ridho Allah. Sebagai gambaran sucinya hati itu, maka kitab Durratun Nashihin (tth:12) memuat catatan penting mengenai amalan puasa, maka Usman ibnu Hasan penyusun kitab ini membagi puasa kita itu menjadi 3,
i. Puasa orang Awam, yaitu puasa seseorang dengan mencegah diri dari apa yang membatalkan puasa, yang penting puasanya tidak batal.
ii.Puasa orang Khash, yaitu puasa orang yang mencegah diri dari segala dosa
iii.Puasa orang Khawashul-khawash, yaitu puasa seseorang dengan mujahadah yang paling khusyu’, dengan hati yang suci, bersih dari seluruh daya tarik makhluk apapun juga. Jadi akal pikirannya semata-mata hanya melulu Allah saja.
Untuk memahami puasanya orang Khawashul Khawash ini dapat dipermudah jika kita membayangkan atas detik-detik ketika matahri, bumi, langit belum ada, benda, ruang, energi dan waktu belum ada, yaitu peristiwa Purwaning dumadi, menjelang penciptaan alam semesta seperti yang dijelaskan oleh Prof.Baiquni dan Al-Quran S.76 Al-Insan ayat 1, termaktub di atas. Waktu, jam, menit dan detik belum ada, sebab alat untuk menghitung waktu ialah matahari, karena matahari belum ada maka waktupun juga belum ada.
Usaha untuk mensucikan hati ini dapat lebih serius lagi dengan memilih kondisi dan situasi serta tempat yang sangat sunyi, sepi sekali di waktu malam yang gelap gulita. tidak ada orang yang melihat, tidak ada suara, tidak ada cahaya, seperti pengalaman Nabi Zakariya, Nabi Yunus yang dicatat di dalam Al-Quran sebagai berikut::.
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا(3)(مريم)
Artinya: “(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” (s.19 Maryam 3)
فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ(87)(الانبياء )
Artinya: “…maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."(S.21 Al-Anbiya` 87).
Nabi Yunus berdo’a di dalam perut ikan, ikan itu di dalam laut yang sangat dalam, gelap gulita luar biasa.
Dzikir dan Tahlil seperti ini klimaksnya ialah melelehnya air mata karena menangis tersedu-sedu mencurahkan isi hati, mengingat dosa-dosa yang dibuatnya, lalu memohon maghfirah-ampunan Allah dengan harap-harap cemas kabul tidaknya do’a dia. Untuk ini kita bayangkan isi kandungan hadis berikut, terutama no.7, yaitu:
1334عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (رواه البخاري ومسلم 1712)
Artinya: “ Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. bersabda: “Ada 7 orang yang dilindungi Allah pada hari yang tidak perlindungan lain kecuali lindungan Allah, yaitu: 1) Imam yang adil. 2) Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah.3) Seseorang yang hatinya terpusat kepada masjid. 4) Dua orang bersatu dan berpisah atas nama Allah. 5) Laki-laki yang digoda oleh seorang perempuan yang berkedudukan tinggi dan sangat cantik, lelaki itu mengucapkan kata-kata: “Aku takut kepada Allah. 6)Orang yang bersedekah dia rahasiakan sampai tangan kirinya sendiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh tangan kanannya. 7)Orang yang dzikir kepada Allah dalam kesunyian sampai menangis meneteskan air mata”(HR Bukhari no.1334, Muslim no.1712).
@ Tahlil dalam arti mengunggulkan sifat Maha Esa Allah yang paling ideal menurut ulama Shufi ialah mujahadah menelusuri dan melewati beberapa tingkat atau maqam berikut:
i) Taubat, tidak akan melakukan lagi perbuatan dosa
ii) Zuhud, tidak mementingkan harta keduniaan
iii) Sabar, tidak terpengaruh oleh nuansa suka dan derita duka
iv) Tawakkal, menyerah kepada putusan Allah
v) Ridho, senang kepada kehendak Allah
vi) Mahabbah, cinta kepada Allah
vii) Fana`, rasa larut diri dan lenyap, tidak ada apa-apa kecuali Allah
viii) Baqa` , yakin hanya Allah yang kekal-abadi
ix) Ittihad, Hulul atau Wihdatul Wujud, perasaan bahwa yang ada hanya satu yaitu Allah, Ittihad menurut Al-Busthami, Al-Hulul menurut Al-Hallaj, Wihdatul Wujud menurut Ibnu ‘Arabi.Istilah-istilah Ittihad, Hulul dan Wihdatul Wujud ini benar-benar dapat membawa bahaya sangat besar kepada iman kita orang awam.
* Beberapa catatan dari kaum Shufi
Beberapa catatan tentang sifat kaum Shufi yang sangat penting, yaitu:
@ Zuhud oleh para sahabat besar
Tercatat dalam tarikh Islam, para sahabat dalam menyerahkan infaq kepada Rasul Saw. dalam perang Tabuk Umar ibnul Khaththab menyerahkan seperdua kekayaannya; Abu Bakar menyerahkan 4000 dirham (=20 nishab zakat) hampir seluruh harta kekayaannya, Usman ibnu ‘Affan ‘Usman menyerahkan 10.000 dinar (=500 nishab zakat), 300 ekor onta, 50 ekor kuda kira-kira sepertiga dari seluruh hartanya, ‘Usman.membeli sumur Bi`ru Ma’unah seharga 20.000 dirham lalu diwaqafkan kepada kaum muslimin (kira-kira 100 nishab, sama dengan emas 93,6x100=9360 gram emas). Kepada kaum yang tertimpa bencana kelaparan ‘Usman menyerahkan gandum yang diusung oleh 1000 ekor onta..
@ Mencari ridho Allah
Rabi’ah al-Adawiyah (717M) beliau rela jika dimasukkan ke dalam neraka asalkan Allah ridho menghendakinya maka Rabi’ah pasrah dengan sesungguh-sungguhnya, tidak mempunyai perasaan lain, pejah gesang nderek Gusti Allah, mati dan hidupnya diserahkan kepada Allah (Lihat S.6 Al-An’am 162).
@ Filsafat Wihdatul Wujud
Ibnu ‘Arabi (1240M), menjelaskan mujahadah mensucikan sifat Wahdaniyat atau Maha Esa Allah dari noda syirk dengan teori filosofis Wihdatul Wujud itu ialah bahwa alam semesta ini bagaikan bayangan gambar yang ada di dalam sebuah cermin, sedangkan Allah itulah yang sedang bercermin. Dengan perumpamaan ini maka Ibnu ‘Arabi menjelaskan bahwa Allah itu merupakan hakikat segala sesuatu, sedangkan alam semesta atau makhluk itu hanyalah bayang-bayang yang relatip-nisbi, sewaktu-waktu akan lenyap, sebagaimana bayangan yang ada di dalam cermin tadi. Dari perumpamaan ini pula Ibnu ‘Arabi mengajukan teori bahwa angka kwantitas apa saja yang demikian banyak itu pada hakikatnya hanya satu dengan kata lain dapat diucapkan sebagai berikut:
TIDAK ADA APA-APA KECUALI ALLAH ( (لااله الاالله
@ Abu Yazid al-Busthami (874M), melalui teori Fana` dan Baqa` berpendapat bahwa jika seorang Shufi sudah melewati tingkat atau maqam tersebut maka dia akan sampai ke maqam Fana` yaitu lenyapnya hamba ke dalam sifat Baqa` Allah, larutnya kesadaran hamba tinggallah kesadaran Tuhan, lenyapnya sifat hamba maka yang tinggal hanyalah sifat Allah yang Maha Esa. Faham Fana` dan Baqa` seperti ini kiranya dapat memudahkan kita merenungkan hadis Qudsi di bawah ini.
Artinya: “…jika Aku sudah mencintai dia, maka Aku menjadi pendengarannya dia mendengar dengan pendengaran itu, Aku menjadi pengelihatannya dia melihat dengan pengelihatan itu, aku menjadi tangannya dia berbuat dengan tangan itu, Aku menjadi kakinya, dia berjalan dengan kaki itu…”(HR Bukhari no.6021)
Mengawali mujahadah untuk memasuki maqam atau tingkat-tingkat seperti teori kaum Shufi diatas caranya ialah kita berusaha keras Taqarrub mendekatkan diri kepada Allah, masuk ke nuansa yang paling dekat dengan Allah terus-menerus dengan sangat serius sampai akhirnya turunlah belas kasih Allah, sehingga Allah merasa puas dan ridho, akhirnya kita dapat menjadi kekasih Allah, pada puncaknya turunlah anugerah Allah, do’a kita dikabulkan, permohonan kita mendapat ijabah Allah, bahkan kita sangat dimanjakan oleh Allah, semua yang kita inginkan dipenuhi oleh Allah. Memang Allah sendiri sudah berjanji kepada kita yang ingin taqarrub kepada-Nya, dengan sesungguh-sunguhnya, yaitu sebagai berikut:
6021 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ (وراه البخاري)*
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah bersabda: “Sungguh Allah berfirman: “Barang siapa memusuhi kekasih-Ku maka benar-benar Aku umumkan perang kepadanya. Ada hamba-Ku yang taqarrub-mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang menyenangkan Aku lebh dari apa yang Aku tentukan untuk dia. Ada hamba-Ku yang tidak henti-hentinya taqarrub-mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat, sehingga Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintai dia, maka Aku menjadi pendengarannya dia mendengar dengan pendengaran itu, Aku menjadi pengelihatannya dia melihat dengan pengelihatan itu, aku menjadi tangannya dia berbuat dengan tangan itu, Aku menjadi kakinya, dia berjalan dengan kaki itu. Sungguh jika dia memohon kepada-Ku pasti Aku kabulkan, jika dia memohonan perlindungan-Ku maka dia pasti Aku lindungi”(HR Bukhari CD Hadis Kutubuit –Tis’ah no.6021).
Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern menyatakan bahwa pelaksanaan mujahadah dzikir Shufi itu harus diterapkan pada setiap bidang kehidupan yaitu usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah sekaligus membaca lafal dan do’a tertentu untuk setiap keadaan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw., yaitu do’a untuk waktu-waktu suka, duka, terkejut, berangkat, kerja, pulang, tidur, peristiwa apa saja dan seterusnya tidak ada hentinya kapan saja-dimanapun juga, terus menerus menanamkan rasa taqwa. Rasulullah Saw. bersabda dalam hadis berikut:
1910 عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ-حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيح (رواه الترمذي واحمد 2092)
.Artinya: “Dari Abu Dzar bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadaku: “Bertakwalah kamu di mana dan bagimanapun juga kamu berada dan susullah keburukan dengan perbuatan yang terpuji pasti akan menghapusnya dan layanilah orang banyak dengan akhlak yang baik”(HR Turmudzi dan Ahmad no.20392)
Memang secara sederhana dzikir itu ialah menyebut nama Allah, namun sebenarnya dzikir itu ada 4 bagian, yaitu:
1) Dzikir dengan lisan
2) Dzikir dengan akal pikiran
3) Dzikir dengan hati
4) Dzikir dengan amal perbuatan
Dengan demikian maka dzikir dan Tahlil tidak hanya di dalam masjid saja, tetapi dzikir itu harus dilakukan dalam seluruh keadaan dengan lisan mengucapkan nama Allah, dengan akal pikiran saat memecahkan masalah apa saja, dengan lisan dan perbuatan sekaligus berwujud shalat, dengan suara hati yang suci waktu merasakan nikmat kelezatan maupun ketika menanggung pedihnya derita. Sedangkan dzikir dengan amal perbuatan ialah berbuat atau mengerjakan suatu pekerjaan memilih langsung atau tidak langsung termasuk di dalam lingkungan amal soleh, suatu amal perbuatan yang diridhoi Allah karena menjadikan diri ini rahmat dan nikmat untuk semua orang jangan sampai menjdadi orang yang dimurkai Allah, sebab perbuatannya sangat menyakitkan hati orang banyak..
Dzikir dengan lisan dan perbuatan berwujud shalat, maka shalat yang paling mudah mendekatkan diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya ialah shalat Tahajjuj, lebih-lebih jika dilakukan dalam nuansa yang sunyi senyap, gelap gulita, tidak ada orang lain, tidak ada suara, tidak ada sinar sama sekali dan dalam saat sujud.

b.Tahlil yang sedehana
Tradisi Tahlil yang berlangsung selama ini ialah berdo’a kepada Allah agar supaya Allah Swt. memberikan maghfirah dan kebahagiaan yang ideal di akhirat kelak kepada orang yang sudah meninggal, dengan cara sebagaimana yang berlaku dalam tradisi masing-masing, untuk pangamalannya perlu diluruskan mengikuti aturan Allah dan Rasul-Nya.
Adapun Tahlil yang sebenarnya ialah memperdalam keyakinan tauhid dan mengunggulkan sifat Maha Esa Allah dan menurut Ilmu Tasawuf Modern seperti tulisan HAMKA itu, tidak melalui maqam-maqam yang sangat ideal kaum Sufi di atas melainkan melarutkan rasa tauhid secara integral bahwa hanya Allah sendiri saja yang serba Maha, yang menjadi dalang atas seluruh gerak, nuansa, situasi dan kondisi semua makhluk serta kehidupan alam semesta ini, secara universal, semua makhluk, dimana saja dan kapanpun juga yang Maha Kuasa hanyalah Allah.. @ Singkatnya dzikir dan Tahlil itu ialah mempertajam keyakinan yang sangat mendalam bahwa Dzat yang menggerakkan seluruh makhluk ini ialah Allah, Dzat yang paling terpuji tertinggi di atas seluruh kelebihan, yang paling hebat di atas siapa yang hebat, hanya Allah sendiri yang menciptakan seluruh kelebihan atau keberhasilan makhuk manusia .
Abu Bakar Atjeh dalam bukunya Pengantar Ilmu Tarikat halaman 109, mencatat bahwa Suluk atau amalan ibadah oleh ahli Shufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan ialah melalui 5 jalan, yaitu:
1) Tahkim semacam bai’at syahadat tauhid.
2) Bertaqwa tidak akan berbuat salah dan dosa melainkan taat kepada Allah lahir batin.
3) Dzikir terus tanpa berhenti.
4) Himmah, yaitu tekad tekun mengalahkan godaan apa saja.
5) Memilih pimpinan yang paling ideal.
Adapun usaha yang lebih sederhana dilaksanakan khususnya untuk mereka yang kondisinya memang mendukung, maka dzikir dan Tahlil itu bisa dilakukan dengan beberapa macam amalan, yaitu:
(1) I’tikaf dalam masjid;
(2) Membaca Al-Quran.
(3) Membaca wirid tertentu.
(4) Berdo’a.
Ad 1 I’tikaf beribadah di dalam Masjid
I’tikaf ialah menetap di dalam masjid setelah wudhu` untuk beribadah mencakup shalat, membaca Al-Quran, wirid dan berdo’a. Para ulama Hanafi, Syafi’i dan Hanbali tidak mensyaratkan puasa untuk I’tikaf. Dasarnya ialah:
1891 عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا أَنَّ عُمَرَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُنْتُ نَذَرْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ قَالَ فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ (رواه البخاري ومسلم 3128)
Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar bahwa ‘Umar bertanya kepada Nabi Saw.: “Dahulu aku bernadzar untuk I’tikaf suatu malam di Masjidil Haram” Nabi bersabda: “Penuhilah nadzarmu” (HR Bukhari no.1891, Muslim no.3128).
Tetapi ulama Maliki mensyaratkan untuk I’tikaf itu selain bersuci harus didukung amalan puasa. Para ulama melihat hadis pegangan madzhab Maliki dha’if. Jika ingin mengikuti madzhab Maliki, maka dapat diiringi dengan puasa sunat, Senen-Kemis atau puasa Dawud. Dalam I’tikaf ini selain shalat sunat biasa juga dibolehkan shalat sunat Mutlak syarat-syaratnya lebih longgar..
Ad 2 Dzikir dengan membaca AlQuran
Dzikir itu tidak terbatas waktunya, Allah memerintahkan kepada kita supaya dzikir sebanyak-banyaknya (Qs33a41). Dzikir dengan membaca Al-Quran sebaiknya membaca seluruh Al-Quran, sebab bacaan Al-Quran itu kelak akan menjadi penolong hamba di hari kiamat (Muslim no.1337), pembaca Al-Quran akan dikawal oleh para malaikat ( Bukhari no.4556), jamaah yang membaca dan mempelajari Al-Quran akan dinaungi rahmat dan malaikat (Muslim no.4867), siapa yang membaca Al-Quran 1000 ayat akan bersanding bersama-sama dengan para nabi, syuhada`, shalihin (Ahmad no.15058).
Akan tetapi untuk meringankan pelaksanaannya maka kita dibolehkan memilih surat atau ayat tertentu dengan berpedoman kepada petunjuk Nabi Saw.yaitu:
(1) Surat Al-Ikhlash bernilai 1/3 Al-Quran (Bukhari no.6826; (2) Surat An-Nashr = ¼ AlQuran; () Surat Al-Kafirun = ¼ Al-Quran; () Surat Zulzilat = ¼ Al-Quran (Turmudzi no.2820). (3) Surat Yasin = 1/10 Al-Quran. (4) Ayat Kursi s2a255 dapat menjadi do’a mengusir setan (Bukhari no3033); (5) Surat Al-Baqarah,Surat Ali ‘Imran penuh barakah (Muslim no. 1337); (6) Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling istimewa (Bukhari no.4280); (7) Surat-surat supaya dibaca dalam shalat Tahajjuj malam Jum’at ialah: Yasin,Ad-Dukhan, As-Sajdah dan Al-Mulku (Turmudzi no.3493) ;(8) Dengan bacaan Surat Al-Fatihah dan S.2 Al-Baqarah 285-286, dijanjikan do’a akan terkabul (Bukhari no.1339);(9) Bacaan surat-surat Tasbih sebelum tidur lebih baik dari pada bacaan 1000 ayat (Turmudzi no.2845, Abu Dawud no.4398). (10) Membaca 10 ayat--awal surat Al-Kahfi bisa terjauh dari godaan Dajjal (Muslim no.1342); (11) Surat Al-Falaq dan surat An-Nas, isinya luar biasa (Muslim no.1348); (12) Bacaan sebelum tidur ialah S. Al-Ikhlash, S. Al-Falaq dan S. An-Nas (Bukhari no. 4630).
Ad.3 Dzikir dengan wirid tertentu
Dzikir dengan membaca bacaan wirid tertentu dapat dilakukan berpedoman kepada petunjuk Nabi Saw, yaitu:
(1) Bacaan Istighfar (Turmudzi no.3501, Abu Dawud no. 1296)
(a) َسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْه
(2) Bacaan Tahlil dibaca 100 kali (Bukhari 3050; Muslim no.4857)
(b) لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(3) Bacaan Tasbih (Bukhari no.5927,Muslim no.4960)
(c) سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
(4) Tahlil dan Hauqalah (Muslim no.4862)
(d) لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ -ِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي
(5) Bacaan Tahlil, Tasbih dan Hauqalah (Muslim no.4862, Ahmad no.1478)
(e) لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَاحَوْلََلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

(6) Bacaan .Shalawat (Bukhari no.3119;Nasai no.1271)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ (f) مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(7)Tasbih dibaca 300 kali, dibagi di dalam 4 rakat pada shalat Tasbih, saat berdiri 15kali, ruku’ -i’tidal–sujud-julus-sujud-duduk sebelum berdiri masing-masing 10kali jumlahnya 75x4=300kali (Turmudzi no.443, Nasai no.1282, Ahmad no.11762).
(g) سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
---===---
Ad 3 Dzikir dengan berdo’a
Dzikir dan Tahlil yang paling syahdu, nikmatnya masuk ke relung-relung kalbu ialah saat kita mengajukan do’a permohonan yang sangat pribadi, mencurahkan seluruh isi hati, mengadukan segala derita dan kekurangan, mengingat dosa dan kekeliruan kita, lalu memohon ampun, kemudian memohon taufik dan hidayah bagaimana menghadapi ujian hidup ini.
Semua makhluk tidak ada yang sempurna, yang Maha Sempurna hanyalah Allah sendiri. Sebagai makhluk yang tidak sempurna, manusia mempunyai kekurangan masing-masing, kemudian disebabkan karena adanya kekurangan itu maka manusia memerlukan pertolongan Allah untuk memenuhi kekurangannya itu. Manusia harus berusaha sungguh-sungguh untuk memperoleh pertolongan guna memenuhi keperluannya, caranya ialah dengan kerja keras secara lahiriyah, riil-konkrit dan usaha secara rohaniyah yaitu dengan berdo’a memohon kepada Allah yang mempunyai kelebihan dan yang Maha Sempurna yang Maha Kuasa. Permohonan atau do’a kita itu akan terkabul jika kita itu mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan yang memiliki segala kelebihan, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla. Usaha mencari hubungan yang sangat dekat dengan Allah itu disebut TAQARRUB.
Adapun usaha bagaimana agar supaya kita dapat menjadi hamba yang mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah caranya ialah dengan melakukan amalan yang sangat disukai dan diridhoi oleh Allah, jika kita berusaha keras untuk selalu melakukan apa yang disukai Allah dengan sebenar-benarnya terutama saat-saat sujud dalam shalat, maka Allah akan menaruh belas kasih bahkan jatuh cinta kepada kita. Rasul Saw. bersabda dalam hadis berikut:
744 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ (رواه مسلم )
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Kesempatan yang paling dekat antara hamba dengan Tuhannya ialah saat hamba itu sedang sujud, maka banyak-banyaklah kalian berdo’a”(HR. Muslim no.744).
3293 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ (رواه الترمذي)
Artinya: “Dari Anas ibnu Malik dari Nabi Saw. beliau bersabda: “Do’a itu sungsumnya ibadah”(HR Turmudzi no.3293).
Alangkah indahnya jika kita suka shalat malam dan menupahkan isi hati setulus-tulusnya dalam sujud dan menghaturkan do’a permohonan sebanyak mungkin sehingga sampai puncaknya ialah suatu waktu Allah jatuh kasihan sampai jatuh cinta kepada kita. Jika Allah sudah jatuh cinta maka apa saja yang kita mohon pasti dikabulkan bahkan sampai Allah akan memanjakan kita. Kemungkinan ini bukan omong kosong sebab Allah sendiri yang berjanji untuk ini seperti yang diterangkan oleh Nabi Saw. dalam hadis Qudsi berikut:
6021 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ (وراه البخاري)*
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah bersabda: “Sungguh Allah berfirman: “Barang siapa memusuhi kekasih-Ku maka benar-benar Aku umumkan perang kepadanya. Ada hamba-Ku yang taqarrub-mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang menyenangkan Aku lebh dari apa yang Aku tentukan untuk dia. Ada hamba-Ku yang tidak henti-hentinya taqarrub-mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat, sehingga Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintai dia, maka Aku menjadi pendengarannya dia mendengar dengan pendengaran itu, Aku menjadi pengelihatannya dia melihat dengan pengelihatan itu, aku menjadi tangannya dia berbuat dengan tangan itu, Aku menjadi kakinya, dia berjalan dengan kaki itu. Sungguh jika dia memohon kepada-Ku pasti Aku kabulkan, jika dia memohonan perlindungan-Ku maka dia pasti Aku lindungi”(HR Bukhari no.6021).
Adab tata susila berdo’a
Bagaimana usaha kita agar supaya do’a kita itu dikabulkan Allah, sudah tentu harus mengikuti tata cara yang disukai Allah melalui penjelasan dari Rasul Saw.utusan Allah, yaitu:
A.. Asas dasarnya
Asas yang sangat mendasar agar do’a kita dikabulkan Allah ialah:
1.Tidak menyimpang dari apa yang diridhoi Allah maupun petunjuk Rasul Saw , sesuai dengan peringatan Allah dalam S.5 al-Maidah 72, S.18 al-Khafi 110.
2. Tidak durhaka dan tidak maksiyat kepada Allah, sesuai dengan firman Allah S.49 Al-Hujurat 7; S.11 Hud 63.
3. Berniat melulu mencari ridho Allah semata, Allah memperingatkan hal ini di dalam S.48 Al-Fat-hu 29; S.98 Al-Bayyinah 8; S.27 An-Naml 19; S.92 Al-Lail 29-21; S.89 Al-Fajri 27-30; S.2 Al-Baqarah 207; S.4 An-Nisa` 114; S.6 Al-An’am 52 .
4. Dengan tulus ikhlas Lillahi Ta’ala menjiwai seluruh kehidupan, Allah memperingatkan kita di dalam S.40 Ghafir 65; S.98 Al-Bayyinah 5 S.39 Az-Zumar 11-14; S.7 Al-A’raf 29.
B. Persiapan sebelumnya
Beberapa waktu sebelumnya harus disiapkan beberapa amalan berikut:
1. Tidak mengkonsumsi makanan yang haram, sesuai dengan petunjuk Rasul Saw. dalam hadis Muslim no.1686
2. Berpuasa 3 hari, tanggal 13-14-15 bulan Qomariyah, Senin-Kamis atau Puasa Dawud, sehari puasa sehari tidak berpuasa mengikuti petunjuk Rasul Saw. dalam hadis shahih Bukhari no.1842 dan Muslim no.1962.
3. Tawashul melalui perbuatan amal soleh, sedekah dan beramal banyak-banyak oleh kita yang berdo’a dan tidak boleh menerima upah berdo’a atau tanda jasa apapun juga karena do’anya, demikian petunjuk dari Rasul Saw. dalam hadis Bukhari no.2063 dan Mulim no.4962.


C. .Adab tata susila berdo’a
Tepat pada waktu mengajukan do’a permohonan harus kita mengikuti aturan Allah maupun petunjuk Rasul utusan Allah, yaitu:
1. Merendah diri-Andap asor (Lihat Al-Quran .s7a205;s6a63;s7a55)
2..Tidak mendesak meminta segera terkabul (Bukhari no.5865)
3..Barpakaian yang sopan dan suci (Lihat Al-Quran .s7a31)
4..Taqarrub=dedepe, pasrah bongkokan kepada Allah secara maksimal (Lihat Al-Quran s96a19; s40a44;Bukhari no.6021 )
5. Dengan suara yang lembut penuh hormat (Bukhari no.5905).
6..Dalam sujud (Abu Dawud no. 741;Ahmad no. 9083)
7..Tidak berhenti dari Taqarrub kepada Allah (Lihat. Al-Quran .s33a41; s2a152; Muslim no.558; Abu Dawud no.17 )
D. Waktu yang paling afdhol untuk berdo’a
Walaupun ada beberapa waktu yang lebih afdhol untuk berdo’a akan tetapi yang paling adhol ialah pada waktu malam ketika sujud, sebagaimana firman Allah dan sabda Nabi Saw. berikut:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا(79)(الاسراء)
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(s.17 Al-Isra` 79).
744 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ (رواه مسلم والنسائ 1125)
Artinya: “ Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. besabda: “Jarak yang paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya ialah saat ketika dia di dalam sujud, maka banyak-banyaklah kalian memohon”(HR. Muslim no.744,Nasai no.1125)
Sesuai dengan janji Allah dan Rasul Saw. tersebut dalam uraian di atas, sebenarnya semua do’a kita itu akan dikabulkan Allah, hanya saja Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, apakah diberikan seketika kontan apa yang kita mohon ataukah materi apa yang paling tepat untuk diberikan sehingga tidak persis seperti apa yang kita sebut dalam do’a, bahkan Allah Maha Mengetahui waktu yang paling tepat kapan harus diberikan diganti dengan yang lebih afdhol materi atau waktunya (Turmudzi no.3531, Ahmad no.19709).
E. Memulai do’a
Dalam mengajukan do’a permohonan maka harus kita dahului dengan puji-pujian kepada Allah sebagai berikut:
1.. Membaca surat Al-Fatihah lebih dahulu(Bukhari no.4280, Muslim no.1339)
2. Shalawat kepada Nabi Saw.(Lihat Al-Quran s3356,Turmudzi no.448)
3. Membaca Hamdalah, puji-pujian kepada Allah(Turmudzi 3398, Nasai no.1267)
4.. Bertaubat mohon ampun kepada Allah(Lihat Al-Quran s7a23;s66a8)
5.. Membaca Asma`ul Husna (Lihat Al-Quran:s17a110;s20a8 dan Hadis Bukhari CD no.3429)
6.. Membaca tasbih dan Takbir(Lihat.Al-Quran.s87a1-3 )
F..Isi do’a
Permohonan yang sangat disukai Allah ialah do’a yang isinya sebagai berikut:
1 Tidak mengandung dosa (Lihat Al-Quran:s60a12;s49a7;s85a9-Bukhari no.5865;Muslim no. 4916)
2. Demi kebaikan bukan keburukan(s47a22);
3. Tidak memutuskan tali silaturahim dengan siapa saja(Lihat Al-Quran:s47a22-Ahmad no.10709)
G.. Do’a sederhana
(1) اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
(2) رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(3) لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
(4) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا()إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
(5) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
(6) (7) رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
(8) رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(9) سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ()وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ()وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
------------
Arti bacaan do’a no.1-10 di atas
(1) Ya Allah Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Engkau telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang senantiasa dalam genggaman-Mu serta dalam ketetapan-Mu tidak ada kemampuan bagiku. Aku mengadu kepada-Mu dengan nikmat-Mu atas aku. Dan aku mengadu kepada Engkau dengan dosaku, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, aku berlindung pada-Mu dari kejahatan yang telah aku perbuat (HR Bukhari no.5842 dan Muslim no.1288).
(2) "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi"(S.2 Al-Baqarah 201)
(3) Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Penyantun yang Maha Mulia, Maha Suci Allah Tuhan Pemilik ‘Arsy yang agung. Segala puji kepunyaan Allah seru sekalian alam. Aku mohon rahmat-Mu yang sudah Engkau tetapkan, hasrat kuat aku memohon ampunan-Mu dan kebagusan banyak-banyak serta keselamatan dari seluruh dosa, Janganlah Engkau membiarkan dosa tetap padaku melainkan engkau ampuninya, janganlah Engkau membiarkan kesusahan tetap padaku melainkan Engkau lenyapkannya Dan janganlah ada keinginan yang Engkau ridhoi melainkan Engkau tetapkan padaku, wahai Tuhan yang Maha Kasih Sayang” (Turmudzi no.441, Ibnu Majah no. 1374).
(4) "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman”(S.25 Al-Furqan 65)
(5) "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (S.25 Al-Furqan 74)
(6)(7) "Wahai Tuhanku, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil dan ampunilah sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
(8) "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (S.2 Al-Baqarah 201)
(9) Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam (S 37 Ash-Shaffat 180-182)
H. Do’a untuk orang mati
Selanjutnya jika do’a itu dimaksudkan untuk memohonkan maghfirah dan kebahagiaan yang hakiki bagi bapak ibu dan saudara kita seagama maka kita berdo’a dengan setulus-tulusnya, dengan niat yang suci Lillahi Ta’ala, betul-betul tidak mengharapkan materi jamuan atau nafsu keduniaan sama sekali, kecuali memohonkan rahmat dan maghfirah serta kebahagiaan yang hakiki surga jannatun na’im untuk almarhum yang diniatkan oleh shohibul bait upacara Tahlil dan tata cara berdo’a seperti terurai di atas dengan Tahlil yang sebenarnya. Rasulullah Saw. mengajarkan do’a kepada kita bagaimana berdo’a untuk orang mati sebagai berikut:
(1)== اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
(2)==َ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا
Artinya:
(1) “Ya Allah ampunilah dia, limpahkan rahmat, keselamatan, hapuskan dosa-dosanya, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, basuhlah dia dengan air dan es dan embun, bersihkanlah dia dari kesalahan seperti bersihnya baju yang putih dari noda, gantilah dia rumah yang lebih baik dari miliknya dan gantilah keluarga padanya yang lebih baik dari keluarganya, jodoh yang lebih baik dari jodohnya, masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dia dari azab kubur atau azab neraka” -( Hadis Muslim no. 1600).-
(2) “Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami semua yang masih hidup dan yang sudah mati, yang ada disini dan yang tidak hadir, yang kecil dan yang besar, yang laki-laki dan yang perempuan dari kami” -(Turmudzi no.945, Nasai no.1960)-
I. Berdo’a dengan do’a para nabi dan orang ‘alim soleh:
(1) Do’a N.Adam:s7a23; (2)Do’a N.Nuh:s71a28; (3)Do’a N.Ibrahim:s6a79;s26a83-85;s2a126-127;s14a35-38;a40-41;s37a100; (4)Do’a N.Luth:s26a169; (5)Do’a N.Yusuf :s12a101; (6)Do’a N.Musa s28a21-22; s28a24; s7a151; s7a155-156; s20a25-35; (7)N.Dawud dan Do’a N.Sulaiman:s27a15; (8)Do’a N.Sulaiman: s27a19; (9)Do’a N.Yunus: s21a87; (10)Do’a Ashabulkahfi: s18a10; (11)Do’a Nabi Muhammad-Saw: s17a80; s23a118; s23a97-98; s21a112; (12)Do’a para ’Alimsoleh: s2a201; s3a8; s3a147; s25a65-66; s25a74; s59a10.
Natijah
Allah sudah memilih kita untuk dianugerahi rahmat dan barokah yang sangat luhur berupa Iman dan Islam dalam hati kita. Untuk mensyukuri nikmat Allah yang terlalu mahal ini kita tidak lain kecuali harus melakukan amal ibadah yang sangat disenangi Allah, yaitu mengikuti petunjuk Allah baik melalui Al-Quran maupun bimbingan Rasul Saw.utusan Allah.
Khusus untuk akidah-kepercayaan dan cara beribadah kepada Allah lebih-lebih memohon maghfirah-ampunan serta anugerah Allah sudah tentu harus dengan cara yang disenangi Allah kalau dapat sampai Allah cinta kepada kita bahkan memanjakan kita. Ini semua bukan kita mengada-ada, karena Allah sendiri dan juga Rasulullah Saw. memberikan janji-janji ini. Sebagian dari jalan menuju kepada maksud-maksud ini ialah dengan dzikir dan Tahlil yang sebenarnya.
Seperti halnya orang naik haji, maka untuk menjadi tamu Allah yang diistilahkan dengan Dhuyufur Rahman wajib mentaati aturan sopan santun bertamu ke rumah Allah Baitullah Masjidil Haram Makkah, maka shalat dan beribadahpun juga wajib mengikuti aturan sopan santun bagaimana cara menghadap (Sowan ing ngarso Gusti) Allah yang Maha Esa satu-satunya yang Maha dalam segala sifat dan nama. Rasulullah Muhammad Saw. sendiri memang sudah dipilih oleh Allah dengan gelar Al-Mushthafa=Yang terpilih, sehingga betul-betul Allah menjaga beliau suci dari dosa dan noda dan petunjuk Rasulullah Saw. itu sudah cukup sempurna tidak kurang suatu apa sedikitpun juga. Sehingga kita yang serba salah dan lupa ini tidak mempunyai hak untuk menambah-nambah ajaran Rasul utusan Allah ini.
Walaupun demikian kita sebagai orang yang tidak dijamin oleh Allah setingkat dengan nabi atau rasul, maka semua itu kita hanya berusaha menurut kodrat kemampuan yang ada pada kita masing-masing, daan dengan ini pula penulis memohon kepada para pembaca untuk kembali kepada bunyi asli dari nash Al-Quran dan hadis Rasul Saw. Semoga Allah Ta’ala memberikan maghfirah, anugerah yang paling indah paling ideal kepada kita semua.. Amin ya Rabbal ‘alamin


---===ooo0ooo===---

Daftar Pustaka
Atjeh, Abu Bakar, Pengantar Ilmu Tarikat, FAHM Tawi &Son, Jakarta, 1966
Baiquni, Ahmad Prof.DR.MSc, Al-Quran dan IPTEK, Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1994
Bakri (al), Sayyid, I’anatuth Thalibin, Darul Fikri, Bairut, tanpa tahun
Gozalba, Sidi, Sistematika Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 1990
Gatra, Majalah Mingguan, Jakarta, 14 Mei 2005
Hasan, Afif, Madzhab Kaum Tradisionalis, Disertasi, IAIN Surabaya, 2005
Hasan, ‘Usman, Durratun Nasihin, Syarikatul Ma’ari, Bandung, tanpa tahun
Khusyaeri, KH.Mas’ud, Yasin-Tahlil, Agung Mewdia, Surabaya
Nawawi (an), Muhyiddin, Al-Adzkar, Syarikatul Ma’arif, Bandung, tanpa tahun
PPS IAIN, Himpunan Makalah, Pasca Sarjana IAIN Syahid, Jakarta, 1990
Qasimi (al), Jamaluddin, Mahasinut Ta` wil, ‘Isal Babil Halabi, Kairo, 1957
Syafi’i(Asy), Muhammad Idris, Al-Umm, Darul Ma’rifah, Bairut, 1393H
Syarbini (asy), Mughnil Muhtaj, Darul Fikri, Bairut, tanpa tahun
Syaukani (asy), Muhammad ‘Ali, Nailul Authar, Darul Fikri, Bairut, 1989
Thaba’thaba`i(at), Al-Mizan, Mu`assasatul Isma’iliyah, Bairut, 1371H
Zuhaili (az), Al-Fiqhul Islami, Darul Fikri, Bairut, 1989

(*) Hubungi kami di : http://imam-muchlas.blogspot.com
ketik kirim kepada: h.imam.muchlas @gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Ke-

About Me

Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates