Jumat, 09 Desember 2011

HAKIKAT AKU DIRI MANUSIA

011(11)8 Tafsir Tematis Kontemporer

HAKIKAT AKU
DIRI MANUSIA

Al-Quran S.51 Adz-Dzariyat 19-22
وَفِي الْأَرْضِ ءَايَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ(20)وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ(21)وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ(22)(الذاريات -)
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”(S.51 Adz-Dzariyat 19-22).
Tema dan sari tilawah
1. Allah menyuruh kita semua untuk banyak berpikir dan merenungi ciptaan Allah isi jagad raya ini.
2. Bahwa di bumi ini banyak sekali ayat-ayat Allah itu.
3. Lebih-lebih masalah hakikat diri kita manusia ini maka harus direnungkan dengan mendalam.
4. Demikian juga supaya kita pikirkan dengan sungguh-sungguh masalah langit itu apa dan bagaimana sebenatnya.
5. Pikirkan juga bagaimana anugerah Allah yang mungkin akan turun dari langit.
Masalah dan analisa jawaban
Dari sekian banyak masalah, maka yang mendesak ialah:
1. Apa saja yang menjadi lahan berpikir otak manusia itu? Jawaban sementara: Lahan berpikir akal manusia ialah alam yang dapat diserap oleh panca indra dan alam yang metafisis tidak terjangkau oleh panca indra lahir.
2. Apa sebenarnya hakikat AKU diri manusia itu? Jawaban sementara: Hakikat AKU diri manusia itu ialah gulungan film rekaman seluruh alam indrawi dan metafisis yang masuk ke dalam akal pikiran manusia.
3. Bagaimana arah maksud Allah memerintahkan kita untuk memikirkan hakikat diri manusia itu? Jawaban sementara: Maksud Alah menyuruh manusia berpikir ini telah dirumuskan para ulama yaitu agar supaya hidup manusia itu sejahtera-bahagia dengan cara membuat dirinya itu menjadi sumber amal soleh, membela keadilan bagi seluruh umat manusia dan terpenuhinya maslahah yang hakiki. dalam hidupnya.
Pendalaman dan penelitian

BAB SATU
Isi otak pikiran manusia
Masalah ke-1: Apa saja yang menjadi lahan berpikir otak manusia itu? Jawaban sementara: Lahan obyek yang dipikir oleh akal manusia ialah alam yang dapat diserap oleh panca indra dan alam yang metafisis tidak tertangkap oleh panca indra. Jelasnya jagad raya ini dibagi dua yaitu: Alam zhahir dan alam gaib, Alam zhahir itu semua yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan oleh indra manusia, sedangkan alam gaib ialah nuansa yang dapat dijangkau hanya oleh akal dan indra batin, lebih mendalam adalah sebagai berikut:
A. Ilmu Fisika dan Ilmu Metafsika
Ilmu mengenai bagaimana kita memahami hakikat dari segala yang ada di alam ini namanya Ilmu Ontologi sedangkan Ilmu Ontologi ini ada dua bidang, yaitu Ilmu Fisika dan Ilmu Metafisika. Maka obyek yang dibicarakan oleh Ilmu Ontologi itu terdiri dari materi yang tampak yang dapat dirasakan dapat disaksikan melalui panca indra dan alam gaib yang tidak tampak yang bersifat rohani, alam yang ada di belakang tabir jagad raya ini, yakni yang tidak dapat dilihat tidak dapat diraba tetapi hanya dapat dipikir atau di renungkan dalam otak. Ilmu tentang alam zhahiriyah yang indrawi ialah Ilmu Fisika dan Ilmu Fisika itu hanya mempersoalkan apa yang dapat ditangkap oleh panca indera saja, sebaliknya apa yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera dibahas oleh Ilmu Metafsisika. Dan Ilmu Metafsika itu mencakup masalah keagamaan (Teologi).
Dalam memandang dua kenyataan alam materi dan alam rohani ini maka timbul 4 macam aliran pikiran, yaitu:1) Dualisme; 2) Materialisme; 3) Idealisme; 4) Agnostisisme.
Ad 1 Dualisme
Dualisme ialah suatu aliran yang percaya bahwa dalam alam semesta ini ada dua hakikat, yaitu dunia materi yang dinamakannya “dunia ruang” dan dunia rohani yang mereka namakan “dunia kesadaran”, kedua-duanya sama-sama abadi dan azali demikian pendapat .Descartes (1650M). Di sisi lain Aristoteles (322SM) menamakan dunia ruang itu materi sedangkan yang rohani dia namakannya forma. Menurut Al-Quran apa yang mereka percaya sebagai dualisme dalam arti luas adalah makhluk ciptaan Allah, seperti yang terurai di dalam ayat berikut:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (الذاريات 49)
Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah”(S.51 Adz-Dzariyat 49).
Faham yang berlawanan dengan aliran dualisme itu alah faham Monisme, yaitu bahwa hakikat apa yang ada ini hanya satu saja. Faham Monisme terbagi dua, yaitu Materialisme dan Idealisme.. Kaum Materialisme mengatakan bahwa hakikat dari semua yang ada ini adalah materi, sedangkan aliran Idealisme atau Spiritualisme mengatakan bahwa hakikat yang sebenarnya dari apa yang ada ini adalah rohani
Ad.2. Materialisme
Para ilmuwan menyamakan faham Materialisme dengan Naturalisme karena mereka cenderung memusatkan perhatiannya kepada alam yang bersifat materi saja yaitu alam lahiriyah ini; Thales (545SM) berpendapat bahwa asal usul alam itu dari air; Anaximandros (545SM) mengatakan bahwa alam ini asalnya dari apeiron yang sifatnya tak terbatas; Anaximenes (528SM) mengatakan asal alam raya itu dari udara; Demokritos (360SM) mengatakan asal usul alam itu dari atom, tidak ada lain di alam ini kecuali atom dan ruang kosong. Jelas mereka tidak percaya kepada Tuhan.
Para ulama menuduh kaum yang tidak percaya kepada adanya Tuhan Maha Pencipta dan Maha Pemelihara alam ini dan hanya percaya kepada otomatisnya proses jalannya alam adalah kaum Historis-Materialisme mirip dengan apa yang dituduhkan oleh Al-Quran kepada masyarakat Arab Jahiliyah dahulu yang disebut-sebut di dalam Al-Quran berikut:
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (ألجاثية 24)
Artinya; “Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”(S.45 Al-Jatsiyah 24).
Ad 3 Idealisme atau Spiritualisme
Idealisme ialah aliran faham serba cita-cita dan aliran Idelaime juga dinamakan Spiritualisme; lebih gampangnya spiritualisme ialah aliran yang percaya bahwa setiap yang ada ini mempunyai roh. Menurut aliran ini materi itu adalah penjilmaan dari rohani, sedangkan rohani itu nilainya lebih tinggi dari pada materi, karena materi itu hanya bayangan saja dari rohani. Menurut aliran idealisme kebudayaan itu perwujudan dari cita-cita sedangkan cita-cita itu adalah Rohani. Sasaran pikiran aliran Idealisme mencakup akal, kesadaran, cita-cita, jiwa atau suksma.
Ajaran Idealisme ini awalnya dikemukakan oleh Plato yang mengatakan bahwa hakikat yang sebenarnya dari alam yang ada ini adalah alam pikiran atau idea, sedangkan alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah bayangan saja dari alam idea.


Ad 4.Agnosticisme
Aliran Agnosticisme adalah suatu aliran yang mengingkari kemampuan manusia untuk mengetahui hakikat materi ataupun hakikat rohani. Tokoh aliran Agnosticisme ialah Heidegger dan Jaspers yang berpendapat bahwa yang mutlak atau transendent itu tidak ada sama sekali.
B. TEOLOGI
Teologi ialah suatu faham ketuhanan yang tumbuh berpangkal melulu dari peristiwa kejadian alam saja, maka dari itu teologi ini dapat dinamakan Teologi Naturalis. Namun demikian sebagian dari mereka-pun juga mengakui adanya Sang Pencipta dan Pengatur alam, sehingga aliran ini juga dapat disebut dengan Theodecia. Mereka ini mengakui adanya Tuhan berdasarkan akal melulu..
Seperti yang pernah digagas oleh Anaximandros bahwa asal usul alam semesta ini dari Apeiron yaitu sesuatu yang tidak mempunyai batas dan tidak terhingga. Senada dengan ini Herakleitos berpendapat bahwa alam semesta ini ada yang mengatur secara tetap sistematis, rapi dan terus-menerus yaitu Hukum Dunia namanya Logos. Logos sendiri artinya ialah pikiran yang benar dan dari bunyi logos berkembang menjadi Logika atau Logis. Menurut mereka Logos itu adalah “Hukum Dunia” dia mengatur dunia dengan sangat tertib sekali.
Al-Quran mengatakan bahwa seluruh alam semesta ini mengucapkan tasbih artinya me-Maha Suci-kan Allah, hanya saja manusia tidak mengetahui cara benda-benda alam itu bertasbih. Menurut para ulama cara makhluk alam semesta bertasbih kepada Allah itu berwujud ketaatannya melakukan tugas masing-masing dengan sangat tertib teratur rapi sistematis otomatis sejak awal peciptaan bumi dan langit dahulu sampai sekarang ini. Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ (النور 41)
Artinya: “Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”(S.24 An-Nur 41).
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (الاسراء 44)
Artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”(S.17 Al-Isra` 44).
Hasbullah Bakry dalam bukunya Pengantar Ilmu Filsafat (1986:62) mengidentikkan Hukum Logos para filsuf di atas ini sangat mirip dengan Sunnatullah atau Hukum Allah, hanya sayangnya para ahli pikir tersebut tidak berhasil menemukan Tuhan yang menciptakan Logos mereka terhenti hanya merenungkan bekas-bekas atau peristiwa perubahannya saja. Selanjutnya Teologi Naturalisme ini dibagi dua , yaitu: Theisme dan Pantheisme. Anaxagoras berpendapat bahwa kodrat atau kekuasaan yang menggerakkan alam semesta ini datang dari luar, maka faham ini dinamakan Theisme. Sedangkan Demokritos berpendapat bahwa kodrat-kekuatan yang menggerakkan alam ini berada didalam alam itu sendiri, maka faham ini dnamakan Pantheisme.
a) Theisme
Theisme ialah suatu aliran yang berpendapat bahwa kekuatan yang menggerakkan alam ini datang dari luar alam dan mereka menamakan–nya Tuhan. Tuhan inilah yang menggerakkan dan memelihara alam dengan sangat teratur. Sayang sekali para ahli pikir Theisme ini berhenti hanya pada pengakuan adanya Tuhan. Bahkan pengakuan itupun tidak jelas dan tidak seragam bagaimana sifat-sifat sesuatu yang mereka duga sebagai Tuhan itu, sehingga keterangannya saling berbeda menurut pikiran mereka masing-masing, misalnya Logos teori Herakleitos, Cinta teori dari Empedokles, Nus teori dari Anaxagoras dan Idea Tertinggi dari Plato serta Prima Causa teori dari Aristoteles tidak ada kesamaannya. Lebih dari pengakuan itu mereka tidak mampu meneruskan pemikirannya dan berhenti sampai disitu saja, sehingga Theisme ini tidak mengandung ajaran ibadah dan tidak ada hukum agama, paling banter aliran ini hanya berspekulasi tentang adanya teori tentang etika yang juga saling berbeda rincian maupun global-umumnya.
b) Pantheisme
Pantheisme ialah suatu aliran pendapat bahwa kodrat kekuasaan yang menggerakkan alam ini berada di dalam alam itu sendiri. Faham Pantheisme ini mengandung beberapa macam teori, yaitu:
1) Atomistik dari Xenophanes diteruskan oleh Demokritos mereka berpendapat bahwa alam ini tidak lain kecuali atom yang bergerak dan berkembang secara teratur sistematis.
2) Aliran Stoa berpendapat bahwa segala sesuatu di alam ini berwujud Jiwa dan Raga tidak mungkin jiwa saja tidak mungkin raga sendirian maka kesatuan jiwa dan raga itu dinamakan Pneuma sedangkan Peneuma adalah Tuhan
3) Aliran Neo Platonisme berpendapat bahwa Tuhan dan alam merupakan satu kesatuan, dalam pengertian bahwa segala sesuatu merupakan limpahan atau emanasi dari Tuhan dan emanasi pertama berwujud roh alam, kemudian roh alam atau jiwa alam melimpahkan sesuatu berwujud dunia jasmani mirip teori idea Plato dan teori logos dari Herakleitos..
4) Aliran Natura-naturas teori dari Spinoza, dia berpendapat bahwa yang menciptakan dan yang diciptakan itu adalah “sama dan satu”.
Politheisme itu sangat mirip dengan faham Pantheisme, hanya saja Politheisme berpendapat bahwa sebagian dari alam dapat menjadi Tuhan, sedangkan Pantheisme menyatakan bahwa alam ini adalah Tuhan tetapi orang tidak merasa dirinya Tuhan.
Hasbullah Bakry (1986:69) mengaitkan faham Politheisme itu dengan ajaran Trinitas bahwa salah satu oknom dari Trinitas itu ialah Yesus, maka Yesus itu manusia sekaligus Tuhan adalah jelas Pantheisme-Politheistis artinya banyak Tuhan menjadi satu dengan alam dan berada di dalam alam. Secara historis ajaran Trinitas ini berasal dari ajaran Stoa yang diusung oleh Paulus ke dalam agama Nasrani sedangkan teori penebusan dosa ajaran Paulus itu berasal dari filsafat Pythagoras.
Berangkat dari catatan Hasbullah Bakry bahwa Metafisika ialah apa yang dibalik alam nyata dan menurut HM.Rasyidi (1984:20) metafisika itu ialah apa yang dibelakang alam. Maka untuk memahami hakikat apa yang dibelakang alam nyata ini tidak lain harus melalui Al-Khaliq yaitu Dzat yang menciptakan alam nyata dan alam gaib atau yang menciptakan fisika dan metafisika.
Terhadap semua teori dan dugaan-dugaan para filosuf itu perlu kita membaca tulisan mereka itu dengan kaca mata Al-Quran, Allah berfirman sebagai berikut:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ (الانعام 116)
Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”(S.6 Al-An’am 116).
Hidangan yang menjadi garapan akal manusia ialah semua keadaan yang ada di hadapan manusia maka Hasbullah Bakry dalam bukunya Pengantar Ilmu Filsafat (1986:17) menyederhanakan lahan atau ladang pemikiran akal itu menjadi 3 bidang, yaitu: Logika; Metafisika; Etika. Dengan keterangan bahwa Logika itu pendahuluan, metafisika itu macam yang dibicarakan dan Etika itu tujuan pembicaraanl. HM Rasyidi (1984:17) menyebutkannya Logika dan, Epistimologi.
BAB DUA
Hakikat AKU diri manusia
Masalah ke-2: Apa sebenarnya hakikat AKU diri manusia itu? Jawaban sementara: Hakikat AKU diri manusia itu ialah gulungan film rekaman seluruh alam indrawi dan metafisis yang masuk ke dalam akal pikiran manusia. Lebih mendalam lagi kita renungkan uraian berikut:
Dr Paryana dari Akademi Metafisika Yogya menggambarkan AKU dari diri manusia itu dengan ilmu fisika melalui system atom, fokusnya ialah electron. Jika kita sederhanakan gambaranya adalah sebagai berikut.
AKU dari diri manusia itu jika boleh kita umpamakan adalah bagaikan otak atau inti suatu unit media komunikasi, misalnya Surat Kabar JAWA POS. Oplag koran Jawa pos beberapa waktu yang lalu sekitar 300.000 eksemplar yang digerakkan oleh sang manager dengan staf dan jaringan pelaku usaha yang jumlahnya terlalu banyak. Dan pelaku utama dalam usaha ini ialah WARTAWAN. Kerja para wartawan suatu unit media komunikasi surat kabar, majalah atau jurnal itu setiap harinya ialah meliput data dan fakta yang terjadi di alam ini, bahkan untuk media komunikasi elektronis wartawan itu meliput berita mencakup suara dan gambar dengan gambar yang berwarna. Semua data&fakta tadi dengan secepat mungkin dikirimkan ke kantor pusat unit media komunikasinya dan di kantor pusatnya melalui pos utama lalu disalurkan ke ruang spseial bagiannya masing-masing, sebagaimana kolom dari rubrik atau kelompok judul dan halaman surat kabar atau majalah itu,
Di dalam masing-masing kamar itulah data&fakta diolah dan dikelola serta diproses untuk dicetak lalu diekspose kepada pembaca atau pelanggan media komunikasi, harian, mingguan, bulanan tersebut. Semua dikerjakan secepat-cepatnya untuk memenuhi berbagai macam kepentingan, disebarkan seluas-luasnya melalui agen sampai loper-pengecer masuk kampong keluar kampung, membagi koran atau tabloid kepada pelanggan-pembaca untuk dinikmatinya. Lebih hebatnya lagi ialah unit media komunikasi elektronis, televise dan semacamnya, begitu peristiwa terjadi di belahan dunia jagad raya yang paling jauh, dalam waktu yang terlalu cepat data&fakta tersebut di atas sudah dapat dinikmati oleh pelanggan,, pembaca, pendengar, pemeriksanya.
Dr Paryana dari Akademi Metafisika Yogya di atas menggambarkan hakikat AKU diri manusia itu adalah bagaikan gulungan film yang menyimpan data&fakta hasil pengamatan indra lahir dan indra batin seseorang dalam seluruh gerak gerik setiap detiknya.
Kita terjemahkan gambaran dari dr. Paryana tersebut sebagai berikut: Bahwa bagian yang paling kecil tubuh manusia adalah atom, salah satu bagian dari atom namanya electron. Perlu diingat bahwa electron itu bukan materi tetapi makhluk gaib bahkan electron itu adalah potensi atau daya-penggerak dia adalah salah satu isi alam metafisika yang tidak dapat dicapai oleh apa/siapa kecuali hanya direnungkan oleh akal..
Elektron ini dibayangkan persis seperti wartawan surat kabar, majalah mingguan atau bulanan, dia meliput data&fakta sampai suara bahkan gambar yang berwarna dari prikel (data&fakta) yang disaksikan oleh elektron tubuh manusia. Secara metafisis (hanya dapat dibayangkan dan dipikir-pikir) bahwa fotokopi data&fakta tersebut berwujud elektron atau elektron ini membawa sendiri foto rekaman data&fakta sehingga deretan elektron dari setiap atom badan jasmani manusia ini mengalir bagaikan pita film yang masuk ke roll dalam gulungan film. Kemudian elektron ini mengalir menuju ke pangkal otak, di pangkal otak ini lektron (pita-film) ini secara otomatis dibarengi nafsu-nafsu (Instink) yang ikut berperan dalam menentukan taktik politik, perilaku dan tindakan dalam menanggapi prikel (data&fakta) yang masuk tersebut. Instink atau nafsu-nafsu ini mengantar elektron (pita film) itu masuk ke pusat akal (otak besar). Di dalam otak besar seluruh data&fakta itu dibagi-bagi disalurkan ke ruang-ruang dalam otak besar yaitu jurusan khusus pusat pemikiran, pusat gerak, pusat ingatan dan gudang simpanan. Proses pusat pemikiran menghasilkan politik, taktik, strategi, metodik-dedaktik pemecahan masalah kemudian mengeluarkan perintah gerak atau tindakan dalam menanggapi atau reaksi terhadap prikel (data& fakta) yang masuk itu, selanjutmnya melalui syarat-syarat jalurnya maka perintah gerak tadi diwujudkan dalam perbuatan nyata oleh anggota tubuh, tangan, kaki dan sebagainya menjadi tindakan lahiriyah yang dapat disaksikan oleh panca indra di luar AKU diri manusia yang menyaksikannya.
Perlu dicatat bahwa seluruh atom dalam tubuh jasmani manusia bekerja keras mengirim elektron data&fakta termasuk pikiran pikiran itu sendiri dan semua syaraf penyalur perbuatan yang dilalui oleh electron data&fakta yang mengalir dari/ke pangkal otak termasuk elektron data&fakta gerak-gerik perbuatan itu sendiri. Dan seluruh elektron (data&fakta) itu disimpan dalam pusat ingatan atau gudang penyimpanan data&fakta. Dan sekali lagi INI HANYA DAPAT DIRENUNGKAN DALAM ALAM PIKIRAN sehingga terlalu sulit difahamkan para pembaca (mohon maaf).
Selanjutnya di pusat arsip simpanan data&fakta tersebut menyatu menjadi paduan tunggal gulungan film yang sangat lengkap sekali mencakup seluruh peri laku, perbuatan apapun juga bahkan sampai niat, keinginan, angan-angan, program perecanaan, cita-cita, utopis bayangan yang paling tinggi.
Gulungan tumpukan film data&fakta inilah sebenarnya hakikat yang menamakan diri AKU, Dan AKU inilah yang menggerakkan badan jasmani manusia itu sndiri. AKu inilah yang menjawab jika dipanggil, AKU inilah yang mengeluarkan pidato yang gegap gempita atau berbisik dengan sangat halus sekali.
Dari sini terbayang bahwa seolah-olah AKU tersebut diciptakan oleh dunia yang mengelilingi dia sejak sebelum lahir sampai detik-detik terakhir hidupnya manusia. Maka banyak pakar Ilmu Jiwa, Misalnya John Lock dan pakar psikologi lainnya mengajukan teori TABULA RASA bahwa jiwa manusia itu awalnya seperti kertas putih kemudia terserah kepada alam sekitar yang memberi isi dan warna jiwa manusia atau orang tuanya ingin menulis dan membuat gambar pada kertas putih itu dengan tulisan atau gambar menurut sesuka hatinya sehingga tampaknya jiwa itu terbentuk oleh alam sekitar.
.
BAB TIGA
Maqashidusy Syari’ah
Masalah ke-3: Bagaimana arah maksud Allah memerintahkan kita untuk memikirkan hakikat diri sendiri manusia itu? Jawaban sementara: Maksud Alah menyuruh manusia memikirkan diri sendiri dan alam ini telah dirumuskan oleh para ulama ialah agar supaya hidup manusia itu menjadi sumber amal soleh, membela keadilan untuk seluruh umat manusia dan terpenuhinya maslahah yang hakiki.
A.Tujuan Syari’at Islam
Tujuan Syari’at Islam ialah mengambil maslahah dan mencegah madharat, artinya mengambil yang bagus sekaligus membuang yang jelek atau dengan istilah yang lebih terkenal ialah Amar ma’ruh Nahi munkar”, yaitu mengajak kepada kebagusan melawan kejahatan. Difahamkan dari nash Al-Quran S.21 Al-Anbiya` 107.dan berbagai macam riwayat hadis, maka Syari’at Islam datang dari Allah ditujukan untuk menjadi rahmat seluruh alam. Sehingga siapa yang mengikuti syarai’at Islam dengan tekun dia akan hidup bahagia di dunia sampai akhirat, sebaliknya siapa yang menyimpang dari ajaran syari’at Islam maka dia akan hidup sengsara dan menderita di dunia sampai akhirat.
Para pakar sosiologi-antropologi telah mengadakan penelitian mengenai apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup di dunia ini secara universal seluruh umat manusia dimana saja dan kapanpun juga, yaitu:
a. Ralph Piddington dalam bukunya “An Introduction to Social Anthropology” (1950:221) mencatat bahwa kebutuhan hidup manusia secara universal (Human Needs) ialah:
i. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer ialah kebutuhan yang sama untuk hidup oleh manusia dengan makhluk hewan, yaitu:
- Makan, minum, bernafas
- Membersihkan diri, istirahat, daya tahan diri dari serangan penyakit, serangan lawan atau derita dari perubahan cuaca,
- Pemenuhan nafsu birahi dan kebutuhan untuk mempunyai anak keturunan
ii. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan sosial manusia yang terdiri dari:
- Pengembangan kecerdasa akal, pendidikan dan kebudayaan
- Kebersamaan dalam kegiatan, berkomunikasi antar sesama
- Kepuasan akan pemilikan atas harta kekayaan
- Terselenggaranya ketertiban sosial, hukum dan adat
iii. Kebutuhan integratip
Kebutuhan integratip ialah kebutuhan yang berkaitan dengan soal perasaan moral, kepercayaan dan kesempurnaan hidup, yaitu kebutuhan-kebutuhan berikut: .
- Kegiatan ritual keagamaan (Magico religious system)
- Kebutuhan akan hiburan, permainan dan kepuasan dalam bidang seni kebudayaan serta keindahan.
b. Abraham Maslow dalam bukunya “Motivation and Personality” (1954:15) mengemukakan ada 5 kategori kebutuhan hidup manusia secara universal yaitu:
i. Kebutuhan dasar jasmani
ii. Kebutuhan akan ketertiban dan keamanan
iii. Kegiatan bersama dan rasa social sesama kelompoknya.
iv. Kehormatan dan penghargaan
v. Puncak kepuasan dan kesempurnaan serta kebahagiaan rohaniah.
Jika dianalisa secara mendalam maka teori Piddington dan Maslow di atas semua dapat tertampung dalam teori ahli hukum Islam yang dinamakan “Adl-Dlaruriyatul Khamsah”. Maka manusia yang wajar memerlukan akan terpenuhinya kebutuhan hidup manusia di dunia mencakup kebutuhan untuk melakukan penyembahan kepada Tuhan, kebutuhan hidup, keperluan akan harta, pengembangan akal dan menginginkan anak keturunan.
Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh (1958:289) menyatakan ada 3 target tujuan utama dari syari’at Islam, yaitu:
1.Pembinaan jiwa agar supaya setiap pribadi menjadi sumber amal soleh untuk orang lain, tidak membawa penderitaan atau kesengsaraan kepada sesama hidup.
2.Menegakan keadilan yang merata bagi seluruh umat manusia.
3.Menyelenggarakan suatu kehidupan masyarakat yang penuh maslahah yang hakiki
Maslahah yang hakiki ialah suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang serba terpenuhinya jaminan hidup yang 5 macam yang dinamakan “Adl-Dlaruriyatul Khamsah”, yaitu:
1.Terjaminnya kelangsungan syari’at Tuhan, suatu kehidupan yang berjiwa agama
2.Terjaminnya hak hidup setiap insan
3. Terjaminnya usaha pengembangan akal yang sehat
4. Terjaminnya hak berkeluarga dan berketurunan
5. Terjaminnya hak pemilikan atas harta kekayaan
Para ulama sangat memperhatikan Maqashidus Syari’ah ini misalnya:Ibrahim an-Nakha’i (w..96H=617M), Al-Maturidi(w.333H =944M), Al-Baqillani(w.403H=1013M), Al-Qarafi(w.685H=1286M.), Ath-Thufi (w.716H=1319M.), Ibnu Taimiyah (w. 728H=1329M, Ibnu al-Qayyim (w. 751H=1350M.).
Asy-Syathibi (w. 790 H.) dalam kitabnya Muwafaqat (tth:2 \ 8) menyatakan bahwa jaminan terpenuhinya tujuan syari’at Islam tersebut di atas dalam pelaksanaannya melalui tiga peringkat, yaitu:
i. Sangat penting sekali (Adh-Dharuriyat), yaitu kebutuhan hidup yang benar-benar sangat diperlukan, jika tidak terpenuhi akan membayakan hidup manusa.
ii. Diperlukan (Al-Hajiyat), yaitu kebutuhan hidup yang melengkapi kebutuhan pokok.
iii. Penyempurna (At-Tahsiniyat), yaitu kebutuhan hidup untuk kepuasan dan rasa senang sehingga hidup menjadi lebih sempurna dan bahagia.
Adh-Dharuriyyatul Khamsah (Human needs) di atas adalah sesuatu yang wajib demi terwujudnnya kemaslahatan dunia dan akhirat. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka akan timbul kerisauan dan kerusuhan bahkan hilangnya hidup dan kehidupan.
HAM: Anugerah Allah yang sangat besar sekali
Sungguh Allah telah memberi anugerah kepada semua manusia untuk menentukan masa depannya sendiri meskipun hanya berhasil membuat NIAT saja. Manusia diberi kebebasan membuat NIAT dan niat ini sangat dihargai oleh Allah yang sangat mendambakan manusia. .Allahumma ighfirli jika tulisan ini tidak benar.
Allah sudah memberi kepada semua manusia kebebasan memilih jalan hidupnya akan menjadi orang yang bertakwa ataukah akan menjadi manusia durhaka penuh dosa. Allah berfirman dalam Al-Quran dan Rasulullah Saw bersabda dalam hadisnya:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا( الكهف 29)
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”(S.18 Al-Kahfi 29).
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً (رواه البخاري 6010 ومسلم 187)
" Dari Ibnu Abbas r.a, dari Nabi Saw. dari Allah Azza wa Jalla berfirman (hadis qudsi),Nabi Saw beliau sabdakan; "Allah mencatat kebaikan dan kejahatan, " Lalu beliau jelaskan; "siapa yang berniat kebagusan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu kebaikan disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lalu ia amalkan, maka Allah mencatatnya sepuluh kebagusan, bahkan dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali-lipat, bahkan lipatganda yang tidak terbatas, sebaliknya barangsiapa yang berniat melakukan kejahatan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah menulis satu kebaikan disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat kejahatan dan jadi ia lakukan dalam perbuatan, maka Allah menulisnya cuma satu kejahatan saja”(HR Bukhari no.6010 dan Muslim no.187).
Penulis risalah ini berpendapat bahwa kebebasan manusia membuat niat ini adalah anugerah Allah kepada manusia, bukan bebas lepas dari Allah Ta’ala, manusia bebas membuat niat tetapi Allah itu mempunyai sifat Qudrat-Iradat Maha Kuasa dan Berkehendak.
Prof.Harun Nasution mencatat dalam Teologi Rasional Mu’tazilah (1987:75) mengutip bahwa menurut Mohammad ‘Abduh maka Allah sudah menciptakan Hukum namanya Sunnatullah dan manusia membuat keinginan dan menggerakkan daya untuk berbuat itu adalah menurut Sunnatullah.
Faham yang sangat keras dinyatakan oleh Ma’bad al Juhani (80H) dan Ghailan ad-Dimasyqi (abad viiiM) tokoh madzhab Qadariyah yang berpendapat bahwa manusia itu sendirilah yang mewujudkan perbuatannya melalui kemauan dan tenaganya. Menurut madzhab Qadariyah (Free will dan free act) manusia itu memiliki kebebasan dalam kemauan dan kebebasan dalam perbuatan.
Tetapi kaum Jabariyah berpendapat bahwa manusia itu persis seperti wayang seperti Gathutkoco dia mampu terbang di awang-awang atau Indrajid mampu bebas menyelam ke dalam air. Gathutkoco mampu terbang tinggi atau Indrajid bebas menyelam dalam air ini adalah sewaktu wayang ini dipegang dan dimainkan oleh Ki Dalang, maka saat Gathutkoco dan Indrajid diletakkan dalam Kothak Wayang (Wayang Kulit) dia tidak dapat bergerak sama sekali. Demikian juga manusia kehendak dan perbuatannya sudah ditakdirkan oleh Allah. Kaum Asy’ariyah adalah tengah-tengah antara ke dua pendapat Mu’tazilah dengan Jabariyah itu.
Fitrah yang suci
Konsep jiwa dalam Islam sangat berbeda sekali dari ajaran kaum Nasrani. Menurut ajaran agama Nasrani seluruh umat manusia itu sudah memikul dosa sejak sebelum lahir, yaitu dosa warisan dari moyangnya yang pertama, yaitu Nabi Adam karena dosa memakan buah Kuldi dan seluruh umat manusia akan masuk neraka semuanya kecuali yang percaya kepada Salib Yesus Sang Penebus Dosa dan hanya Yesus Anak Tuhan yang Tunggal yang mampu menebus dosa umat manusuia, Yesus tuhannya kaum Nasrani.
Menurut Al-Quran dan hadis maka jiwa manusia itu aslinya suci bersih dari dosa dan noda bahkan bayi dari pelacur dan pezina sekalipun maka bayi yang lahir dari mereka adalah suci sesuai dengan fitrah yang suci menurut ajaran Islam. Allah berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ( الروم 30)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(S.7 Al-A’raf 172).
Tinggal manusianya dia akan berbuat baik atau berbuat jahat, pilih berbuat amal soleh ataukah berbuat durhaka dan dosa; Allah berfiman:
(6)وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا(7)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(8)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا(10)(الشمس 7-10)
“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”(S.91 SY-Syamsi 7-10).
Allah telah memberi anugerah rahmat-Nya kepada manusia minimal NIAT saja akan dicatat oleh Allah sebagai kebagusan (akan mendapat pahala) walaupun niatnya itu tidak tercapai dan tidak berhasil melaksanakannya tetap Allah mencatat sebagai kebagusan, bahkan niat berbuat jahat sekalipun tetapi karena tidak jadi (Dengan syarat IMAN dan Islam), maka Allah juga mencatat sebagai suatu kebagusan.
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ (رواه البخاري 402 ومسلم 4807 )
“Bahwa Abu Hurairah r.a. berkata; Rasulullah Saw bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' kemudian beliau membaca firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah” (S. 30 Ar Ruum 30)(HR Bukhari no.402dan Muslim no.4807).
Secara Islamistis menyinggung teori konvergensi dari Barat itu maka Al-Quran S.8 Al-Anfal 25 menyatakan bahwa walaupun kita sudah berusaha keras membina diri memperkuat takwa kita, ternyata kita dihadang oleh faktor alam sekitar di hadapan kita yang menguji sampai dimana kemampuan kita mengatasi masalah yang berat; Jika kita gagal dan tidak lulus ujian, maka dampak akibatnya ialah mushibah berat akan menimpa diri kita orang yang beriman, maka kita wajib benar-benar jeli dan sangat waspada kepada situasi dan kondisi sekitar agar kita mampu mengatasi berbagai macan ujian dan godaan.. Menurut Al-Quran manusia itu ditantang oleh syaitan yang sudah mendap SIM (Surat Ijin Menggoda) manusia yaitu ijin dari Allah (Al-Quran s7a15, s15a37, s38a80); Disamping itu ujian terhadap manusia itu berupa godaan syaitan (Qs2a168a208, s6a142;s24a21), godaan hawa nafsu (Qs19a59, s23a71), godaan harta dunia (Qs6a70, s7a51, s35a5).
Jadi kita orang yang beriman akan mendapat tantangan disamping godaan syaitan, hawa nafsu dan harta keduniaan itu masih ada ujian berupa musibah yang datangnya dari perbuatan kesalahan yang dilakukan oleh orang zalim. Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ( الانفال 25)
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”(S.8 Al-Anfal 25).
Gulungan film kita akan diputar
Hakikat AKU diri manusi adalah himpunan film rekaman data&fakta perilaku perbuatan kita manusia di dunia, maka besuk di hari kiamat film kita itu akan diputar diperlihatkan isi lengkap rekaman hasil laporan wartawan (electron data&fakta) diri kita mulai dari gambar atau foto, suara bahkan sampai cita-cita yang paling utopis semua akan dipertunjukkan rekamannya kepada kita, seperti kalau kita sekarang merenungkan apa yang telah kita lakukan seharian ini ketika kita berbaring akan tidur!!!
Allah memperingatkan kepada kita dalam Al-Quran soal film yang kita bahas ini diistilahkan dengan kitab riwayat hidup selama menjadi penduduk dunia:
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (الاسراء 71)
" (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”(S.17 Al-sra` 71)
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ(7)فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا(8)وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا(9)وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ(10)فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا(11)وَيَصْلَى سَعِيرًا(12)(الانشقاق 7-12)
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”(S.84 Al-Insyiqaq 7-12)
Jika sendainya suatu masyarakat yang seluruh warganya membentuk AKU dirinya secara sosiologis suka mentaati dan berhasil mencapai tujuan Syari’at Allah, Maqashidusy-Syari’ah, menjadikan diri sebagai sumber amal soleh, pembela kebenaran dan keadilan bagi seluruh umat manusia serta memenuhi maslahah yang hakiki berhasil mewujudkan ke-5 prinsip hidup Adh-Dharuriyatul Khamsah tersebut di atas, maka Allah berjanji akan menganugerahkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sempurna kepada masyarakat yang demikian itu. Dan lebih tinggi lagi jika seluruh warga suatu kaum semua beriman serta bertakwa maka Allah akan menumpahkan rahmat barakah-Nya dari atas dari bawah dan dari semua sisi. Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ( النور 55)
" Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”(S.24 An-Nur 55).
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”(S.7 Al-A’raf 96).

Internet:http://pondokquranhadis.wordpress.com Email:pondokilmu7@gmail.com
Internet:http://imam-muchlas.blogspot.com,Email:h.imam.muchlas.@gmail.com









Selasa, 01 November 2011

IMTAQ dan IPTEK

011(9)24 ~Khutbah Jum’at tg.7-10-2011
IMTAQ dan IPTEK
Al-Quran S.3 Ali ‘Imran 102-103
َيأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ()وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ( ال عمران 102-103)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(S.3 Ali ‘Imran 102-103).
@ Latar belakang turunnya Al-Quran S.3 Ali ‘Imran 102.
@ Tafsir Ad-Durrul Mantsur (2h399) mencatat bahwa Sabab Nuzul s3a102 itu ialah bahwa suku Khazraj bermusuhan dengan suku Aus pada masa perang Bu’ast sebelum jaman kenabian. Maka setelah jaman Islam maka desakan perang mereka kambuh lagi namun kemudian mereka berdamai maka turun Al-Quran s3a102 itu (HR.Ibnu Abi Hatim 4h324).
Tafsir Ad-Durrul Mantsur (2h399) mencatat bahwa para sahabat merasa berat mengamalkan Al-Quran S3a102 itu maka kemudian turun Al-Quran s64a14 yang menjelaskan bahwa bertakwa tersebut itu semampunya. Tetapi Ibnu jarir, Ibnu Abi Hatim, An-Nahhas menyatakan bahwa Qs3a102 di atas ini tidak dihapus tidak mansukh, tetapi bahkan harus meningkatkan taqwa.

Tema dan sari tilawah
1. Orang yang beriman diwajibkan untuk maksimalisasi taqwa kepada Allah
2. Orang beriman harus berpegang teguh agama Islam sampai titik darah penghabisan tetap Islam.
3. Orang beriman harus bersatu padu berpegang teguh agama Allah tidak boleh berpecah belah.
4. Orang yang beriman dilarang mereka mengulang kesalahan masa lalu yang sangat berbahaya yang nyaris akan membawa mereka masuk neraka.
5. Maka Allah menganugerahkan rahmat sehingga mereka berdamai penuh rasa persaudaraan.
6. Itulah peringatan Allah maka hendaklah orang beriman mengambil hikmah rahasia pelajaran tersebut.
Masalah dan analisa jawaban
Masalah yang lebih mendesak ialah persoalan berikut:
~Masalah ke-1: Bagaimana makna taqwa itu?: Hipotesa: Taqwa ialah sikap berhati-hati mencari jalan yang benar dan baik, selamat, sejahtera, bahagia.
~Masalah ke-2: Bagaimana maksud taqwa yang sebenar-benarnya itu? Hipotesa: Makna Taqwa yang sebenar-benarnya ialah mentaati hakikat ilmu yang benar dan baik dengan usaha sepenuh daya kekuatan akal.
~ Masalah yang ke-3: Bagaimana benar dan baik menurut Allah? Hipotesa: Benar dan baik menurut Allah ialah benar dan baik sebagaimana yang sudah dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya yaitu Al-Quran mencakup hadis Nabi Saw.
Pendalaman dan penelitian

BAB SATU
Makna Taqwa
~Masalah ke-1: Bagaimana makna taqwa itu?: Hipotesa: Taqwa ialah sikap berhati-hati menempuh jalan yang benar dan baik, selamat, sejahtera, bahagia.
Makna istilah Taqwa
@ Semua ulama menyatakan bahwa kata Taqwa artinya berhati-hati. Ibnu Katsir (1h164) menggambarkan arti taqwa itu seperti orang yang berjalan di jalan yang penuh duri, jadi harus benar-benar sangat berhati-hati jangan sampai terkena duri jangan sampai menderita sakit.
@Al-Alusi (18h52)mengatakan bahwa taqwa itu dari lafal Al -Wiqayatu yang juga mengandung arti selamat dari kejelekan, keburukan, sehingga taqwa itu ialah berbuat yang baik yang bagus.
@Tafsir Nazhmud Durar (2h109) menjelaskan bahwa taqwa itu didahului dengan rasa takut kepada derita melalui kehati-hatian mencari jalan yang selamat sekaligus menghindari factor yang menyebabkan penderitaan.
@Ar-Raghib dalam Mufradat (tth:569) mengatakan bahwa taqwa itu berasal dari lafal Al-Wiqayatu= حِفْظُ الشَّيْئِ مِمَّا يُوْْذِيْهِ وَيِضُرُّهُ
Artinya menjaga diri dari penyebab sakit dan derita sengsara. Menurut istilah syar’i taqwa itu ialah menjaga diri dari noda dan dosa kepada Allah dengan cara mentaati syari’at Islam dan tidak melanggar larangan Allah.
Dari aspirasi semua ini kita dapat mengembangkan lagi bahwa taqwa itu disamping takut berbuat noda dan dosa kepada Allah taqwa itu mencakup berhati-hati dalam seluruh faktor yang menyebabkan derita sengsara.
Padahal kesengsaraan dan penderitaan itu sumbernya ialah perbuatan yang salah, perbuatan yang menyimpang, perilaku yang melanggar peraturan hukum mana saja, baik aturan bidang IPTEK, peraturan Negara lebih berat sekali ialah melanggar peraturan hukum Allah. Jadi taqwa itu betul-betul harus berhati-hati jangan sampai melanggar Hukum akal jangan sampai melanggar Hukum Alam, Hukum Logika, jangan sampai menyebal dari Hukum dari Hasil penelitian ilmiah mencakup seluruh cabang disiplin ilmu apa saja. Jadi Taqwa itu sama dengan berpegang teguh sangat keras dan ketat sekali mentaati Hukum Akal yang sehat dan Hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis singkatnya berhati-hati menghayati IMTAQ dan IPTEK mencakup Hukum Kebenaran dan Moral atau Akhlaq yang Luhur.
Menjaga diri dari perbuatan salah idealnya ialah menekuni ilmu IMTAQ dan IPTEK yang konskwensi artinya ialah sangat berhati-hati jangan membuat kesalahan yang mengakibatkan derita sakit dan bencana terhadap diri sendiri dan lebih berbahaya lagi menyebabkan bencana kepada orang lain. Bahkan arti Taqwa itu ialah sangat takut berbuat salah yang menyebabkan derita kesengsaraan kepada siapa saja lebih tinggi lagi ialah takut berbuat dosa kepada Allah
Jadi perbuatan salah itulah yang menyebabkan kita menderita sakit, sedih, sengsara, masuk penjara, di akhirat akan masuk ke dalam neraka. Dari sini timbullah dua masalah, yaitu masalah benar atau salah dan masalah baik atau buruk sebagai uraian berikut.
BAB DUA
Taqwa yang sebenar-benarnya
~Masalah ke-2: Bagaimana maksud taqwa yang sebenar-benarnya dalam Al-Quran S.3 Ali ‘Imran 102 di atas itu?
Makna Taqwa yang sebenar-benarnya yang termaktub dalam Al-Quran S.3 Ali ‘Imran 102 di atas ialah memenuhi seluruh unsur hakikat kebenaran dan definisi baik yang hakiki yang intinya terurai di bab ke-satu di atas, yaitu yang diakui benar dan baik secara universal mencakup benar dan baik menurut dimensi jumlah saksi, tempat dan waktu, serta sumber yang tertinggi dengan berjuang keras dan sangat ketat sekali untuk mencapainya dengan segala daya kekuatan sampai titik darah penghabisan, dengan catatan sebagai berikut:
A.Masalah hakikat kebenaran
Takut berbuat salah sama dengan berlaku yang benar dan berlaku yang benar itu sama dengan menepati jalan yang benar. Suatu penelitian atau riset yang laksanakan melalui Hukum yang ada di dalam Ilmu Metode Penelitian Ilmiah akan menghasilkan penemuan atau teori yang dapat berlaku umum semua lahan yang ditetapkan dalam teori itu. Kemudian riset atau penelitian yang dilakukan tersebut maka penelitian yang yang lebih lengkap memenuhi syarat dalam Ilmu Metodologi Penelitian akan lebih mendekati kebenaran sebaliknya penelitian yang lebih banyak melanggar hukum metodologi ilmiah maka hasilnya akan lebih banyak salah, jauh dari kebenaran dan lebih banyak dampak atau akibat yang membahayakan keselamatan kehidupan. Maka himpunan hasil penelitian yang “benar” dapat dinamakan TEORI yang tercakup dalam himpunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau IPTEK.
IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sebagai hasil penelitian ilmiah, yang sudah diuji oleh para pakar, mencakup seluruh cabang disiplin ilmu, ilmu-ilmu eksakta, sosial dan humaniora. Suatu skripsi (S-1), thesis (S-2), disertasi (S-3) itu jika diakui benar oleh tim ahli yang berwenang menguji teori dalam risalah tersebut, maka teori dari skripsi, thesis dan disertasi itu dinyatakan benar dan penemu atau sang peneliti berhak menyandang gelar sesuai dengan strata keahliannya, dokterandes (S-1), master of art (S-2), doctor (S-3).
Secara umum maka yang dianggarp benar ialah sesuatu yang dinilai benar oleh pakar dewan penguji dan oleh semua orang, seluruh tempat dan segala jaman atau universal.
Dalam bidang ini ternyata Al-Quran-pun juga sudah mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi berbagai macam cabang disiplin ilmu ini.
Afzalurrahman dalam bukunya Quranics Science (Terjmah HM Arifin) telah mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang mendorong semangat belajar dan memajukan ILmu Pengetahuan dan Tehnologi yang dapat dikelompokkan ke dalam 30 cabang disiplin ilmu, yaitu: (1) Hukum Kausalitas; (2) Kosmologi; (3) Astronomi; (4) Fisika; (5) Matematika; (6)Sejarah; (7)Geografi; (8) Geologi ; (9)Mineralogi; (10)Bilogi; (11)Botani(; 12)Zologi; (13)Ekonomi ;(14) Pertanian; (15) Perkebunan; (16) Irigasi; (17) Perdagangan; (18) Arkeologi; (19) Arsitektur; (20)Psikologi; (21)Edukasi; (22)Industri; (23) Leadership; (24) Psikiatri; (25) Sosiologi; (26) Seksologi; (27) Phisiologi; (28) Kimia ; (29) Kedokteran;(30) Farmakologi.
Oleh karena itulah maka yang disebut benar itu ialah yang memenuhi persyaratan Allah dan unsur 30 cabang disiplin ilmu dalam Al-Quran di atas serta logika disingkat menjadi IMTAQ dan IPTEK.
Masalahnya sekarang jika diteliti dengan cermat ternyata yang disebut benar itu bertingkat-tingkat, yaitu, benar tingkat rendah, tingkat menengah dan tingkat tingi. Yang paling bawah kebenarannya dikalahkan oleh yang lebih tinggi, yang tinggi tidak dapat dikalahkan oleh yang bawah, yang paling tinggi tidak mungkin dapat dikalahkan oleh yang ada di bawahnya.
Secara ilmiah lebih dalam lagi kebenaran itu harus diteliti melalui tiga dimensi:
1) Faktor jumlah saksi.
Dilihat dari jumlah saksi yang mengakui benarnya, maka sesuatu yang hanya diakui benar oleh satu orang akan dikalahkan oleh benar yang diakui oleh 2-3 orang, yang diakui benar oleh 2-3 pihak dikalahkan oleh benar yang diakui oleh semua pihak.
2) Faktor tempat
Kebenaran yang diakui di satu kaum di satu tempat dikalahkan oleh kebenaran yang diakui oleh kaum di seluruh tempat, kebenaran lokal dikalahkan oleh kebenaran yang diakui oleh secara regional, nasional, internasional, seluruh jagad.
3) Faktor waktu
Dari sisi waktu, maka kebenaran yang diakui benarnya hanya sebentar akan dikalahkan oleh kebenaran yang diakui oleh manusia dalam waktu yang lebih lama, satu satu bulan, satu tahun, satu abad, yang diakui benar selama-lamanya.

@ Faktor Sumber Kebenaran
Di samping factor jumlah saksi, tempat dan waktu maka kebenaran juga sangat ditentukan oleh sumber ilmu dalam menemukan kebenaran. Dari faktor sumber ilmu maka kebenaran dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
seperti berikut:
i. Pengetahuan
ii. Teori atau Sience
iii. Filsafat
iv. Wahyu
i). Pengetahuan (knowledge), ialah suatu ilmu yang diperoleh hanya melalui alat indra melulu, jika alat indranya sakit atau tidak kerja dengan normal maka pengetahuannya salah.
ii) .Ilmu (Sience) atau teori ialah pengetahuan yang diperoleh dari alat indra yang sehat dan normal lalu dikembangkan melalui ilmu metodologi penelitian ilmiah yang dites-dicobakan terhadap hampir seluruh bahan dan lahan. Misalnya skripsi, tesis atau disertasi hasil penelitian mahasiswa S-1, S-2 sampai S-3 diuji oleh pakarnya untuk mencari kebenaran menjadi teori.
iii).Filsafat, yaitu suatu teori hasil dari pengetahuan yang dikembangkan secara metodologis ilmiah maksimal dan diteruskan dengan berpikir sedalam-dalamnya, teratur, sistematis, bebas, radikal, universal. Kebenaran tingkat filsafat mengalahkan teori (sience). Demikian juga filsafat hasil pemikiran yang kurang maksimal kurang tertib, tidak teratur, tidak melalui, sistematika yang lurus, kurang bebas, tidak sempurna maka hasilnya akan dikalahkan oleh filsafat yang dilakukan dengan maksimal sempurna 100% sepenuhnya.
iv).Wahyu, oleh karena manusia itu adalah makhluk yang tidak sempurna, sehingga pengetahuan, teori dan filsafat hasil akal manusia itu tidak sempurna, kebenaran semua tingkat pengetahuan-indrawi, teori ilmiah dan filsafat akal manusia ini tidak lepas dari sifat akal manusia yang spekulatif-untung-untungan, hipotetis benar sementara. Maka pengetahuan, ilmu dan filsafat semua dikalahkan oleh wahyu sebagai ilmu Tuhan yang Maha Sempurna, Mutlak Maha, kekal-abadi selama-lamanya, sebagian dari padanya berwujud wahyu yang diberikan kepada para nabi dan rasul.
B. Masalah baik dan tidak baik atau buruk
Kata-kata taqwa mengandung nilai yang benar sekaligus yang baik yang membawa kepada jalan yang benar, tidak salah, tidak menyakitkan, tidak menyebabkan kesengsaraan, sehingga selamat, sejahtera dan bahagia. Maka dari sini timbul masalah definisi baik dan definisi buruk.
Dari filsafat para filosuf, Plato, Aresto, Socrates, terutama Epicuros, Jeremy Bentham, John Stuart Mill, sampai aliran rasionalis Islam Mu’tazilah bahkan Muhammad ‘Abduh dapat disimpulkan bahwa yang disebut baik itu ialah sesuatu yang membawa manusia kepada kelezatan dan kebahagiaan artinya menyenangkan: Sebaliknya yang disebut buruk itu ialah sesuatu yang membawa akibat yang tidak enak dan menyengsarakan manusia alias sesuatu yang dibenci manusia.
Para pakar Hukum Adat mulai dari Moh. Koesnoe, Kusumadi Pujosewoyo, Muhammad Abu Zahrah, Al-Khayyath, van Vollenhoven, Ibnu ‘Abidin menyimpulkan bahwa sebenarnya aturan adat kebiasaan masyarakat itu ialah sesuatu yang dinilai baik oleh kelompok manusia yang bersangkutan menurut ukuran akal, situasi dan kondisi mereka.
Roger Garaudy dalam bukunya (Janji2 Islam, Terj.HM. Rasyidi, 1984) mencatat bahwa para penyair Arab di jaman Jahiliyah dahulu memasukkan kedalam pendahuluan syair-syair mereka soal pandangan tokoh-tokoh Adat Arab Jahiliyah, bahwa masyarakat Arab Jahiliyah itu memegang teguh Adat kebiasaan Jahiliyah tersebut karena mereka percaya adat kebiasaaan tersebut adalah BAIK. Jadi unsur baik dalam adat kebiasaan memang merupakan hasil pemahaman dan interpretasi manusia terhadap lingkungan atau alam yang mengelilinginya. Tetapi dinilai baik atau pantes, patut itu untuk lengkungan mereka sendiri, belum tentu dianggap pantes atau patut untuk masyarakat lain. Tingkah laku dan tindakan yang diciptakan manusia itu digunakan untuk mengadaptasi diri guna mengatasi masalah di lingkungannya sebagai usaha agar supaya dia dapat melangsungkan kehidupannya, hidup terus dan hidup yang lebih baik lagi sampai mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan.
Manusia karena mempunyai akal dan perasaan hati maka timbullah bermacam-macam pendapat mengenai ukuran baik-buruk atau benar dan tidak benar, yaitu: .
1.Ada orang yang mengunggulkan bahwa yang baik itu ikut yang kuat, yang berkuasa.
2.Ada kaum yang mengajukan teori bahwa yang baik itu ikut orang banyak.
3.Sebagian lagi mengemukakan pendapat bahwa yang baik itu ialah apa yang timbul dari bawah sada.
4.Di sisi lain orang berpendapat bahwa yang baik itu ialah apa yang sesuai dengan tempat, jaman dan nuansa di alam sekitarnya.
5.Suatu aliran lagi mengatakan bahwa yang baik itu ialah yang disukainya sebaliknya yang tidak baik itu ialah yang tidak disukai atau teori Like and dislike.
6.Suatu kelompok mengatakan bahwa yang baik itu ialah yang enak
7.Yang sangat ideal bahwa yang baik ialah yang mutlak universal membawa manusia kepada kelezatan, kepuasan untuk semua orang, segala tempat dan seluruh jaman.
Titus dalam bukunya Persoalan-persoalan Filsafat Terj.HM Rasyidi (1979:139) mencatat teori Jeremy Bentham dan Jihn Stuart Mill bahwa yang terbaik ialah sesuatu yang memberi kelezatan yang maksimal kepada jumlah yang terbesar, The Greatest happiness of the greatest numbers, kelezatan jasmani maupun rohani dan bersifat universal.
Senada dengan dasar filosufis kelezatan jasmani, rohani, dan universal ini sehingga Al-Ghazali yang hidup jabad sekitar 8 abad jauh sebelum Bentham dan J.Stuar Mill maka Al-Ghazali menyatakan bahwa yang baik itu ialah mengikuit ketentuan Allah, apa yang dipandang baik oleh Allah itulah yang baik dan sebaliknya yang buruk ialah yang dipandang buruk oleh Allah,; Sebab Allah itu Maha Mengetahui secara mutlak mana sesuatu yang akan membawa kepada kenikmatan yang hakiki bahagia untuk seluruh umat manusia secara universal siapa saja, dinamapun berada dan kapanpun juga bahkan di dunia sampai akhirat kelak.
Allah berfirman:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ()مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ( النحل 97))
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(S.16 An-Nahlayat,no,96-97).
BAB TIGA
Benar dan baik menurut Allah
Kembali lagi kepada masalah yang ke-3 di atas: Bagaimana benar dan baik menurut Allah itu?
Kita sebagai agamawan yang berjiwa Islam yakin bahwa Ilmu Allah itu mutlak benar, mengalahkan ilmu seluruh makhluk tanpa kecuali. Kebenaran yang tertinggi ialah kebenaran mutlak Ilmu Allah di bawahnya ialah kebenaran nisbi atau relative, artinya benarnya sebentar atau setempat bahkan berbeda-beda manusia yang satu dari manusia yang lain.
Benar dan baik menurut Allah ialah benar dan baik sebagaimana yang sudah dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya yaitu Al-Quran. Allah itu Mutlak Maha dalam segala perkara karena Allah itu mempunyai sfat 20 dan 99 nama dalam Al-Asmaul Husna.
Allah menciptakan manusia dibekali dengan instink atau naluri dengan otomatis semua manusia itu mempunyai pembawaan atau dorongan hati yang asli guna memenuhi keinginannya untuk hidup. Menurut Wimmersma Greidanus ada 4 instink bagi setiap manusia, yaitu instink-instink egosentros, polemos, eros dan religios, jika diterjemahkan secara sederhana ialah nafsu harta, tahta, wanita dan agama.
Instink religios maksudnya ialah bahwa setiap bayi yang lahir itu mempunyai Fitrah yang suci dorongan hati ingin menyembah kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Allah Ta’ala. Allah sendiri yang menjelaskan hal ini, termaktub dalam Al-Quran S.7 Al-Q’raf 173 dan S.30 Ar-Rum 30. Dan secara sosiologis-antropologis dinyatakan juga oleh pakar Ilmu Sosiologi-Antropologi Ralph Piddingington dan Abraham Maslow dalam tulisan-tulisannya, bahwa setiap bayi pasti memiliki naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara universal (Human needs) dan salah satunya ialah ingin menyembah Tuhan yang Maha Kuasa.
Dari awal pertama Allah menciptakan manusian itu dimaksud tidak lain kecuali supaya manusia mengabdi kepada Allah seperti yang termaktub dalam Al-Quran S.51 Adz-Dzariayt 56. Maka yang benar manusia itu wajar sekali bahwa manusia suka menekuni nalurinya itu termasuk mengabdi kepada Allah yang menciptakan dia.
Secara Islamistis manusia wajib beriman kepada rukun Iman yang 6 dan Rukun Islam yang 5 serta memegang teguh Al-Akhlaqul Karimah sebagaimana termaktub dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 285 dan Hadis Riwayat Muslim no.9.
Ada dua perkara yang menjadi payung-pengayom atau benteng yang menjaga manusia agar hidupnya tidak tersesat ke jalan yang salah jalan ke-kesengsaraan dan penderitaan. Dua perkara itu ialah Al-Quran dan hadis. Jaminan itu termaktub dalam sabda Nabi Saw:
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ (رواه مالك 1395)
“Dari Umar bin Khattab berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya"(HR Malik no.1395, Sunan Baihaqi 6h54);
Yang dimaksud Kitabullah ialah Al-Quran dan Sunnah Nabi Saw itu ialah Hadis. Kedua kitab Al-Quran Hadis itu tidak dapat dipisahkan dan Allah sendiri yang menegaskannya termaktub dalam firman Allah Al-Quran tidak kurang dari 28 ayat, misalnya:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا (النساء 80)
“Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”(S.4 An-Nisa` 80).
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(ال عمران31)
" Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(S.3 Ali ‘Imran 31). Yang dimaksud “aku” di sini ialah Muhammad Rasulullah.
@ Kedudukan Al-Quran dan Hadis
A. Definisi Al-Quran
Suatu buku dapat dinamakan jika memenuhi definisinya, maka Salam Madkur dalam kitabnya Ushulul Fiqh, (1976h.95) menerangkan bahwa yang dinamakan Al-Quran itu ialah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi Muh}ammad Saw. yang dinukil secara Mutawatir, termaktub dalam Mushaf, tertulis mulai dari surat Al-Fatihah diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya adalah ibadah.
Al-Quran itu kebenarannya dijamin oleh Allah sendiri disebutkan dalam Al-Quran:
Allah telah befirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (الحجر9)
Artinya: “ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (S 15 Al-H}}ijr 9)
Al-Quran sejak turun yang paling awal yaitu dari tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 kelahiran Nabi Saw. atau tgl. 10 Agustus 610M sampai terakhir sekitar 9 malam sebelum wafat Rasulullah Saw, yaitu tgl. 3 Rabi’ulawal 11 Hijriyah atau tgl.30 Mei 632M, AQl-Quran benar-bnar terjaga dan berkembang kronologis senada dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologis paling akhir:
~Al-Quran seluruhnya mulai turun pertama kali sudah ditulis, dihafal para para sahabat dibukukan oleh khalifah Abu Bakar diperbanyak 6 eksemplar oleh khalifah Usman yang disimpan di 6 kota. Sejarah riwayat Al-Quran mulai turun pertama, tempat dan waktu turun, para saksi dan pelaku sejarah, siapa-siapa yang terlibat sebagai latar belakang turunnya, makna kata-kata, maksud sampai tafsiran ayat-ayatnya melalui hadis Nabi Saw dan para sahabat bahkan seluruh situasi dan kondisi mengenai Al-Quran sudah ditulis oleh para ulama dalam kitab-kitab ‘Ulumul Quran atau Ilmu Tafsir Al-Quran.
. Muhammad Ali ash-Shabuni dalam At-Tibyan (1980:47) mencatat bahwa para sahabat yang hafal Al-Quran yang gugur mati syahid (di awal masa khalifah Abu Bakar) di dalam pertempuran di Yamamah dan Bi`ru Ma’unah jumlahnya 140 orang sahabat. Sehingga orang yang hafal Al-Quran yang masih hidup pada masa itu pasti jauh lebih banyak berlipat ganda jumlahnya.
As-Suyuthi dalam Al-Itqan (1h70) mencatat bahwa Al-Quran itu berisi 77.943 buah kalimat, 6236 ayat, 114 surat.
Abu Bakar Atjeh dalam bukunya Sejarah Al-Quran (1956, h.25) mengutip bahwa jumlah seluruh huruf Al-Quran itu ada 325.345 huruf, yang paling banyak ialah huruf alif, yaitu 48.772, yang paling sedikit ialah huruf Zha` yaitu 842 huruf. Dan kita tambahkan bahwa sampai sekarang seluruhnya masih utuh tidak ada surat atau ayat bahkan satu huruf-pun tidak ada yang hilang.
A-Quran terjaga dengan ketat sekali mulai dari tulisan, bunyi tiap huruf, sampai seluruh ilmu yang terkait dengan Al-Quran sudah ditulis oleh para ulama berwujud kitab-kitab ‘Ulumul-Quran atau Ilmu Tafsir yang sudah dirintis oleh ‘Utsman ibnu ‘Affan, Ali ibnu Thalib dan Abul Aswad ad-Duali, makin lama makin lengkap, makin mendalam, makin sangat rinci dan jeli nsekali. ‘Ulumul Quran ialah ilmu-ilmu yang terkait dengan Al-Quran, As-Suyuthi dalam Al-Itqan (1973:I\7) mencatat 80 macam ilmu ini dan jika diurai lagi bisa menjadi 300 cabang disiplin ilmu. TM.Hasbi dalam bukunya Sejarah&Pengantar Ilmu Tafsir mengambil 16 pokok ilmu ini, intinya ialah ilmu yang menjaga kebenaran Al-Quran dengan sangat ketat sekali mencakup hal-hal berikut:
(1) Jumlah isi Al-Quran. (2)Cara membaca lafal sampai masing-masing huruf. (3) Arti kata, kalimat, maksud ungkapannya, skala prioritas cara memilih arti yang paling jelas sampai yang paling tersembunyi.(4) Data kronologis turunnya ayat, materi ayat yang turun, detik-detik turunnya, tempat, situasi dan kondisi, siapa-siapa terlibat dalam peristiwa turunnya, relevansi-keterkaitan antar kalimat, ayat dan surat.(5) Skala prioritas sumber hukum, metode penelitian dalil hukum (6) Metode pengujian riwayat penafsiran, fungsi dan peringkat kedudukan riwayat penafsiran terhadap ayat, hikmah rahasia, semua peristiwa yang terkait dan seluruh masalah yang sangat rumit dan jeli sekali berkaitan dengan Al-Quran.
Perlu kita ingat bahwa oleh karena Al-Quran merupakan suatu himpunan firman Allah dengan berbagai macam variasi istilah, redaksi, jalinan kalimat yang membuka kemungkinan beragamnya makna yang dapat dipilih dan ditetapkan sebagai maksud yang dikehendaki oleh Allah. Oleh karena itulah para ulama menyusun rumusan skala prioritas ayat atau nash yang mempunyai nilai kepastian hukum yang paling benar bertingkat-tingkat kebawah sampai yang paling lemah.
Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh (tth:90) merumuskan skala prioritas pilihan makna ini sebagai berikut:
Jika ada beberapa kata atau kalimat dalam Al-Quran yang menimbulkan kemusykilan seolah-olah ada dalil yang saling berbeda antara suatu kalimat yang satu dengan yang lain, maka dalil yang isinya sangat jelas, tegas, terang sekali harus diambil dan dimenangkan, mengalahkan kalimat yang maksud atau artinya samar-samar, remang-remang, atau gelap-gulita dengan tertib urutannya sebagai berikut:
i. Al-Muhkam ialah dalil yang terlalu jelas, karena hanya mempunyai satu arti saja, yang sangat jelas, tegas sekali dan tidak dapat diartikan lain.
ii. Al-Mufassar ialah dalil yang sangat jelas karena ada dalil lain yang menafsirkan maknanya.
iii.An-Nash, dalil yang jelas karena ada klausul yang mengarahkan artinya dalil tadi menjadi lebih jelas.
iv. Azh-Zhahir, dalil yang jelas biasa tidak mempunyai pendukung yang menjelaskan artinya.
v. Al-Khafiyyu, dalil yang tidak jelas.
vi. Al-Musykil, dalil yang tidak jelas sebab mengandung arti lebih dari satu dan sangat sulit untuk menetapkan arti yang sebenarnya.
vii. Al-Mujmal, dalil yang tidak jelas sebab terlalu luas atau terlalu umum.
viii Al-Mutasyabih, suatu kalimat yang artinya terlalu sulit bahkan tidak mungkin dapat dimengerti i arti yang dimakudkan.
Dalil yang bersifat Muhkam tidak dapat dikalahkan oleh dalil dari peringkat dibawahnya dan sebaliknya yang Mutasyabih tidak mungkin mengalahkan dalil dari peringkat-peringkat yang diatasnya. Senada dengan kebenaran seperti peringkat wahyu, mengalahkan filsafat, mengalahkan teori ilmu, mengalahkan pengetahuan indrawi. Kebenaran indrawi paling lemah dikalahkan oleh teori ilmu, filasafat dan wahyu. Wahyu tidak dapat dikalahkan oleh peringkat di bawahnya.
(2) Hadis
Hadis merupakan ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi Muhammad Saw. Namun melakukan pemeriksaan terhadap catatan hadis memerlukan penelitian yang jeli dan teliti untuk menetapkan kedudukan dan peringkat kebenarannya melalui Ilmu Hadis.
Ilmu Hadis sudah disusun oleh para ulama hasil dari penelitian yang sangat jeli dan teliti sekali secara maksimal. Penelitian para ulama tersebut tidak kalah dari teori pakar Ilmu Metodologi Penelitian Ilmiah yang disusun oleh para pakar ahli metodologi penelitian jaman sekarang.
Dari penelitian para ulama hadis itu maka dapat dirumuskan peringkat kebenaran seluruh materi hadis dari hadis yang paling tinggi kebenarannya, bertingkat-tingkat sampai yang paling lemah alias salah atau bahkan bohong dan rekayasa buatan musuh-musuh Islam. Tertib urutan kebenaran yang tertinggi sampai yang paling rendah adalah sebagai berikut:
A. Ditinjau dari jumlah banyak dan sedikitnya sumber awal atau saksi, maka Hadis yang jumlah sumber pertama atau saksinya paling banyak dia mengalahkan hadis yang sumber pertama atau saksinya hanya sedikit, yaitu:
i.Mutawatir, yaitu hadis yang sangat meyakinkan kebenarannya, karena sangat banyaknya jumlah sumber pertama atau saksinya dari awal sampai akhir, semua unsur persyaratan kebenaran terpenuhi dengan sempurna.
ii.Masyhur, suatu hadis yang nilai kebenarannya satu tingkat di bawah Mutawatir karena jumlah sumber awal atau saksinya kurang sedikit dari sumber primer atau saksi dari hadis yang Mutawatir.
iii.Mustafidh, suatu hadis yang jumlah sumber awalnya berjumlah tiga orang atau lebih tetapi di bawah Masyhur atau saksinya hanya dua orang.
iv.’Aziz, suatu hadis yang sumber awalnya dua orang atau saksinya satu orang..
v.Gharib. hadis yang sumber awalnya hanya satu orang atau tidak ada saksinya sama sekali..
Maka jumlah sumber awal atau saksi yang paling banyak (Mutawatir) mengalahkan hadis yang jumlah sumber awal dan saksinya kurang banyak. Dan jumlah sumber awal atau saksi yang hanya satu (Gharib) tidak mungkin mengalahkan hadis yang jumlah sumber dan saksinya lebih banyak lebih-lebih sumber yang terlalu banyak (Mutawatir).
B. Diteliti dari sisi kwalitas-nilai kepribadian orang-orang pembawa dan penyebar hadis dari awal sampai akhir, maka kebenaran dari hadis yang paling shahih mengalahkan yang kurang shahih, dha’if atau lemah dan dusta, dengan peringkat sebagai berikut::
i.Shahih, ialah hadis yang memenuhi syarat-syarat kebenaran.
ii.Hasan, hadis yang sedikit kurang memenuhi syarat-syarat kebenaran hadis shahih.
iii. Dha’if , hadis yang tidak memenuhi syarat kebenaran hadis Shahih dan Hasan.
C. Penelitian dari segi subyek siapa orang pokok yang diberitakan di dalam hadis itu. Maka Hadis Nabi Saw. mengalahkan hadis dari sahabat dan tabi’in lebih-lebih tabiit-tabi'in atau manusia manapun juga. Riwayat dari orang biasa tidak bisa mengalahkan hadis sahabat dan hadis Nabi Saw jelasnya sebagai berikut:
i.Hadis Marfu’, yaitu hadis yang disandarkan kepada Nabi Saw sebagai orang pokok yang diriwayatkan..
ii. Hadi Mauquf, hadis yang disandarkan kepada sahabat sebagai pokok yang diberitakan.
iii Hadis Maqthu’, hadis yang disandarkan kepada tabi’in sebagai orang pokok yang diberitakan.
Hadis Marfu’ mengalahkan yang Mauquf dan Maqthu’ sedangkan yang Mauquf mengalahkan hadis Maqthu’. Dapat dicatat disini tentang hadis Marfu' bahwa Nabi Saw. itu dijamin oleh Allah suci dari noda dan dosa sedangkan untuk hadis Mauquf bahwa para sahabat itu dibimbing dan diawasi dengan ketat sekali oleh Nabi Saw. Sehingga semua orang kecuali Nabi Saw dan sahabat maka manusia biasa tidak suci dari dosa dan tidak dijamin kebenarannya oleh Allah maupun oleh Nabi Saw.
D. Ditinjau dari segi sejarah dan tenggang waktu terjadinya hadis, maka hadis yang timbul atau terjadi belakangan atau yang terakhir mengalahkan yang terdahulu;
i.Nasikh, yaitu hadis yang datang lebih akhir yang menghapus hukum dalam hadis yang datang lebih awal.
ii.Mansukh, hadis yang datang lebih awal yang dihapus hukumnya oleh hadis yang lebih akhir.
@ Ibnu Hajar dalam Kitabnya Nuz-hatun Nazhar menyatakan ada 10 sifat yang menyebabkan suatu hadis ditetapkan sebagai hadis Dha’if, jika perawi pembawa brita hadis-nya cacat karena sifat-sifat berikut:
1). Dusta.2) Tertuduh dusta. 3).Banyak keliru. 4) Lengah terhadap hafalannya. 5) Berwatak fasiq. 6) Keliru faham. 7) Berbeda dengan perawi-pembawa berita hadis yang lebih tepercaya. 8) Perawinya tidak diketahui identitas dirinya.9) Bid’ah dalam I’tiqad;10) Hafalannya lemah.
E..Maqbul ialah hadis yang wajib diamalkan; Lawannya ialah hadis Mardud yaitu hadis yang tidak boleh diamalkan, sebab tidak memenuhi syarat hadis Maqbul. Syarat Maqbul ialah orang-orangnya: jujur, sangat meyakinkan, tidak ada pertentangan atau masalah apa-apa dengan hadis lain.
F. Mahfuzh atau Ma'ruf ialah hadis-hadis Shahih karena ada unsur penguat mengalahkan hadis sama-sama shahih yang kurang kuat, jika isinya ada masalah.( Ma'ruf lawannya Munkar.)
G. Syadz, satu hadis shahih tetapi isinya berbeda dengan sejumlah hadis yang sama-sama shahih.
Apa yang terurai di atas dipilih dalil yang lebih kuat khususnya jika terjadi masalah atau jika diduga mengandung perbedaan makna dengan dalil lain Al-.Quan atau hadis.
Jika tidak ada masalah sama sekali maka semua dalil dapat diamalkan, kecuali dalil Al-Quran yang maknanya sulit difaham dan hadis yang dha’if atau mengandung banyak masalah, palsu, diduga dari pembohong dan buatan musuh-musuh Islam atau semacam itu.
@(1) Adu kekuatan dalil
Ilmu Tarjih merupakan suatu cabang disiplin ilmu dari Ilmu Hadis, yaitu ilmu alat untuk menguji dan mempertandingkan kekuatan kebenaran hadis atau dalil. Di sana masing-masing dalil dipertandingkan, diuji dan dihadapkan kepada dalil lain yang diduga mengandung perbedaan atau bertentangan makna, melalui pengujian syarat dan unsur kebenaran, yaitu:
i.Dalil Al-Quran melalui alat ukur dari Muhkam, Mufassar, Zhahir, Nash, Khafiyy, Mujmal dan Mutasyabih.
ii.Dalil dari Hadis-hadis yang diduga mengandung masalah maka diperbandingkan diuji dan dihadapkan kepada hadis yang diduga bermasalah dengannya; masing-masing diuji melalui ukuran kebenaran dari tingkat Muhkam, Mufassar, Zhahir, Nash, Khafiyyu, Mujmal, Mutsyabih untuk Al-Quran dengan dari Mutawatir, Masyhur, Mustafidh, ‘Aziz, Gharib dan melalui ukuran Shahih, Hasan, Dha’if serta melalui ukuran Marfu’ Mauquf, Maqthu’ dan ukuran-ukuran kebenaran dalam Ilmu Tarjihul Hadits.
Ilmu Tarjih ialah suatu sistem dan metode untuk mempertandingkan kekuatan kebenaran antar dalil-dalil yang dipegang oleh masing-masing pihak guna diadu nilai kekuatan kebenarannya dihadapan dalil lawannya.
~Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Mustashfa (1971;524) mencatat ada 42 segi yang harus dipertandingkan kekuatan kenarannya antara dua macam dalil yang diduga berbeda makna.
~Ar-Razi dalam kitabnya Al-Mahshul fi ‘Ilmil Ushul (1979:ii \ 552) mengemukakan 100 segi yang harus diadu kekuatan kebenarannya antar riwayat masing-masing dalil yang dipertandingkan.
~Al-Amidi dalam kitabnya Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam mengajukan 117 segi yang harus diadu kekuatan kebenarannya dari tiap-tiap dalil yang dipertandingkan.
~Asy-Syaukani dalam Irsyadul Fuhul (1937;276) mengajukan 153 segi yang harus diadu kekuatan kenenarannya atas tiap dalil yang akan dinilai.
@Asy-Syaukani memerinci segi-segi yang dipertandingkan tersebut, yaitu:
i.Dari segi jalur jalannya dalil/hadis maka bobot yang dipertandingkan ada 42 segi.
ii.Dalam segi bunyi atau redaksi dalil maka yang diuji kekuatan kebenarannya ada 28 segi.
iii.Segi hukum atau madlul-nya dalil maka kebenaran yang dipertandingkan ada 9 segi.
iv.Faktor atau pengaruh luar maka masalah yang dipertandingkan 10 macam cirri.
v.Dari sudut analogi (Qiyas) maka unsur-unsur yang dipertandingkan masing-masing ada 7 bagian:
(a) ‘Segi ‘Illat atau factor sebab-kibat hukum ada 14 macam; (b) Segi dalil yang menunjukkan adanya ‘Illat dipertandingkan 2 macam; (c) Segi yang menunjuk lebih kuatnya sifat ‘Illat 9 segi; (d) dilihat dari segi hukum aslinyaada 7 macam segi; (e) Jalan untuk pengambilan hukum 6 cara; (f) Segi yang lain ada 6 cara; Penelitian melalui cabang atau bagiannya ada 4 macam.
@ Kembali kepada masalah ke-3
Masalah yang ke-3: Bagaimana benar dan baik menurut Tuhan?
Kita sebagai agamawan yang berjiwa Islam yakin bahwa Ilmu Allah itu mutlak benar, kemudian kebenaran Rasulullah Saw dijamin oleh Allah, selanjutnya para sahabat itu berada di bawah bimbingan dan pengawasan yang sangat ketat oleh Rasulullah Saw semua ini mengalahkan ilmu semua orang yang bukan nabi bukan sahabat. Kebenaran yang tertinggi ialah kebenaran mutlak Ilmu Allah di bawahnya ialah kebenaran dari Rasulullah Saw, kemudian dari para sahabat Rasul Saw .
Adapun semua generasi sesudah sahabat maka kebenarannya adalah nisbi, bahwa benarnya berlaku hanya sebentar atau setempat dan berbeda-beda yang satu dari yang lain. Sebagai catatan sejarah ternyata madzhab yang empat atau 9 madzhab yang kita kenal itu saling berbeda ada yang saling bertentangan dan masing-masing madzhab di batasi oleh daerah tertentu, tenggang waktu tertentu, masing-masing penganut madzhab dengan bebas berpindah ke madzhab yang lain. Sebagai contoh kecil:
Dalam ibadah Thawaf Haji atau Umrah maka ketua regu memberi tausiyah kepada anggota regu ketika berangkat dari Maktab ke Masjidil Haram supaya berniat pindah ke madzhab Hanafi supaya bersenggolan antara pria dengan wanita dalam thawaf tidak membatalkan wudhu&thawaf. Nanti setelah kembali ke Maktab berniat kembali lagi ke Madzhab Syafi’ii atau madzhab bahwa bersengungan kulit antara pria dengan wanita itu membatalkan wudhu.
Dari semua peringkat dalil dan hadis terurai tersebut di atas maka berpegang teguh kepada dalil yang paling benar (dalam hal dalil yang bermasalah) maka seolah-olah sikap takut kepada Allah, takut kepada berbuat salah, menjauhi dalil yang lemah itulah bertakwa yang sebenar-benarnya.
َيأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.
Sebaliknya berpegang kepada dalil yang kurang benar atau dalil yang paling lemah maka sikap ini dapat diduga takwanya kepada Allah kurang sungguh-sungguh. Demikian juga berpegang kepada dalil yang kurang kuat atau kebenarannya paling bawah (dalam hal dalil yang bermasalah), maka seakan-akan sikap itu-pun juga kurang sungguh-sungguh takwanya kepada Allah sama dengan tunduk taat kepada hawa nafsu nyaris mengikuti nafsu syaitan.
Perlu diingat bahwa memegang dalil bukan Al-Quran bukan hadis, atau memegang hadis-hadis yang dha’if (lemah) itu sama dengan tunduk taat kepada selain Allah, yakni tunduk taat kepada manusia yang tidak dijamin oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah Saw suci dari noda dan dosa. Misalnya taat kepada kepala Seksi. Kepala Bidang, Kepala Kantor, ketua Dosowismo, Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, Menteri, kepala Negara. Lebih-lebih di jaman pancaroba, tidak pandang bulu apapun jabatan dan pangkat atau strata social manapun dalam bidang eksekutip, legislatip, yudikatip, politikus banyak yang memegang teguh politik, hawa nafsu , alias tunduk taat kepada akal bahkan akal-akalan, rekayasa, palsu dan tidak benar.
Allah berfirman di dalam Al-Quran:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ(الانعام 116)
" Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”(S.6 Ak-An’am 116).
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ( البقرة286)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"
(s.2 Al-Baqarah 286)
Internet:http://pondokquranhadis.wordpress.com Email:pondokilmu7@gmail.com
Internet:http://imam-muchlas.blogspot.com,Email:h.imam.muchlas.@gmail.com

Rabu, 05 Oktober 2011

CURHAT BISIK-BISIK KEPADA ALLAH

011(9)7 Tafsir Tematis Kontempore

011(8)23 Tafsir Tematis Kontemporer

Berbisik-bisik (Curhat)
Kepada Allah
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة 186)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”(S.2 Al-Baqarah 186).
Latar belakang turunnya Q.s2a186
Latar belakang turunnya Qs2a186: Dari Ash-Shalt dari ayah dari kakeknya bahwa seseorang dari pelosok dusun bertanya kepada Nabi Saw tentang di mana Tuhan itu jauh atau dekat, jika dekat dia akan berbisik-bisik saja apabila jauh dia akan berteriak-teriak kepada Tuhan. Kemudian Allah menurunkan Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 bahwa Allah itu dekat dan mengabulkan do’a hamba (HR Ibnu Abi Hatim juz 6halaman 309 dan Tsiqat Ibnu Hibban juz 8 halaman 436).
Tma dan sari tilawah
0. Pada dasarnya seluruh umat manusia itu mengakui dan percaya adanya Tuhan.
0. Pengakuan dan kepercayaan mereka itu sesuai kadar situasi dan kondisi mereka masing-masing.
0. Sebagian manusia belum mengetahui sifat-sifat Tuhan yang benar, sehingga mempertanyakan apakah Tuhan itu dekat atau jauh.
0. Oleh karena itu Allah menjawab bahwa Allah itu dekat dan mengabulkan do’a permohonan hamba yang berdo’a kepada Allah.
0. Secara logika wajarlah bahwa keseimbangan itu adalah hukum yang berlaku umum seluruh permasalahan, mencakup soal bahwa do’a itu akan dikabulkan Allah jika hamba yang berdo’a itu sendiri memenuhi permintaan Allah
0. Hukum kesimbangan ini akan lebih menjamin terwujudnya hukum kebenaran yang sesungguhnya.
Masalah dan analisa jawaban
Dari banyaknya masalah maka yang mendesak ialah:
1. Bagaimana nasib mereka yang tidak mengetahui sifat Allah yang benar? Jawaban sementara: Allah akan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing hamba-Nya.
2. Apa saja sifat-sifat Allah yang wajib kita ketahui dan kita yakini? Jawaban sementara: Allah itu mempunyai sifat wajib 20 dan Al-Asmaul Husna 99 macam yang merupakan sifat Allah juga.
3. Bagaimana ikhtiar kita agar supaya kita sebagai makhluk yang sangat lemah memenuhi permintaan Allah dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 di atas. Jawaban sementara: Ikhtiar untuk memenuhi Qs3a185 di atas ialah dengan sepenuhnya taqarrub atau mendekatkan diri sungguh-sungguh kepada Allah memohon kasih sayang Allah yang Maha Rahman..
Pendalaman dan penelitian
BAB SATU
Agama Islam itu universal
@Masalah ke-1: Bagaimana nasib mereka yang tidak mengetahui sifat Allah yang benar? Jawaban sementara: Allah akan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing hamba-Nya.
Orang yang beriman dalam situasi dan kondisi normal wajib melaksanakan syari’at Islam sepenuhnya menurut hukum Islam sebagaimana ketentuan dari Allah dan Rasulullah Saw. Tetapi kepada mereka yang berada dalam situasi dan kondisi tertentu Allah telah menetapkan Rukhshah atas mereka:
(1)Shalat bagi musafir boleh di-jamak dan Qashar, jika sakit shalat dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu: berdiri, duduk atau berbaring, bahkan semampunya. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ )رواه البخاري 1050)
“Dari 'Imrah bin Hushain r.a. berkata: "Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi Saw tentang cara shalat. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan"(HR Bukhari no.1050)

(2)Puasa bagi musafir, sakit atau keadaan tertentu dapat dihutang atau diganti dengan bentuk-bentuk tertentu.
Puasa itu khusus milik Allah untuk memberi balasan yang sangat mendambakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ (رراه البخاري  لمسلم 1945 )
“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Allah Azza wa Jalla berfirman: 'Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendirilah yang mengganjarinya, orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Puasa adalah perisai, dan bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berjumpa dengan rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak kesturi”(HR Bukhari no. 6938, Muslim1945).
(3)Zakat diwajibkan kepada orang yang memiliki harta dalam ukuran tertentu (nishab), kepada mereka yang tidak memiliki harta dalam jumlah yang ditentukan itu maka tidak wajib zakat atas dia, bahkan mungkin malah berhak menerima zakat.
5563 عَنْ أَبِي بُرْدَةَِ عَنْ أَبِيه قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيَأْمُرُ بِالْخَيْرِ أَوْ قَالَ بِالْمَعْرُوفِ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ (رواه البخاري ومسلم 1676)ملهوف=كسمفيتان ياع سوليت
“Dari Sa'id bin Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy'ari dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Nabi Saw bersabda: "Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah." Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? ' Beliau bersabda:: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.' Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.' Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan atau bersabda; menyuruh melakukan yang ma'ruf' dia bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya”(HR Bukhari no.5563 dan Muslim no.1676)
(4) Ibadah haji diwajibkan kepada yang memenuhi syarat rukun, bekal dan kesehatan.Yang tidak mampu naik haji dapat ditutup dengan amal lain, Nabi Saw bersabda:
1422 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري1422 ومسلم118)*
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Ditanyakan kepada Nabi Saw: "'Amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasul-Nya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fii sabiilillah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Hajji mabrur"(HR Bukhari no.1422 dan Muslim no.118)
Yang tidak mampu naik haji dapat diganti amal lain
1422 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري1422 ومسلم118)*
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Ditanyakan kepada Nabi Saw: "'Amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasulNya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fii sabiilillah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Hajji mabrur"(HR Bukhari no.1422 dan Muslim no.118)
Dari sisi lain Islam adalah agama universal artinya Islam berlaku dan menjamin kehidupan seluruh umat manusia, dimana saja dan kapanpun juga, jelasnya sebagai berikut:
A Wanita dan pria mempunyai hak yang sama di dalam pahala dan ibadah, Allah berfirman:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (الاحزاب 35)
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”(S.33 Al-Ahzab 35).
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النحل 97)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(S.16 An-Nahl 97).
B. Wanita dan pria menanggung kewajiban sama dalam akidah, hukum dan akhlak, Allah berfirman::
ياأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (الممتحنة 12)
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(S.60 Al-Mumtahanah 12).
C. Islam untuk seluruh umat manusia dan segala bangsa, Rasulullah Saw bersabda:
3193 عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا فَالنَّاسُ رَجُلَانِ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) (رواه الترمذي)*
“Dari Ibnu Umar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berkhutbah saat penaklukkan Makkah, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyangnya dari kalian. Manusia terbagi dua; baik, bertakwa, mulia bagi Allah dan keji, sengsara, hina bagi Allah. Manusia adalah anak cucu Adam dan Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman: "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat: 13) Abu Isa berkata: Hadits ini gharib, kami hanya mengetahuinya dari hadits Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dari jalur sanad ini. Abdullah bin Ja'far dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan lainnya. Abdullah bin Ja'far adalah ayah Ali bin Al Madini. Abu Isa berkata: Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas”(HR Turmudzi no.3193)

22391 عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ بَيْنَكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ وَلَا أَدْرِي قَالَ أَوْ أَعْرَاضَكُمْ أَمْ لَا كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ (رواه اجمد)*
Telah menceritakan kepada kami Isma'il Telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Jurairi dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam dan bagi orang ajam atas orang arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hari apa ini?" mereka menjawab: Hari haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Bulan apa ini?" mereka menjawab: Bulan haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Tanah apa ini?" mereka menjawab: Tanah haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: " Allah mengharamkan darah dan harta kalian diantara kalian -aku (Abu Nadhrah) Berkata; Aku tidak tahu apakah beliau menyebut kehormatan atau tidak- seperti haramnya hari kalian ini, di bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”(HR Ahmad no.22391)
D. Hak atas pahala berlaku atas seluruh kasta, strata, tingkat, derajat seluruh umat manusia:
(1) Keringan dalam bidang jihad
لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(91)وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ ( التوبة 91-92)
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan"(S.9 At-Taubat 91-92).
3534 عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ (رواه مسلم وابن ماجة 2755 واحمد 14148)*
“Dari Jabir dia berkata."Kami pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan, ketika itu beliau bersabda: "Ada beberapa orang laki-laki di Madinah yang mereka tidak ikut serta dalam peperangan, biasanya jika kalian pergi berperang sedangkan kalian melewati suatu lembah, mereka tetap turut bersama-sama kamu, namun mereka sekarang terhalang karena sakit." Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Sa'id Al Asyaj keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki'. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus semuanya dari Al A'masy dengan sanad ini, namun dalam haditsnya Waki' disebutkan; "Melainkan mereka juga mendapatkan pahala seperti kalian”(HR Muslim no.3534, Ibnu Majah no.2755 dan Ahmad no.14148).
عَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ أَقْوَامًا بِالْمَدِينَةِ خَلْفَنَا مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلَا وَادِيًا إِلَّا وَهُمْ مَعَنَا فِيهِ حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ (رواه البخاري2627 والن ماجة 2754) *
“Dari Anas radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan pernah bersabda: "Sesungguhnya ada kaum yang berada di Madinah tidak ikut berperang bersama kita, tidaklah kita mendaki bukit, tidak pula menyusuri lembah melaikan mereka bersama kita (dalam mendapat) pahala berperang karena mereka tertahan oleh udzur (alasan) yang benar". Dan berkata Musa telah bercerita kepada kami Hammad dari Humaid dari Musa bin Anas dari bapaknya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Berkata Abu 'Abdullah Al Bukhariy; "(Sanad) yang pertama lebih benar"
2574 عَنْ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي (وراه البخاري2574 ومسلم 120)*
Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin Shobbah telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sabiq telah bercerita kepada kami Malik bin Mighwal berkata; aku mendengar Al Walid bin Al 'Ayzar menyebutkan dari Abu 'Amru Asy Syaibaniy berkata 'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku katakan: "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling utama?" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya". Kemudian aku tanyakan lagi: " Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orang tua". Lalu aku tanyakan lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Maka aku berhenti menyakannya lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Seandainya aku tambah terus pertanyaan, Beliau pasti akan menambah jawabannya kepadaku"

Yang tidak mampu bisa ditutup dengan beramal soleh, sedaqah dll.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ (وراه البخاري) *
“Dari Jabir ra.dari Nabi Saw beliau bersabda: "Setiap perbuatan baik adalah sedekah”(HR Bukhari no.5562).
1181 عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى(رواه مسلم وابو داود 1092)سلامي= اوغل-اوغل
“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika iqamat telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat selain shalat wajib." Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Zakariya bin Ishaq dengan sanad seperti ini. Telah menceritakan kepada kami Hasan Al Hulwani telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari 'Amru bin Dinar dari Atha` bin Yasar dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas. Hammad mengatakan; "Aku pernah menemui 'Amr, lalu dia Menceritakan kepadaku, namun dia tidak memarfu'kannya”(HR Muslim no.1181 dan Abu Dawud no. 1092).
(2)Penerima pahala tidak dimonopoli orang tertentu
Rasulullah Saw. sendiri menetapkan bahwa orang yang modalnya air mata pahalanya sama dengan yang modalnya besar dan hebat bahkan harta dengan nyawa.
4071عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجَعَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ فَدَنَا مِنَ الْمَدِينَةِ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ قَالَ وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw. suatu hari pulang dari perang Tabuksaat dekat Madinah beliau bersabda: “Sungguh di kota ada beberpa orang yang mana betul-betul pada setiap kalian menempuh suatu perjalanan, setiap kalian menyeberang lembah sungguh mereka itu beserta kalian” Mereka bertanya: “Ya Rasulullah mana mungkin mereka di dalam kota?” Beliau bersabda: “Mereka terhalang”(HR Bukhari no.4071 dan Muslim no.3534).
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَقَالَ مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ نَائِمًا عِنْدِي مُضْطَجِعًا هَا هُنَا)رواه البخاري 1049)
“Bahwa 'Imran bin Hushain r.a. berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi Saw tentang seseorang yang melaksanakan shalat dengan duduk. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang shalat dengan berdiri maka itu lebih utama. Dan siapa yang melaksanakan shalat dengan duduk maka baginya setengah pahala dari orang yang shalat dengan berdiri dan siapa yang shalat dengan tidur (berbaring) maka baginya setengah pahala orang yang shalat dengan duduk". Berkata, Abu 'Abdullah; "Menurutku yang dimaksud dengan tidur adalah berbaring”(HR Bukhari no.1049).
Dan menurut riwayat Ahmad no.12409 beliau bersabda: إِلَّا شَرَكُوكُمْ فِيهِ “Mereka betul-betul bersekutu dengan kalian” yang dapat kita terjemahkan: Pahalanya dibagi bersama dengan mereka.
Orang yang dapat dikelompokkan kedalamkategori ini ialah orang-orang yang menderita musibah, jompo, buta, pincang, melarat, tidak ada dosa baginya, tidak berangkat perang sabil, syaratnya ialah azam yang kuat, Lillahi Ta’ala yang diistilahkan Al-Quran ( إِذَ ا نَصَحُواْ للَّهِ وَرَسُولِهِ} bonek dalam arti yang luhur, seperti kisah Mash’ab bin ‘Umair pemegang bendera perang putus tangan kanannya dipedang tentara kafir, lalu bendera dipegang tangan kirinya dan ditebas lagi oleh musuh, ‘Amr bin Jamuh tangannya invalid terkena pedang orang kafir.
Ats-Tsa’alibi mencatat bahwa QS9a91-92 turun berkaitan dengan ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Uqail, Nu’man, Suwaid dan Sinan=6 orang mereka semua pernah ikut dalam perang Khandaq.
@ Tafsir Ibnul Jauzi, mencatat ada 3 sebab mengapa tidak berangkat perang Tabuk, yaitu: idak mempunyai kendaraan,bekal dan spatu.
@Syaratnya ialah niat yang tulus suci, jihad menguras kekuatan
Hadis Buklhari-Muslim di atas merupakan penegasan Rasul Saw. bahwa orang yang modalnya hanya air mata pahalanya sama dengan yang berkorban harta dan nyawa. Zakat emas dan uang iala 2,5% dengan ini maka orang seperti Habibi mempunyai uang 40 milar dia wajib membayar zakat satu milyar. Maka jika seorang buruh (tandur,nutu, matun, cuci) dapat membayar 2,5 % uang yang dimilikinyA maka pahalanya menurut saya sama Habibi membayar satu milyar, bahkan mungkin lebih besar sebab si miskin ini menunaikan sunat sebab hartanya tidak mencpai satu nishab.
Berdalil dengan s9a91-92 dan hadis Bukhari no.4071-Muslim 3534 di atas maka seorang guru ngaji alif bak tak dipucuk gunung penduduk suku terasing primitif maka pahalanya tidak kurang dari pahala Prof. DR. Alwi Syihab mengajar agama Islam di Perguruan Tinggi di Washington DC.
Puasa adalah ibadah yang pahalanya dapat direbut oleh orang yang melarat, orang jompo, orang pincang,orang buntung, orang yang lumpuh dan pahanya tidak kalah dengan pahala puasa seorang Mike Tyson atau Muhammad Ali juara tinju klas berat dunia.
Berdasarkan hadis Bukhari-Muslim ini pula maka seorang yang melarat yang berusaha menabung uang ingin naik haji, maka pahalanya tidak akan kalah dengan mereka yang naik haji setiap tahun karena kekayaannya melimpah. Oleh karena itulah orang Madura bakul rokok kaki lima menabung sedikit-sedikit akhirnya bisa berangkat haji, orang Blitar petani ikan lele, orang Banyuwangi menjual sabut-bathok kelapa semua bisa naik haji maka pahalanya sama dengan milyarder haji plus dengan bekal dolar atau dinar berlimpah-limpah.
@ Jihad menjadi ukuran
Syarat yang sangat menentukan ialah Jihad dan berkurban fi Sbilillah, yaitu maksimalisasi, memeras tenaga atau menguras harta kekayaan yang sangat dicintai untuk sarana &prasarana perjuangan menjunjung tinggi Kalimatillahi hiyal ‘Ulya seperti yang tercatat dalam Al-Quran s9a92 dengan hadis Bukhari no.4071 dan Ahmad no1240 bahwa 6-7 orang yang sangat melarat ingin sekali ikut jihad perag sabil tidak terkabul selain hanya curahan air mata mereka.
@Instink Religios
Allah menciptakan manusia disertai instik disamping akal dan perasaan dengan resep dan ukuran apa saja yang diperlukan oleh manusia, agar supaya mereka tetap dapat melangsungkan kehidupannya dan memenuhi kebutuhannya serta dapat hidup secara lebih baik lagi.
Para ahli sosiologi-antropologi telah mengadakan penelitian mengenai kebutuhan hidup manusia secara universal sama siapa saja dimanapun juga kapanpun jamannya, yaitu:
@. Ralph Piddington dalam bukunya “An Introduction to Social Anthropology” (1950:221) mencatat kebutuhan manusia secara universal (Human Needs):
i. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer ialah kebutuhan yang sama antara manusia dengan makhluk hewan, yaitu:(1) Makan, minum, bernafas.(2)Membersihkan diri, istirahat, ketahanan diri dari serangan atau cuaca, demikian juga kesehatan.(3)Pemenuhan hawa nafsu seks/birahi dan anak keturunan.
ii. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan sosial terdiri dari: (1)Pengembangan kebudayaan dan pendidikan.(2)Menggerakkan kegiatan bersama, berkomunikasi dengansesama. (3)Kepuasan akan pemilikan atas harta kekayaan. (4) Terselenggaranya ketertiban sosial, hukum dan adat.
iii. Kebutuhan integratip:Kebutuhan integratip ini sangat berkaitan dengan soal perasaan moral, kepercayaan dan kesempurnaan hidup.(1)Melakukan kegiatan ritual keagamaan (Magico religious system)(2)Kebutuhan akan hiburan, permainan dan kepuasan dalam bidang seni serta keindahan.

@ Abraham Maslow dalam bukunya “Motivation and Personality” (1954:15) mengemukakan ada 5 kategori kebutuhan hidup manusia secara universal itu, yaitu:
i. Kebutuhan dasar jasmani
ii. Kebutuhan akan ketertiban dan keamanan
iii. Kegiatan bersama dan rasa sosial
iv. Kehormatan dan penghargaan
v. Puncak kepuasan dan kesempurnaan
@Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh (1958:291) mencatat apa yang disebut dengan “Maslahah yang hakiki” yang merupakan teori ahli hukum Islam mengenai kebutuhan hidup manusia secara universal, menurut teori ini ialah: 1) Kebutuhan terjaganya syariat Tuhan; 2)Kebutuhan terpeliharanya kelangsungan hidup jiwa;3) Kebutuhan terjaganya hak atas harta kekayaan;4) Kebutuhan terpeliharanya akal yang sehat;5) Kebutuhan terpeliharanya anak keturunan
Jika dianalisa secara mendalam maka teori Piddington dan Maslow seluruhnya dapat tertampung dalam teori ahli hukum Islam secara khusus disebut “Adl-Dlaruriyatul Khamsah”. Maka manusia yang wajar memerlukan terpenuhinya kebutuhan penyembahan kepada Tuhan, kebutuhan hidup, keperluan akan harta, kesehatan dan anak keturunan.
Maslahah yang hakiki ialah suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang serba terpenuhi jaminan hidup yang 5 macam, yaitu:(1)Terjaminnya kelangsungan syari’at Tuhan, suatu kehidupan yang berjiwa agama;(2)Terjaminnya hak hidup setiap insan;(3)Terjaminnya hak pemilikan atas harta kekayaan; (4)Terjaminnya perkembangan akal yang sehat; (5)Terjaminnya hak berkeluarga dan berketurunan;
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ( الاعراف172)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(S.7 Al-A’raf 172).
@ Ashabul A’raf
Ashabul A’raf ialah sejumlah umat manusia yang kelak tidak masuk surga juga tidak masuk neraka, mereka menangis jika melihat surga tetapi berbesar hati ketika melihat neraka:
الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآخِرَةِ كَافِرُونَ()وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ()وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ()وَنَادَى أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ ( الاعراف 45-48)
"” (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun `alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". Dan orang-orang yang di atas A`raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfa`at kepadamu"(S.7 Al-A’raf 45-48).
Masalah bagaimana nasib mereka yang memang betul-betul belum pernah mendengar dakwah Islam maka dapat diduga bahwa Allah akan menentukan Qudrat-Iradat-Nya kepada mereka apakah akan mendapat azab neraka atau mendapat rahmat yang lain, misalnya seperti kaum Ashabul A’raf itu..
Berdasarkan beberapa nash Al-Quran dan hadis dalam berbagai bidang tersebut di atas maka

BAB DUA
Sifat Allah
@Masalah ke-2:. Apa saja sifat-sifat Allah yang wajib kita ketahui dan kita yakini? Jawaban sementara: Allah itu mempunyai sifat wajib 20, sifat Mustahil 20 dan Al-Asmaul Husna 99 macam yang merupakan sifat Allah juga.
I. Sifat wajib bagi Allah
Ahli pikir dan tokoh Multazilah Allah itu hanya mempunyai satu sifat yaitu Mutlak Maha Esa, sedangkan ulama Asy’ariyah Allah itu mempunyai sifat 20, yaitu: 1. Wujud : Artinya Ada2. Qidam : Artinya Sedia yang terbahagi kepada empat bagian :3. Baqa’ : Artinya Kekal, 4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya 6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.9. ‘Ilmu : Artinya : Allah Maha Mengetahui 10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala..11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata. . II. Sifat Mustahil artinya tidak mungkin; . Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :1. ‘Adam; berarti “Tidak ada”.2. Huduth; berarti “Baharu”.3. Fana’; berarti “Binasa”.4. Mumathalatuhu Lilhawadith; berarti “Menyerupai makhluk”.5. Qiyamuhu Bighayrih; berarti “Berdiri dengan yang lain”.6. Ta’addud; berarti “Bberbilang-bilang”.7. ‘Ajz; berarti “Lemah”.8. Karahah; berarti “Terpaksa”.9. Jahl; berarti “jahil/Bodoh”..10. Maut; berarti “Mati”.11. Samam; berarti “Tuli”.12. ‘Ummy; berarti “Buta”.13. Bukm berarti “Bisu”.14. ‘Ajizan; berarti “keadaannya Yang lemah”.15. Karihan; berarti “keadaannya Yang terpaksa”.16. Jahilan; berarti “keadaannya Yang jahil/bodoh”.17. Mayyitan; berarti “keadaannya Yang mati”.18. Shammum; berarti “keadaannya yang tuli”.19. A’ma; berarti “keadaannya Yang buta”.20. Abkam; berarti “keadaannya Yang bisu”
III. Asmaul Husna Secara singkat Al-Quran menyebutkan nama-nama Allah itu:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(22)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ(23)هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24)
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"”(S.59 Al-Hasyr 22-24). Lengkapnya adalah sebagai berikut: . Yang Maha Pemurah;2. Yang Maha penyayang;3. Yang Maha Kuasa;4. Yang Maha Suci;5. Yang Maha Sejahtera;6. Yang memberikan rasa aman;7. Yang Maha Memelihara;8. Yang Maha Perkasa;9. Yang Maha Memaksa;10. Yang Memiliki kebesaran;
11. Yang Maha Mencipta;12. Yang Maha Melepaskan;13.Yang menciptakan rupa makhluk;14. Yang Maha Mengampuni;15. Yang Maha Perkasa;16. Yang Maha Pemberi Karunia;17. Yang Maha Pemberi Rizki;18.Yang Maha Pembuka;19.Yang Maha Mengetahui Segalanya;20.Yang Maha Menyempitkan kenikmatan;21.Yang Maha Melapangkan Rizki;22. Yang Maha Merendahkan makhluknya;23. Yang Meninggikan Martabat makhluknya;24. Yang Maha Memuliakan makhluknya;25. Yang Maha Menghinakan makhluknya;26. Yang Maha Mendengar;27. Yang Maha Melihat;
28.Yang Maha menetapkan;29. Yang Maha Adil;30. Yang Maha penyantun;31. Yang Maha Mengetahui Segala Rahasia;32. Yang Maha Penyantun, lembut;33. Yang Maha Agung dari segalanya;34. Yang Maha pengampun;35. Yang Maha Membalas jasa atas amal baik hamba-Nya;36. Yang Maha Tinggi;37. Yang Maha Besar;38. Yang Maha Menjaga; 39. Yang Maha Memelihara;40. Yang Maha PembuatPerhitungan;41., Yang memiliki segala keagungan;42. Yang Maha Mulia;43. Yang Maha Mengawasi;44. Yang Maha Mengabulkan;45. Yang Maha Luas;46. Yang Maha Bijaksana;47. Yang Maha Pengasih;48. Yang Maha Mulia;49. Yang Maha Membangkitkan;50.Yang Maha Menyaksikan;51. Yang Maha Benar;52., Yang Maha Memelihara;53. Yang Maha Kuat;55. Yang Maha Melindungi;56. Yang Maha Terpuji;57. Yang Maha Menghitung dan mengetahui jumlah dan ukuran segala sesuatu;58., Yang Maha Memulai;59. Yang Maha Mengembalikan kehidupan makhluk-Nya;60. Yang Maha Menghidupkan;61. Yang Maha Mematikan;62. Yang Maha Hidup;63.Yang Maha Mandiri; 64. Yang Maha Menemukan apa yang dikehendaki;65. Yang Maha Mulia;66. Yang MahaEsa/Tunggal;67. Yang Maha Esa;68. Yang Maha dibutuhkan;69. Yang Maha Kuasa;70. Al-Muqtadir, Yang Maha Berkuasa;71. Yang Maha Mendahulukan;72. Yang Maha Mengakhirkan; 73. Yang Maha Permulaan;74. Yang Maha Akhir;75. Yang Maha Nyata;76. Yang Maha Ghaib;77. Yang Maha Memerintah; 78. Yang Maha Tinngi;79. Yang Maha Derma;80. Yang Maha Menerima Taubat hamba-Nya;81. Yang Maha Penyiksa;82. Yang Maha Pemaaf;83. Yang Maha Pengasih;84. Malikul Mulk, Yang Maha Merajai Kerajaan;85. Yang Maha Memiliki kebesaran dan kemuliaan;86. Yang Maha Adil;87. Yang Maha Pengumpul;88. Yang Maha Kaya;89. Yang Maha Berkecukupan;90. Yang Maha Mencegah;91. Yang Maha Pemberi Derita;92. Yang Maha Pemberi Manfaat;93. Yang Maha Bercahaya;94. Yang Maha Memberi Petunjuk;95. Yang Maha Pencipta;96. Yang Maha Kekal;97. Yang Maha Pewaris;98. Yang Maha Pandai;99. Yang Maha Sabar.


BAB TIGA
IKTIKAF
Curhat kepada Allah
Masalah ke-3. Bagaimana ikhtiar kita agar supaya kita sebagai makhluk yang sangat lemah memenuhi permintaan Allah dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 di atas: Jawaban sementara: Ikhtiar untuk memenuhi Qs3a185 di atas ialah sungguh-sungguh taqarrub atau mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah melalui sifat Rahman Rahim-Nya memohon kasih sayang Allah.
Shalat nabi Saw sangat khusyuk dan lama sekali
@Tafsir Al-Baghawi (5h116) dalam menganalisa Qs17a79 (sebagaimana tercantum d awal makalah diatas) mencatat hadis bahwa Abu Salamah bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Nabi Saw dijawab bahwa beliau shalat dibulan Ramadhan dan semua bulan di luar Ramadhan tidak lebih dari 11 rakaat, (4+4+3 rakaat), tetapi jangan tanya khusyuk dan lamanya luar biasa
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي (رواه البخاري 1874)
“Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" (HR Bukhari no.1874 dan Muslim no.1219).
@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 tersebut mencatat hadis bahwa Nabi Saw karena lamanya sampai kaki beliau bengkak:
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه مسلم 5044 (
“Dari Al Mughirah bin Syu'bah nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang dikemudian. Beliau menyahut: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?")HR Muslim no.5044 dan Bukhari n0.377).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ (رواه مسلم 1291 والترمذي 243 والنسائي 999)
" Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM " Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA " Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji(HR Muslim no.1291 dan Turmudzi no.243
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ قَالَ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقَرَأَ حَتَّى بَلَغَ رَأْسَ الْمِائَةِ فَقُلْتُ يَرْكَعُ ثُمَّ مَضَى حَتَّى بَلَغَ الْمِائَتَيْنِ فَقُلْتُ يَرْكَعُ ثُمَّ مَضَى حَتَّى خَتَمَهَا قَالَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ قَالَ ثُمَّ افْتَتَحَ سُورَةَ آلِ عِمْرَانَ حَتَّى خَتَمَهَا قَالَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ قَالَ ثُمَّ افْتَتَحَ سُورَةَ النِّسَاءِ فَقَرَأَهَا قَالَ ثُمَّ رَكَعَ قَالَ فَقَالَ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ قَالَ وَكَانَ رُكُوعُهُ بِمَنْزِلَةِ قِيَامِهِ ثُمَّ سَجَدَ فَكَانَ سُجُودُهُ مِثْلَ رُكُوعِهِ وَقَالَ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى قَالَ وَكَانَ إِذَا مَرَّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا عَذَابٌ تَعَوَّذَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَنْزِيهٌ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ سَبَّحَ (رواه احمد 22175)
“Dari Hudzaifah bin Al Yaman berkata; Aku shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam pada suatu malam. Beliau memulai dengan surat Al Baqarah, beliau membacanya hingga sampai penghujung ayat seratus, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', beliau terus membaca hingga sampai ayat duaratus, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', beliau terus membaca hingga sampai khatam, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', lalu beliau membaca surat 'Aali 'Imraan hingga mengkhatamkannya, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', lalu beliau membaca surat An Nisaa`, beliau membacanya kemudian ruku'. Saat ruku' beliau membaca: SUBHAAANA RABBIYAL 'ADHIIM. Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: Lamanya beliau ruku' beliau sama seperti saat berdiri, lalu beliau sujud seperti lamanya saat ruku'. Saat sujud beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL A'LAA. Bila beliau membaca ayat rahmat, beliau berdoa, bila membaca ayat adzab beliau meminta perlindungan dan bila ada ayat penyucian untuk Allah 'azza wajalla beliau bertasbih”(HR Ahmad no.22175)*Lamanya rukuk dan sujud seimbang dengan lamanya brerdiri.
@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 mencatat
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ(واه البخاري 4460, 1062 ومسلم 5044))
“Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: "Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?" Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku' maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku’(HR Bukhari no.4460, 1062 dan Muslim no.5044).
88888888888888888888888888888888888
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ (رواه البخاري 3883 ومسلم 4873)
“ Dari Abu Musa Al Asy'ari r'a ia berkata; “Ketika Rasulullah Saw melihat orang-orang menuruni lembah sambil mengeraskan suara bertakbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar laa ilaaha illallah (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah), maka Rasulullah Saw bersabda: "Rendahkanla suara kalian, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian". Saat itu aku berada di belakang hewan tunggangan Rasulullah Saw dan beliau mendengar apa yang aku ucapkan. Saat itu aku membaca; "laa hawla wa laa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah) ", maka beliau berkata kepadaku: "Wahai Abdullah bin Qais". Aku jawab; "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Beliau melanjutkan: "Maukah aku tunjukkan kepadamu satu kalimat yang termasuk perbendaharaan surga?". Aku jawab; "Tentu wahai Rasulullah, demi bapak ibuku sebagai tebusan tuan." Beliau bersabda: "laa hawla wa laa quwwata illa billah” (HR Bukhari no.3883 dan Muslim no.4873)
Melihat nyata-nyata bahwa Rasulullah Saw shalat Qiyamul Lail baik di bulan Ramadhan maupun seluruh malam di luar Ramadhan, shalatnya terlalu lama terlalu khusuk, membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa` dan surat Ali ‘Imran dalam SATU RAKAAT shalat malam beliau. Demikian lamanya shalat beliau dalam shalat malam ini bukan hanya dalam berdiri saja tetapi mencakup rukun-rukun dalam rukuk dan sujudnya yang lain, maka disana terdapat hadis-hadis yang dapat meneladani sedikit dari contoh shalat malam beliau salah satunya ialah Shalam Qiyamul Lail dengan membaca 300 Tasbih dalam shalat yang ada kemungkinan kita semua masih mampu melaksanakannya dank karena analan 300 Tasbih ini maka shalat ini dinamakan Shalat Tasbih sebagaimana uraian berikut:
*Curhat kepada Allah*
@Qiyamul Lail:
0. Persiapan : Bangun jam o1.45 siap-siap bersuci dsb.
2.I’tikaf: Masuk Masjid cari tempat yang paling aman dari suara dan sinar, tidak ada yang mengetahui dirinya kecuali Allah. #Pengertian Malam:
Aslinya malam itu ialah suatu keadaan yang gelap-pekat, sunyi senyap, tidak ada suara, tidak ada sinar, semua makhluk pada tidur semua. Nuansa demikian juga dirasakan oleh orang-orang pelaku sejarah: Nabi Zakariya, Nabi Yunus, Ashabul Kahfi bahkan Rasulullah Saw sebelum diutus menjadi nabi saat beliau ‘Uzlah di
guwa Khira` dan ketika dikejar kaum musyrikin beliau bersembunyi 3 malam di dalam guwa Tsaur, ini dicatat dalam Al-Quran dan disinggung oleh hadis di bawah ini:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ وَقَدْ تَكَلَّمَ بَعْضُ أَهْلِ الْحَدِيثِ فِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ هَذَا مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ وَهُوَ كُوفِيٌّ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِسْحَقَ الْقُرَشِيُّ مَدَنِيُّ وَهُوَ أَثْبَتُ مِنْ هَذَا وَكِلَاهُمَا كَانَا فِي عَصْرٍ وَاحِدٍ (رواه الترمذي 1907)
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Abdurrahman bin Ishaq dari An Nu'man bin Sa'd dari Ali ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya." Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, "Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?" Nabi menjawab: "Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits gharib yang tidak kami ketahui kecuali dari haditsnya Abdurrahman bin Ishaq dan sebagian ahli hadits telah mengomentari Abdurrahman bin Ishaq dari segi hapalannya, dia berasal dari Kufah. Adapun Abdurrahman bin Ishaq Al Qurasyi dia berasal dari Madinah dan hapalannya lebih kuat dari yang tadi, dan keduanya hidup sezaman”(HR Turmudzi no.1907).
~ Nabi Zakariya dalam kesedihan memohon penerus perjuangan Jihad fi Sabilillah, beliau berdo’a dalam Mihrab dlam nuansa sunyi senyap, gelap gulita, termaktub dalam Al-Quran:

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا()إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا( مريم -)
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”(S.19 Maryam 2-3)
~ Nabi Yunus berdo’a dalam gelap pekat luar b iasa dalam perut ikan yang berada di dasar laut. Tercatat dalam Al-Quran:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ( الانبياء 87)
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."(S.21 Al-Anbiya` 87).
Maka Allah mendorong kita semua untuk bangun malam shalat Tahajjuj, maka Allah menjanjikan suatu kemuliaan:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا( الاسراء79)
" Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(S.17 Al-Isra` 79).
~ Anak remaja Ashabul Kahfi berdo’a di dalam Guwa dalam gelap sekali sampai tertidur selama 350 tahun, tercatat dalam Al-Quran:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا(الكهف10)
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(S.17 Al-Isra` 79).
~ Ketika Rasulullah Saw dikejar-kejar kaum musyrikin dalam rangka hijrah beliau maka beliau istirahat di dalam Guwa Tsaur selama 3 malam, diabadikan Allah dalam Al-Quran:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ( التوبة 40)
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo`a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"”(S.18 Al-Kahfi 10).

3.Shalat Iftitah: 2 rakaat: Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+surat 97 Al-Qadar, memohon pahala 1000 bulan . Rakaat ke-2 membaca Alfatihah +surat 110 An-Nashr, memohon pertolongan dan berhasil mengejar cita-cita
ِS.97 Al-Qadar sangat menjanjikan pahala 1000 bulan.Qs110 mencatat kemenangan besar Nabi Saw merebut Kota Makkah
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(القدر4)
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”(S.97 Al-Qadar 3-4)
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (النصر 1)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.”(S.110 An-Nashr 1)

4.Shalatul Lail /Tahajjuj 8 rakaat dibagi 2, yaitu 4 rakaat+4 rakaat
--(A) Empat rakaat-I membaca Tasbih 300 kali sebelum gerak berganti rukun dibagi 4, tiap rakaat 75 kali: Berdiri 15x,Ruku’10x,I’tidal:10x,Sujud 10x,Duduk 10x,Sujud 10x,Duduk 10x-yaitu……
# Kitab Mushannaf 'Abdur Razzaq (3h124) mencatat bahwa hadis shalat Tasbih dishahihkan oleh Shahih Ibnu Khuzaimah (2h223); Imam Al-Albani menyatakan Hasan karena ada hadis musyahid yang memperkuat riwayat Sunan Abu Dawud itu; Kitab Subulus-Salam.
# Ibnu Khuzaimah (4h442) dalam shahihnya no.1149 meriwayatkan hadis shalat Tasbih melalaui jalur 'Ikrimah-Ibnu 'Abbas.
# Kitab Tanzihusy-Syari'ah (2h106) Abu Dawud mengatakan hadis yang paling shahih dari shalat Tasbih ialah yang diterima oleh Ibnu Ma'in, Nasa`i, Ibnu Hibban, (Bukhari mentakhrij dalam bab Qiraat).
Sebaliknya Al-'Uqaili menyatakan tidak ada yang shahih tidak ada yang hasan terutama nama Shidqah bin .Yazid, Musa bin 'Abdul 'Aziz dan Musa bin 'Abdul Aziz yang dinilai Tsiqqah oleh Ibnu Ma'in, Nasa`i, para ulama menilai shahih atau hasan.
Yang menilai shahih atau menilai hasan Ibnu Mandah, Al-Khathib, As-Sam'ani, Abu Musa al-Madini, Abul Hasan al-Mufadhdhal, Al-Mundziri, Ibnush-Shalah, An-Nawawi, As-Subki.
Ad-Dailami mengataan bahwa shalat Tasbih memuji hadis itu shahih, demikian juga Daraquthni, Baihaqi, Muslim, Al-Hakim. Ibnu Hajar. Daraquthni meriwayatkannya yang nilainya hasan. 'Abdul 'Aziz bin Abi Dawud mengatakan siapa ynag ingin masuk surga harus shalat Tasbih.
# Kitab Minhajus Sunnah (7h238) mencatat Shalat Tasbih ada 2 masalah, yang lebih kuat ialah dusta, Ahmad bin Hanbal mengatakannya makruh karena hadisnya cacat, pengikut madzhab Maliki, Hanafi, Syafi'i, melainya mustahap.
# Kiab Syarhus Sunnah (3h439) menukil hadis Tasbih riwayat Abu Dawud yang berumber dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas dengan fadhilahnya. Ibnul Mubarak ditanya soal shalat Tasbih mengatakan bacaan Tasbih sebelum dan sesudah Al-Fatihah masing-masing 15 kali sebelum berdiri tidak usah, tetapi 300 kali harus dipenuhi.
# Al-Ba'its 'ala Inkaris Sunnah (1h66) membolehkan membaca ayat dan Tasbih banyak-banyak di dalam shalat berdasarkan hadis .shalat.
#Dikutip pula bahwa slata Tasbih dinamakan Shalat Ar-Raghaib yang disyari'atkan karena banyaknya sunat yang disukai.
#Dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (2h223) tercatat no.1216 hadis shalat Tasbih bersumber dari Ibnu 'Abbas. Imam Al-Albani menyatakannya Dha'if, tetapi ada musyhid yang memperkuat dari Sunan Abu Dawud.
# Al-Mustadrak Al-Hakim (3h214) no.1140 meriwayatkan hadis itu melalui sumber Anas bin Malik dari Ummu Sulaim melalui sanad ini shihih menurut syarat Muslim dengan musyahidnya lewat Al-Yamaniyyin. Di halaman lain (1h462) no.1191 mencatat hal yang sama.
# Sunan Baihaqi al-Kubra (3h51) no.680 meriwayatkan hais tentang 10 rakaat shalat Tathawwu' -Nabi Saw dan shalat Tasbih yang bersumber dari Ibnu 'Abbas. (10 rakaat, yaitu:4 seebelum Zhuhur, 2sesudahnya, 4 sebelum 'Ashar).
# Kitab Mushannaf 'Abdur Razzaq (3h124) mencatat bahwa hadis shalat Tasbih dishahihkan atau hasan oleh Ibnu Mandah, Al-Hakim, Al-Mundziri, Ibnush Shalah.
Yang menyatakan mustahab ialah ulama Syafi'iyah berdasarkan hadis dari Ibnu 'Abbas dengan mutabi' oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Rahawaih, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, karena ada Mutab i' yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Abu Nu'aim, Ath-Thabrani lewat Abul Jauza` dan Daraquthni dengan 6 jalur.
#KItab Al-Fawaidul Majmu'ah tulisan Ay-Syaukani (1h19) meriwayatkan hadis shalat Tasbih jalur Al'Abbas diriwayatkan oleh Daraquthni marfu' lewat Ibnu 'Abbas dan Abu Rafi', Ad-Dailami juga meriwayatkannya.
# Ibnu Hajar menilai ( لَا بَأسَ) "Tidak ada masalah"
#Kitab Shahihut Targhib wat-Tarhib (1h165) menilai hadis shalat Tasbih melalui jalur 'Ikrimah-Ibnu 'Abbas Shahih li Ghairihi (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Al-Hafizh mengatakan hadis telah diriwayatkan melalui jalur yang banyak oleh Jamaah dari Sahabat yang dinilai shahih. Muslim bin Hajjaj mengatakan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada jalur lewat Ibnu 'Abbas-'Ikrimah ini.
# Kitab Shahih&Dha'if Sunan Turmudzi (1h481) ada tercatat dua jalur: 1) Dari Anas – Ummu Sulaim. 2) Ibnu 'Abbas-Abu Rafi' maka Imam Al-Albani menilai hasan.
# Kitab Tanzihusy Syari'ah (2h107) mencatat bahwa Adz-Dzahabi yang sanadnya lewat Ibnu 'Abbas bernilai hasan*).
-----------------------------------o---------------
~Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+S.19 Maryam 1-9 memohon penerus perjuangan mencapai cita-cita Jihad fi Sabilillah dalam arti yang luas, lalu membaca Tasbih lengkap 15 kali, sambil mengingat kembali dosa dan kesalahan sejak remaja dahulu.
~Rakaat ke-2 membaca Alfatihah+surat 26 Asyu’ara`69-85 memohon kesembuhan dari penyakit jasmani dan rohani, sambil ber-Tawashshul anamalan yang berat pernah dilakukan,
~Rakaat ke-3 membaca Alfatihah+surat 81 Atakwir 15-29 memohon taufiq dan ridho Allah supaya keinginan cita2nya aesuai dengan Qudrat-Iradat Allah, sambil mengenang nikmat dari Allah yang pernah dirasakan,tidak mungkin diri dapat menggapainya sampai berhasil.
~Rakaat ke-4 membaca Alfatihah + surat 55 Arrahman 1-17 memohon sih-kawelasan (belas kasihan Allah) atas semua rencana,program dan target sehingga dapat diselesaikan, sambil mengadu bahwa Allah itu Maha Besar tidak ada yang menyamai. Setelah Salam sujud lagi.
5. Sujud membaca do’a didahului dengan shalawat dan hamdalah serta do’a yang dirasakan paling bagus….. lalu curhat, mencurahkan seluruh uneg-uneg seluruh isi hati kesusaha, kesedihan, penderitaan, sakit yang terlalu berat, masalah yang melanda diri, keluarga, sanak kerabat, tetangga, kaum muslimin dan mukminin semua.

--(B) Empat rakaat kedua, Shalatullail-Tahajjuj tidak dengan bacaan Tasbih dengan bacaan:
~Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+surat 17 Al-Isra` 78-82 mohon rahmah-barokah obat-hati dari bacaan Al-Quran .
~ Rakaat ke-2 membaca Alfatihah+surat 20 Thaha 25-35 mohon kemuhadahan dalam menghadapi tugas dan ujian yang paling berat, agar tidak menyimpang dari dzikir memuji Allah.
~ Raakt ke-3 membaca Alfatihah+surat 59 Al-Hasyr 22-24 mohon rahmah-barokah yang terucap karena Allah adalah serba Maha dan Mutlak Maha Sempurna.
~ Rakaat ke-4 membaca Alfatihah+ surat 35-41 mohon kepada Allah yang Maha Mendengar isi hati yang tersembunyi dan yang terucap mohon kabulnya do’a untuk diri, ibu-bapak dan seluruh kaum musimin mukminin.
6. Shalat Witir 3 rakaat:
~ Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+ surat 87 Al-A’la dengan memuji Allah itu Maha Suci tidak ada kekurangan apapun juga.
~ Rakaat ke-2 membaca Alfatihah + Al-Kafirun mengaku diri manjadi seorang-hamba yang mukmin bukan orang kafir.
~ Rakaat ke-3 membaca Alfatihah + S. 112 Al-Ikhlash, menyerah diri kepada Allah apapun yang akan dianugerahkan Allah kepada diri ini, karena Allah itu tempat bergantung semua masalah.
7. Jika masih ada kesempatan setelah membaca Tasbih 3 kali, membaca Alfatihah dengan memohon pertolongan, surat Al-‘Alaq mohon keselamatan dari semua keburukan dan kejahatan apa saja dan Al-Ikhlash menyerahkan segala urusan kepad Allah lalu surat 33 Al-Ahzab 56 mohon rahmah barokah apa saja, lalu Shalawat 21x memohon apa yang masih ketingalan yang belum disebut sebelumnya.







Nabi Saw shalat lama sekali
@Tafsir Al-Baghawi (5h116) dalam menganalisa Qs17a79 mencatat hadis bahwa Abu Salamah bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Nabi Saw dalam bulan Ramadhan bahwa beliau shalat dibulan Ramadhan dan semua bulan tidak lebih dari 11 rakaat, 4+4+3 rakaat, tetapi jangan Tanya khusyuk dan lamanya luar biasa.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (الاسراء79)
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي (رواه البخاري 1874)
“Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" (HR Bukhari no.1874 dan Muslim no.1219).
أَنَّ عَاصِمَ بْنَ حُمَيْدٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قُمْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَدَأَ فَاسْتَاكَ وَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى فَبَدَأَ فَاسْتَفْتَحَ مِنْ الْبَقَرَةِ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ وَسَأَلَ وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ يَتَعَوَّذُ ثُمَّ رَكَعَ فَمَكَثَ رَاكِعًا بِقَدْرِ قِيَامِهِ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ سَجَدَ بِقَدْرِ رُكُوعِهِ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ قَرَأَ آلَ عِمْرَانَ ثُمَّ سُورَةً ثُمَّ سُورَةً فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ (رواه النسائي 1120 وابوداود 739)
“Bahwa 'Ashim bin Humaid berkata; aku mendengar 'Auf bin Malik berkata; "Aku pernah bangun bersama Nabi Saw, lalu beliau mulai bersiwak dan berwudhu. Kemudian beliau berdiri dan shalat. Beliau mengawali shalatnya dengan membaca surat Al Baqarah. Beliau tidak melewati ayat tentang rahmat kecuali beliau berhenti dan memohon (rahmat). Beliau juga tidak melewati ayat tentang adzab kecuali beliau berhenti dan berlindung darinya. Kemudian beliau ruku' hingga ia tenang dalam keadaan ruku' seukuran berdirinya, sambil membaca: 'Subhana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati (Maha Suci Dzat yang mempunyai hak memaksa dan kekuasaan, serta yang memiliki kesombongan dan keagungan) ' saat ruku'. Lantas beliau Shallallahu'alaihiwasallam sujud seukuran ruku'nya tadi dengan membaca: 'Subhana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati'. Kemudian beliau membaca surat Ali 'Imran, kemudian surat lainnya, dan beliau juga melakukan hal yang sama - di rakaat berikutnya”(HR An-Nasa`I no.1120 dan Abu Dawud no.739)

@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 mencatat
تفسير الخازن - (ج 4 / ص 275) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه مسلم 5044 والبخاري?377)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Ziyad bin Ilaqah dari Al Mughirah bin Syu'bah nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang dikemudian. Beliau menyahut: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?")HR Muslim no.5044 dan Bukhari n0.377).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ (رواه مسلم 1291 والترمذي 243 والنسائي 999)
" Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)." Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya)." Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi)." Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU (Allah Maha Mendengar akan orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji(HR Muslim no.1291, Turmudzi no.243 dan An-Nasa’i no.999.)
011(8)23 Tafsir Tematis Kontemporer

Berbisik-bisik (Curhat)
Kepada Allah
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة 186)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”(S.2 Al-Baqarah 186).
Latar belakang turunnya Q.s2a186
Latar belakang turunnya Qs2a186: Dari Ash-Shalt dari ayah dari kakeknya bahwa seseorang dari pelosok dusun bertanya kepada Nabi Saw tentang di mana Tuhan itu jauh atau dekat, jika dekat dia akan berbisik-bisik saja apabila jauh dia akan berteriak-teriak kepada Tuhan. Kemudian Allah menurunkan Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 bahwa Allah itu dekat dan mengabulkan do’a hamba (HR Ibnu Abi Hatim juz 6halaman 309 dan Tsiqat Ibnu Hibban juz 8 halaman 436).
Tma dan sari tilawah
0. Pada dasarnya seluruh umat manusia itu mengakui dan percaya adanya Tuhan.
0. Pengakuan dan kepercayaan mereka itu sesuai kadar situasi dan kondisi mereka masing-masing.
0. Sebagian manusia belum mengetahui sifat-sifat Tuhan yang benar, sehingga mempertanyakan apakah Tuhan itu dekat atau jauh.
0. Oleh karena itu Allah menjawab bahwa Allah itu dekat dan mengabulkan do’a permohonan hamba yang berdo’a kepada Allah.
0. Secara logika wajarlah bahwa keseimbangan itu adalah hukum yang berlaku umum seluruh permasalahan, mencakup soal bahwa do’a itu akan dikabulkan Allah jika hamba yang berdo’a itu sendiri memenuhi permintaan Allah
0. Hukum kesimbangan ini akan lebih menjamin terwujudnya hukum kebenaran yang sesungguhnya.
Masalah dan analisa jawaban
Dari banyaknya masalah maka yang mendesak ialah:
1. Bagaimana nasib mereka yang tidak mengetahui sifat Allah yang benar? Jawaban sementara: Allah akan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing hamba-Nya.
2. Apa saja sifat-sifat Allah yang wajib kita ketahui dan kita yakini? Jawaban sementara: Allah itu mempunyai sifat wajib 20 dan Al-Asmaul Husna 99 macam yang merupakan sifat Allah juga.
3. Bagaimana ikhtiar kita agar supaya kita sebagai makhluk yang sangat lemah memenuhi permintaan Allah dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 di atas. Jawaban sementara: Ikhtiar untuk memenuhi Qs3a185 di atas ialah dengan sepenuhnya taqarrub atau mendekatkan diri sungguh-sungguh kepada Allah memohon kasih sayang Allah yang Maha Rahman..
Pendalaman dan penelitian
BAB SATU
Agama Islam itu universal
@Masalah ke-1: Bagaimana nasib mereka yang tidak mengetahui sifat Allah yang benar? Jawaban sementara: Allah akan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing hamba-Nya.
Orang yang beriman dalam situasi dan kondisi normal wajib melaksanakan syari’at Islam sepenuhnya menurut hukum Islam sebagaimana ketentuan dari Allah dan Rasulullah Saw. Tetapi kepada mereka yang berada dalam situasi dan kondisi tertentu Allah telah menetapkan Rukhshah atas mereka:
(1)Shalat bagi musafir boleh di-jamak dan Qashar, jika sakit shalat dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu: berdiri, duduk atau berbaring, bahkan semampunya. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ )رواه البخاري 1050)
“Dari 'Imrah bin Hushain r.a. berkata: "Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi Saw tentang cara shalat. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan"(HR Bukhari no.1050)

(2)Puasa bagi musafir, sakit atau keadaan tertentu dapat dihutang atau diganti dengan bentuk-bentuk tertentu.
Puasa itu khusus milik Allah untuk memberi balasan yang sangat mendambakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ (رراه البخاري  لمسلم 1945 )
“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Allah Azza wa Jalla berfirman: 'Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendirilah yang mengganjarinya, orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Puasa adalah perisai, dan bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berjumpa dengan rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak kesturi”(HR Bukhari no. 6938, Muslim1945).
(3)Zakat diwajibkan kepada orang yang memiliki harta dalam ukuran tertentu (nishab), kepada mereka yang tidak memiliki harta dalam jumlah yang ditentukan itu maka tidak wajib zakat atas dia, bahkan mungkin malah berhak menerima zakat.
5563 عَنْ أَبِي بُرْدَةَِ عَنْ أَبِيه قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيَأْمُرُ بِالْخَيْرِ أَوْ قَالَ بِالْمَعْرُوفِ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ (رواه البخاري ومسلم 1676)ملهوف=كسمفيتان ياع سوليت
“Dari Sa'id bin Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy'ari dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Nabi Saw bersabda: "Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah." Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? ' Beliau bersabda:: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.' Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.' Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan atau bersabda; menyuruh melakukan yang ma'ruf' dia bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya”(HR Bukhari no.5563 dan Muslim no.1676)
(4) Ibadah haji diwajibkan kepada yang memenuhi syarat rukun, bekal dan kesehatan.Yang tidak mampu naik haji dapat ditutup dengan amal lain, Nabi Saw bersabda:
1422 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري1422 ومسلم118)*
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Ditanyakan kepada Nabi Saw: "'Amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasul-Nya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fii sabiilillah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Hajji mabrur"(HR Bukhari no.1422 dan Muslim no.118)
Yang tidak mampu naik haji dapat diganti amal lain
1422 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري1422 ومسلم118)*
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Ditanyakan kepada Nabi Saw: "'Amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasulNya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fii sabiilillah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Hajji mabrur"(HR Bukhari no.1422 dan Muslim no.118)
Dari sisi lain Islam adalah agama universal artinya Islam berlaku dan menjamin kehidupan seluruh umat manusia, dimana saja dan kapanpun juga, jelasnya sebagai berikut:
A Wanita dan pria mempunyai hak yang sama di dalam pahala dan ibadah, Allah berfirman:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (الاحزاب 35)
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”(S.33 Al-Ahzab 35).
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النحل 97)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(S.16 An-Nahl 97).
B. Wanita dan pria menanggung kewajiban sama dalam akidah, hukum dan akhlak, Allah berfirman::
ياأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (الممتحنة 12)
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(S.60 Al-Mumtahanah 12).
C. Islam untuk seluruh umat manusia dan segala bangsa, Rasulullah Saw bersabda:
3193 عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا فَالنَّاسُ رَجُلَانِ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) (رواه الترمذي)*
“Dari Ibnu Umar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berkhutbah saat penaklukkan Makkah, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyangnya dari kalian. Manusia terbagi dua; baik, bertakwa, mulia bagi Allah dan keji, sengsara, hina bagi Allah. Manusia adalah anak cucu Adam dan Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman: "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat: 13) Abu Isa berkata: Hadits ini gharib, kami hanya mengetahuinya dari hadits Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dari jalur sanad ini. Abdullah bin Ja'far dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan lainnya. Abdullah bin Ja'far adalah ayah Ali bin Al Madini. Abu Isa berkata: Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas”(HR Turmudzi no.3193)

22391 عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ بَيْنَكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ وَلَا أَدْرِي قَالَ أَوْ أَعْرَاضَكُمْ أَمْ لَا كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ (رواه اجمد)*
Telah menceritakan kepada kami Isma'il Telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Jurairi dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam dan bagi orang ajam atas orang arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hari apa ini?" mereka menjawab: Hari haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Bulan apa ini?" mereka menjawab: Bulan haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Tanah apa ini?" mereka menjawab: Tanah haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: " Allah mengharamkan darah dan harta kalian diantara kalian -aku (Abu Nadhrah) Berkata; Aku tidak tahu apakah beliau menyebut kehormatan atau tidak- seperti haramnya hari kalian ini, di bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”(HR Ahmad no.22391)
D. Hak atas pahala berlaku atas seluruh kasta, strata, tingkat, derajat seluruh umat manusia:
(1) Keringan dalam bidang jihad
لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(91)وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ ( التوبة 91-92)
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan"(S.9 At-Taubat 91-92).
3534 عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ (رواه مسلم وابن ماجة 2755 واحمد 14148)*
“Dari Jabir dia berkata."Kami pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan, ketika itu beliau bersabda: "Ada beberapa orang laki-laki di Madinah yang mereka tidak ikut serta dalam peperangan, biasanya jika kalian pergi berperang sedangkan kalian melewati suatu lembah, mereka tetap turut bersama-sama kamu, namun mereka sekarang terhalang karena sakit." Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Sa'id Al Asyaj keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki'. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus semuanya dari Al A'masy dengan sanad ini, namun dalam haditsnya Waki' disebutkan; "Melainkan mereka juga mendapatkan pahala seperti kalian”(HR Muslim no.3534, Ibnu Majah no.2755 dan Ahmad no.14148).
عَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ أَقْوَامًا بِالْمَدِينَةِ خَلْفَنَا مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلَا وَادِيًا إِلَّا وَهُمْ مَعَنَا فِيهِ حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ (رواه البخاري2627 والن ماجة 2754) *
“Dari Anas radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan pernah bersabda: "Sesungguhnya ada kaum yang berada di Madinah tidak ikut berperang bersama kita, tidaklah kita mendaki bukit, tidak pula menyusuri lembah melaikan mereka bersama kita (dalam mendapat) pahala berperang karena mereka tertahan oleh udzur (alasan) yang benar". Dan berkata Musa telah bercerita kepada kami Hammad dari Humaid dari Musa bin Anas dari bapaknya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Berkata Abu 'Abdullah Al Bukhariy; "(Sanad) yang pertama lebih benar"
2574 عَنْ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي (وراه البخاري2574 ومسلم 120)*
Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin Shobbah telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sabiq telah bercerita kepada kami Malik bin Mighwal berkata; aku mendengar Al Walid bin Al 'Ayzar menyebutkan dari Abu 'Amru Asy Syaibaniy berkata 'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku katakan: "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling utama?" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya". Kemudian aku tanyakan lagi: " Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orang tua". Lalu aku tanyakan lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Maka aku berhenti menyakannya lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Seandainya aku tambah terus pertanyaan, Beliau pasti akan menambah jawabannya kepadaku"

Yang tidak mampu bisa ditutup dengan beramal soleh, sedaqah dll.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ (وراه البخاري) *
“Dari Jabir ra.dari Nabi Saw beliau bersabda: "Setiap perbuatan baik adalah sedekah”(HR Bukhari no.5562).
1181 عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى(رواه مسلم وابو داود 1092)سلامي= اوغل-اوغل
“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika iqamat telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat selain shalat wajib." Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Zakariya bin Ishaq dengan sanad seperti ini. Telah menceritakan kepada kami Hasan Al Hulwani telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari 'Amru bin Dinar dari Atha` bin Yasar dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas. Hammad mengatakan; "Aku pernah menemui 'Amr, lalu dia Menceritakan kepadaku, namun dia tidak memarfu'kannya”(HR Muslim no.1181 dan Abu Dawud no. 1092).
(2)Penerima pahala tidak dimonopoli orang tertentu
Rasulullah Saw. sendiri menetapkan bahwa orang yang modalnya air mata pahalanya sama dengan yang modalnya besar dan hebat bahkan harta dengan nyawa.
4071عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجَعَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ فَدَنَا مِنَ الْمَدِينَةِ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ قَالَ وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw. suatu hari pulang dari perang Tabuksaat dekat Madinah beliau bersabda: “Sungguh di kota ada beberpa orang yang mana betul-betul pada setiap kalian menempuh suatu perjalanan, setiap kalian menyeberang lembah sungguh mereka itu beserta kalian” Mereka bertanya: “Ya Rasulullah mana mungkin mereka di dalam kota?” Beliau bersabda: “Mereka terhalang”(HR Bukhari no.4071 dan Muslim no.3534).
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَقَالَ مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ نَائِمًا عِنْدِي مُضْطَجِعًا هَا هُنَا)رواه البخاري 1049)
“Bahwa 'Imran bin Hushain r.a. berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi Saw tentang seseorang yang melaksanakan shalat dengan duduk. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang shalat dengan berdiri maka itu lebih utama. Dan siapa yang melaksanakan shalat dengan duduk maka baginya setengah pahala dari orang yang shalat dengan berdiri dan siapa yang shalat dengan tidur (berbaring) maka baginya setengah pahala orang yang shalat dengan duduk". Berkata, Abu 'Abdullah; "Menurutku yang dimaksud dengan tidur adalah berbaring”(HR Bukhari no.1049).
Dan menurut riwayat Ahmad no.12409 beliau bersabda: إِلَّا شَرَكُوكُمْ فِيهِ “Mereka betul-betul bersekutu dengan kalian” yang dapat kita terjemahkan: Pahalanya dibagi bersama dengan mereka.
Orang yang dapat dikelompokkan kedalamkategori ini ialah orang-orang yang menderita musibah, jompo, buta, pincang, melarat, tidak ada dosa baginya, tidak berangkat perang sabil, syaratnya ialah azam yang kuat, Lillahi Ta’ala yang diistilahkan Al-Quran ( إِذَ ا نَصَحُواْ للَّهِ وَرَسُولِهِ} bonek dalam arti yang luhur, seperti kisah Mash’ab bin ‘Umair pemegang bendera perang putus tangan kanannya dipedang tentara kafir, lalu bendera dipegang tangan kirinya dan ditebas lagi oleh musuh, ‘Amr bin Jamuh tangannya invalid terkena pedang orang kafir.
Ats-Tsa’alibi mencatat bahwa QS9a91-92 turun berkaitan dengan ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Uqail, Nu’man, Suwaid dan Sinan=6 orang mereka semua pernah ikut dalam perang Khandaq.
@ Tafsir Ibnul Jauzi, mencatat ada 3 sebab mengapa tidak berangkat perang Tabuk, yaitu: idak mempunyai kendaraan,bekal dan spatu.
@Syaratnya ialah niat yang tulus suci, jihad menguras kekuatan
Hadis Buklhari-Muslim di atas merupakan penegasan Rasul Saw. bahwa orang yang modalnya hanya air mata pahalanya sama dengan yang berkorban harta dan nyawa. Zakat emas dan uang iala 2,5% dengan ini maka orang seperti Habibi mempunyai uang 40 milar dia wajib membayar zakat satu milyar. Maka jika seorang buruh (tandur,nutu, matun, cuci) dapat membayar 2,5 % uang yang dimilikinyA maka pahalanya menurut saya sama Habibi membayar satu milyar, bahkan mungkin lebih besar sebab si miskin ini menunaikan sunat sebab hartanya tidak mencpai satu nishab.
Berdalil dengan s9a91-92 dan hadis Bukhari no.4071-Muslim 3534 di atas maka seorang guru ngaji alif bak tak dipucuk gunung penduduk suku terasing primitif maka pahalanya tidak kurang dari pahala Prof. DR. Alwi Syihab mengajar agama Islam di Perguruan Tinggi di Washington DC.
Puasa adalah ibadah yang pahalanya dapat direbut oleh orang yang melarat, orang jompo, orang pincang,orang buntung, orang yang lumpuh dan pahanya tidak kalah dengan pahala puasa seorang Mike Tyson atau Muhammad Ali juara tinju klas berat dunia.
Berdasarkan hadis Bukhari-Muslim ini pula maka seorang yang melarat yang berusaha menabung uang ingin naik haji, maka pahalanya tidak akan kalah dengan mereka yang naik haji setiap tahun karena kekayaannya melimpah. Oleh karena itulah orang Madura bakul rokok kaki lima menabung sedikit-sedikit akhirnya bisa berangkat haji, orang Blitar petani ikan lele, orang Banyuwangi menjual sabut-bathok kelapa semua bisa naik haji maka pahalanya sama dengan milyarder haji plus dengan bekal dolar atau dinar berlimpah-limpah.
@ Jihad menjadi ukuran
Syarat yang sangat menentukan ialah Jihad dan berkurban fi Sbilillah, yaitu maksimalisasi, memeras tenaga atau menguras harta kekayaan yang sangat dicintai untuk sarana &prasarana perjuangan menjunjung tinggi Kalimatillahi hiyal ‘Ulya seperti yang tercatat dalam Al-Quran s9a92 dengan hadis Bukhari no.4071 dan Ahmad no1240 bahwa 6-7 orang yang sangat melarat ingin sekali ikut jihad perag sabil tidak terkabul selain hanya curahan air mata mereka.
@Instink Religios
Allah menciptakan manusia disertai instik disamping akal dan perasaan dengan resep dan ukuran apa saja yang diperlukan oleh manusia, agar supaya mereka tetap dapat melangsungkan kehidupannya dan memenuhi kebutuhannya serta dapat hidup secara lebih baik lagi.
Para ahli sosiologi-antropologi telah mengadakan penelitian mengenai kebutuhan hidup manusia secara universal sama siapa saja dimanapun juga kapanpun jamannya, yaitu:
@. Ralph Piddington dalam bukunya “An Introduction to Social Anthropology” (1950:221) mencatat kebutuhan manusia secara universal (Human Needs):
i. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer ialah kebutuhan yang sama antara manusia dengan makhluk hewan, yaitu:(1) Makan, minum, bernafas.(2)Membersihkan diri, istirahat, ketahanan diri dari serangan atau cuaca, demikian juga kesehatan.(3)Pemenuhan hawa nafsu seks/birahi dan anak keturunan.
ii. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan sosial terdiri dari: (1)Pengembangan kebudayaan dan pendidikan.(2)Menggerakkan kegiatan bersama, berkomunikasi dengansesama. (3)Kepuasan akan pemilikan atas harta kekayaan. (4) Terselenggaranya ketertiban sosial, hukum dan adat.
iii. Kebutuhan integratip:Kebutuhan integratip ini sangat berkaitan dengan soal perasaan moral, kepercayaan dan kesempurnaan hidup.(1)Melakukan kegiatan ritual keagamaan (Magico religious system)(2)Kebutuhan akan hiburan, permainan dan kepuasan dalam bidang seni serta keindahan.

@ Abraham Maslow dalam bukunya “Motivation and Personality” (1954:15) mengemukakan ada 5 kategori kebutuhan hidup manusia secara universal itu, yaitu:
i. Kebutuhan dasar jasmani
ii. Kebutuhan akan ketertiban dan keamanan
iii. Kegiatan bersama dan rasa sosial
iv. Kehormatan dan penghargaan
v. Puncak kepuasan dan kesempurnaan
@Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh (1958:291) mencatat apa yang disebut dengan “Maslahah yang hakiki” yang merupakan teori ahli hukum Islam mengenai kebutuhan hidup manusia secara universal, menurut teori ini ialah: 1) Kebutuhan terjaganya syariat Tuhan; 2)Kebutuhan terpeliharanya kelangsungan hidup jiwa;3) Kebutuhan terjaganya hak atas harta kekayaan;4) Kebutuhan terpeliharanya akal yang sehat;5) Kebutuhan terpeliharanya anak keturunan
Jika dianalisa secara mendalam maka teori Piddington dan Maslow seluruhnya dapat tertampung dalam teori ahli hukum Islam secara khusus disebut “Adl-Dlaruriyatul Khamsah”. Maka manusia yang wajar memerlukan terpenuhinya kebutuhan penyembahan kepada Tuhan, kebutuhan hidup, keperluan akan harta, kesehatan dan anak keturunan.
Maslahah yang hakiki ialah suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang serba terpenuhi jaminan hidup yang 5 macam, yaitu:(1)Terjaminnya kelangsungan syari’at Tuhan, suatu kehidupan yang berjiwa agama;(2)Terjaminnya hak hidup setiap insan;(3)Terjaminnya hak pemilikan atas harta kekayaan; (4)Terjaminnya perkembangan akal yang sehat; (5)Terjaminnya hak berkeluarga dan berketurunan;
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ( الاعراف172)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(S.7 Al-A’raf 172).
@ Ashabul A’raf
Ashabul A’raf ialah sejumlah umat manusia yang kelak tidak masuk surga juga tidak masuk neraka, mereka menangis jika melihat surga tetapi berbesar hati ketika melihat neraka:
الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآخِرَةِ كَافِرُونَ()وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ()وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ()وَنَادَى أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ ( الاعراف 45-48)
"” (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun `alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". Dan orang-orang yang di atas A`raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfa`at kepadamu"(S.7 Al-A’raf 45-48).
Masalah bagaimana nasib mereka yang memang betul-betul belum pernah mendengar dakwah Islam maka dapat diduga bahwa Allah akan menentukan Qudrat-Iradat-Nya kepada mereka apakah akan mendapat azab neraka atau mendapat rahmat yang lain, misalnya seperti kaum Ashabul A’raf itu..
Berdasarkan beberapa nash Al-Quran dan hadis dalam berbagai bidang tersebut di atas maka

BAB DUA
Sifat Allah
@Masalah ke-2:. Apa saja sifat-sifat Allah yang wajib kita ketahui dan kita yakini? Jawaban sementara: Allah itu mempunyai sifat wajib 20, sifat Mustahil 20 dan Al-Asmaul Husna 99 macam yang merupakan sifat Allah juga.
I. Sifat wajib bagi Allah
Ahli pikir dan tokoh Multazilah Allah itu hanya mempunyai satu sifat yaitu Mutlak Maha Esa, sedangkan ulama Asy’ariyah Allah itu mempunyai sifat 20, yaitu: 1. Wujud : Artinya Ada2. Qidam : Artinya Sedia yang terbahagi kepada empat bagian :3. Baqa’ : Artinya Kekal, 4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya 6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.9. ‘Ilmu : Artinya : Allah Maha Mengetahui 10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala..11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata. . II. Sifat Mustahil artinya tidak mungkin; . Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :1. ‘Adam; berarti “Tidak ada”.2. Huduth; berarti “Baharu”.3. Fana’; berarti “Binasa”.4. Mumathalatuhu Lilhawadith; berarti “Menyerupai makhluk”.5. Qiyamuhu Bighayrih; berarti “Berdiri dengan yang lain”.6. Ta’addud; berarti “Bberbilang-bilang”.7. ‘Ajz; berarti “Lemah”.8. Karahah; berarti “Terpaksa”.9. Jahl; berarti “jahil/Bodoh”..10. Maut; berarti “Mati”.11. Samam; berarti “Tuli”.12. ‘Ummy; berarti “Buta”.13. Bukm berarti “Bisu”.14. ‘Ajizan; berarti “keadaannya Yang lemah”.15. Karihan; berarti “keadaannya Yang terpaksa”.16. Jahilan; berarti “keadaannya Yang jahil/bodoh”.17. Mayyitan; berarti “keadaannya Yang mati”.18. Shammum; berarti “keadaannya yang tuli”.19. A’ma; berarti “keadaannya Yang buta”.20. Abkam; berarti “keadaannya Yang bisu”
III. Asmaul Husna Secara singkat Al-Quran menyebutkan nama-nama Allah itu:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(22)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ(23)هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24)
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"”(S.59 Al-Hasyr 22-24). Lengkapnya adalah sebagai berikut: . Yang Maha Pemurah;2. Yang Maha penyayang;3. Yang Maha Kuasa;4. Yang Maha Suci;5. Yang Maha Sejahtera;6. Yang memberikan rasa aman;7. Yang Maha Memelihara;8. Yang Maha Perkasa;9. Yang Maha Memaksa;10. Yang Memiliki kebesaran;
11. Yang Maha Mencipta;12. Yang Maha Melepaskan;13.Yang menciptakan rupa makhluk;14. Yang Maha Mengampuni;15. Yang Maha Perkasa;16. Yang Maha Pemberi Karunia;17. Yang Maha Pemberi Rizki;18.Yang Maha Pembuka;19.Yang Maha Mengetahui Segalanya;20.Yang Maha Menyempitkan kenikmatan;21.Yang Maha Melapangkan Rizki;22. Yang Maha Merendahkan makhluknya;23. Yang Meninggikan Martabat makhluknya;24. Yang Maha Memuliakan makhluknya;25. Yang Maha Menghinakan makhluknya;26. Yang Maha Mendengar;27. Yang Maha Melihat;
28.Yang Maha menetapkan;29. Yang Maha Adil;30. Yang Maha penyantun;31. Yang Maha Mengetahui Segala Rahasia;32. Yang Maha Penyantun, lembut;33. Yang Maha Agung dari segalanya;34. Yang Maha pengampun;35. Yang Maha Membalas jasa atas amal baik hamba-Nya;36. Yang Maha Tinggi;37. Yang Maha Besar;38. Yang Maha Menjaga; 39. Yang Maha Memelihara;40. Yang Maha PembuatPerhitungan;41., Yang memiliki segala keagungan;42. Yang Maha Mulia;43. Yang Maha Mengawasi;44. Yang Maha Mengabulkan;45. Yang Maha Luas;46. Yang Maha Bijaksana;47. Yang Maha Pengasih;48. Yang Maha Mulia;49. Yang Maha Membangkitkan;50.Yang Maha Menyaksikan;51. Yang Maha Benar;52., Yang Maha Memelihara;53. Yang Maha Kuat;55. Yang Maha Melindungi;56. Yang Maha Terpuji;57. Yang Maha Menghitung dan mengetahui jumlah dan ukuran segala sesuatu;58., Yang Maha Memulai;59. Yang Maha Mengembalikan kehidupan makhluk-Nya;60. Yang Maha Menghidupkan;61. Yang Maha Mematikan;62. Yang Maha Hidup;63.Yang Maha Mandiri; 64. Yang Maha Menemukan apa yang dikehendaki;65. Yang Maha Mulia;66. Yang MahaEsa/Tunggal;67. Yang Maha Esa;68. Yang Maha dibutuhkan;69. Yang Maha Kuasa;70. Al-Muqtadir, Yang Maha Berkuasa;71. Yang Maha Mendahulukan;72. Yang Maha Mengakhirkan; 73. Yang Maha Permulaan;74. Yang Maha Akhir;75. Yang Maha Nyata;76. Yang Maha Ghaib;77. Yang Maha Memerintah; 78. Yang Maha Tinngi;79. Yang Maha Derma;80. Yang Maha Menerima Taubat hamba-Nya;81. Yang Maha Penyiksa;82. Yang Maha Pemaaf;83. Yang Maha Pengasih;84. Malikul Mulk, Yang Maha Merajai Kerajaan;85. Yang Maha Memiliki kebesaran dan kemuliaan;86. Yang Maha Adil;87. Yang Maha Pengumpul;88. Yang Maha Kaya;89. Yang Maha Berkecukupan;90. Yang Maha Mencegah;91. Yang Maha Pemberi Derita;92. Yang Maha Pemberi Manfaat;93. Yang Maha Bercahaya;94. Yang Maha Memberi Petunjuk;95. Yang Maha Pencipta;96. Yang Maha Kekal;97. Yang Maha Pewaris;98. Yang Maha Pandai;99. Yang Maha Sabar.


BAB TIGA
IKTIKAF
Curhat kepada Allah
Masalah ke-3. Bagaimana ikhtiar kita agar supaya kita sebagai makhluk yang sangat lemah memenuhi permintaan Allah dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 di atas: Jawaban sementara: Ikhtiar untuk memenuhi Qs3a185 di atas ialah sungguh-sungguh taqarrub atau mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah melalui sifat Rahman Rahim-Nya memohon kasih sayang Allah.
Shalat nabi Saw sangat khusyuk dan lama sekali
@Tafsir Al-Baghawi (5h116) dalam menganalisa Qs17a79 (sebagaimana tercantum d awal makalah diatas) mencatat hadis bahwa Abu Salamah bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Nabi Saw dijawab bahwa beliau shalat dibulan Ramadhan dan semua bulan di luar Ramadhan tidak lebih dari 11 rakaat, (4+4+3 rakaat), tetapi jangan tanya khusyuk dan lamanya luar biasa
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي (رواه البخاري 1874)
“Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" (HR Bukhari no.1874 dan Muslim no.1219).
@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 tersebut mencatat hadis bahwa Nabi Saw karena lamanya sampai kaki beliau bengkak:
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه مسلم 5044 (
“Dari Al Mughirah bin Syu'bah nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang dikemudian. Beliau menyahut: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?")HR Muslim no.5044 dan Bukhari n0.377).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ (رواه مسلم 1291 والترمذي 243 والنسائي 999)
" Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM " Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA " Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji(HR Muslim no.1291 dan Turmudzi no.243
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ قَالَ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقَرَأَ حَتَّى بَلَغَ رَأْسَ الْمِائَةِ فَقُلْتُ يَرْكَعُ ثُمَّ مَضَى حَتَّى بَلَغَ الْمِائَتَيْنِ فَقُلْتُ يَرْكَعُ ثُمَّ مَضَى حَتَّى خَتَمَهَا قَالَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ قَالَ ثُمَّ افْتَتَحَ سُورَةَ آلِ عِمْرَانَ حَتَّى خَتَمَهَا قَالَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ قَالَ ثُمَّ افْتَتَحَ سُورَةَ النِّسَاءِ فَقَرَأَهَا قَالَ ثُمَّ رَكَعَ قَالَ فَقَالَ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ قَالَ وَكَانَ رُكُوعُهُ بِمَنْزِلَةِ قِيَامِهِ ثُمَّ سَجَدَ فَكَانَ سُجُودُهُ مِثْلَ رُكُوعِهِ وَقَالَ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى قَالَ وَكَانَ إِذَا مَرَّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا عَذَابٌ تَعَوَّذَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَنْزِيهٌ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ سَبَّحَ (رواه احمد 22175)
“Dari Hudzaifah bin Al Yaman berkata; Aku shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam pada suatu malam. Beliau memulai dengan surat Al Baqarah, beliau membacanya hingga sampai penghujung ayat seratus, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', beliau terus membaca hingga sampai ayat duaratus, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', beliau terus membaca hingga sampai khatam, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', lalu beliau membaca surat 'Aali 'Imraan hingga mengkhatamkannya, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', lalu beliau membaca surat An Nisaa`, beliau membacanya kemudian ruku'. Saat ruku' beliau membaca: SUBHAAANA RABBIYAL 'ADHIIM. Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: Lamanya beliau ruku' beliau sama seperti saat berdiri, lalu beliau sujud seperti lamanya saat ruku'. Saat sujud beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL A'LAA. Bila beliau membaca ayat rahmat, beliau berdoa, bila membaca ayat adzab beliau meminta perlindungan dan bila ada ayat penyucian untuk Allah 'azza wajalla beliau bertasbih”(HR Ahmad no.22175)*Lamanya rukuk dan sujud seimbang dengan lamanya brerdiri.
@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 mencatat
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ(واه البخاري 4460, 1062 ومسلم 5044))
“Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: "Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?" Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku' maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku’(HR Bukhari no.4460, 1062 dan Muslim no.5044).
88888888888888888888888888888888888
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ (رواه البخاري 3883 ومسلم 4873)
“ Dari Abu Musa Al Asy'ari r'a ia berkata; “Ketika Rasulullah Saw melihat orang-orang menuruni lembah sambil mengeraskan suara bertakbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar laa ilaaha illallah (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah), maka Rasulullah Saw bersabda: "Rendahkanla suara kalian, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian". Saat itu aku berada di belakang hewan tunggangan Rasulullah Saw dan beliau mendengar apa yang aku ucapkan. Saat itu aku membaca; "laa hawla wa laa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah) ", maka beliau berkata kepadaku: "Wahai Abdullah bin Qais". Aku jawab; "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Beliau melanjutkan: "Maukah aku tunjukkan kepadamu satu kalimat yang termasuk perbendaharaan surga?". Aku jawab; "Tentu wahai Rasulullah, demi bapak ibuku sebagai tebusan tuan." Beliau bersabda: "laa hawla wa laa quwwata illa billah” (HR Bukhari no.3883 dan Muslim no.4873)
Melihat nyata-nyata bahwa Rasulullah Saw shalat Qiyamul Lail baik di bulan Ramadhan maupun seluruh malam di luar Ramadhan, shalatnya terlalu lama terlalu khusuk, membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa` dan surat Ali ‘Imran dalam SATU RAKAAT shalat malam beliau. Demikian lamanya shalat beliau dalam shalat malam ini bukan hanya dalam berdiri saja tetapi mencakup rukun-rukun dalam rukuk dan sujudnya yang lain, maka disana terdapat hadis-hadis yang dapat meneladani sedikit dari contoh shalat malam beliau salah satunya ialah Shalam Qiyamul Lail dengan membaca 300 Tasbih dalam shalat yang ada kemungkinan kita semua masih mampu melaksanakannya dank karena analan 300 Tasbih ini maka shalat ini dinamakan Shalat Tasbih sebagaimana uraian berikut:
*Curhat kepada Allah*
@Qiyamul Lail:
0. Persiapan : Bangun jam o1.45 siap-siap bersuci dsb.
2.I’tikaf: Masuk Masjid cari tempat yang paling aman dari suara dan sinar, tidak ada yang mengetahui dirinya kecuali Allah. #Pengertian Malam:
Aslinya malam itu ialah suatu keadaan yang gelap-pekat, sunyi senyap, tidak ada suara, tidak ada sinar, semua makhluk pada tidur semua. Nuansa demikian juga dirasakan oleh orang-orang pelaku sejarah: Nabi Zakariya, Nabi Yunus, Ashabul Kahfi bahkan Rasulullah Saw sebelum diutus menjadi nabi saat beliau ‘Uzlah di
guwa Khira` dan ketika dikejar kaum musyrikin beliau bersembunyi 3 malam di dalam guwa Tsaur, ini dicatat dalam Al-Quran dan disinggung oleh hadis di bawah ini:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ وَقَدْ تَكَلَّمَ بَعْضُ أَهْلِ الْحَدِيثِ فِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ هَذَا مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ وَهُوَ كُوفِيٌّ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِسْحَقَ الْقُرَشِيُّ مَدَنِيُّ وَهُوَ أَثْبَتُ مِنْ هَذَا وَكِلَاهُمَا كَانَا فِي عَصْرٍ وَاحِدٍ (رواه الترمذي 1907)
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Abdurrahman bin Ishaq dari An Nu'man bin Sa'd dari Ali ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya." Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, "Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?" Nabi menjawab: "Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits gharib yang tidak kami ketahui kecuali dari haditsnya Abdurrahman bin Ishaq dan sebagian ahli hadits telah mengomentari Abdurrahman bin Ishaq dari segi hapalannya, dia berasal dari Kufah. Adapun Abdurrahman bin Ishaq Al Qurasyi dia berasal dari Madinah dan hapalannya lebih kuat dari yang tadi, dan keduanya hidup sezaman”(HR Turmudzi no.1907).
~ Nabi Zakariya dalam kesedihan memohon penerus perjuangan Jihad fi Sabilillah, beliau berdo’a dalam Mihrab dlam nuansa sunyi senyap, gelap gulita, termaktub dalam Al-Quran:

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا()إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا( مريم -)
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”(S.19 Maryam 2-3)
~ Nabi Yunus berdo’a dalam gelap pekat luar b iasa dalam perut ikan yang berada di dasar laut. Tercatat dalam Al-Quran:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ( الانبياء 87)
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."(S.21 Al-Anbiya` 87).
Maka Allah mendorong kita semua untuk bangun malam shalat Tahajjuj, maka Allah menjanjikan suatu kemuliaan:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا( الاسراء79)
" Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(S.17 Al-Isra` 79).
~ Anak remaja Ashabul Kahfi berdo’a di dalam Guwa dalam gelap sekali sampai tertidur selama 350 tahun, tercatat dalam Al-Quran:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا(الكهف10)
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(S.17 Al-Isra` 79).
~ Ketika Rasulullah Saw dikejar-kejar kaum musyrikin dalam rangka hijrah beliau maka beliau istirahat di dalam Guwa Tsaur selama 3 malam, diabadikan Allah dalam Al-Quran:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ( التوبة 40)
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo`a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"”(S.18 Al-Kahfi 10).

3.Shalat Iftitah: 2 rakaat: Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+surat 97 Al-Qadar, memohon pahala 1000 bulan . Rakaat ke-2 membaca Alfatihah +surat 110 An-Nashr, memohon pertolongan dan berhasil mengejar cita-cita
ِS.97 Al-Qadar sangat menjanjikan pahala 1000 bulan.Qs110 mencatat kemenangan besar Nabi Saw merebut Kota Makkah
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(القدر4)
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”(S.97 Al-Qadar 3-4)
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (النصر 1)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.”(S.110 An-Nashr 1)

4.Shalatul Lail /Tahajjuj 8 rakaat dibagi 2, yaitu 4 rakaat+4 rakaat
--(A) Empat rakaat-I membaca Tasbih 300 kali sebelum gerak berganti rukun dibagi 4, tiap rakaat 75 kali: Berdiri 15x,Ruku’10x,I’tidal:10x,Sujud 10x,Duduk 10x,Sujud 10x,Duduk 10x-yaitu……
# Kitab Mushannaf 'Abdur Razzaq (3h124) mencatat bahwa hadis shalat Tasbih dishahihkan oleh Shahih Ibnu Khuzaimah (2h223); Imam Al-Albani menyatakan Hasan karena ada hadis musyahid yang memperkuat riwayat Sunan Abu Dawud itu; Kitab Subulus-Salam.
# Ibnu Khuzaimah (4h442) dalam shahihnya no.1149 meriwayatkan hadis shalat Tasbih melalaui jalur 'Ikrimah-Ibnu 'Abbas.
# Kitab Tanzihusy-Syari'ah (2h106) Abu Dawud mengatakan hadis yang paling shahih dari shalat Tasbih ialah yang diterima oleh Ibnu Ma'in, Nasa`i, Ibnu Hibban, (Bukhari mentakhrij dalam bab Qiraat).
Sebaliknya Al-'Uqaili menyatakan tidak ada yang shahih tidak ada yang hasan terutama nama Shidqah bin .Yazid, Musa bin 'Abdul 'Aziz dan Musa bin 'Abdul Aziz yang dinilai Tsiqqah oleh Ibnu Ma'in, Nasa`i, para ulama menilai shahih atau hasan.
Yang menilai shahih atau menilai hasan Ibnu Mandah, Al-Khathib, As-Sam'ani, Abu Musa al-Madini, Abul Hasan al-Mufadhdhal, Al-Mundziri, Ibnush-Shalah, An-Nawawi, As-Subki.
Ad-Dailami mengataan bahwa shalat Tasbih memuji hadis itu shahih, demikian juga Daraquthni, Baihaqi, Muslim, Al-Hakim. Ibnu Hajar. Daraquthni meriwayatkannya yang nilainya hasan. 'Abdul 'Aziz bin Abi Dawud mengatakan siapa ynag ingin masuk surga harus shalat Tasbih.
# Kitab Minhajus Sunnah (7h238) mencatat Shalat Tasbih ada 2 masalah, yang lebih kuat ialah dusta, Ahmad bin Hanbal mengatakannya makruh karena hadisnya cacat, pengikut madzhab Maliki, Hanafi, Syafi'i, melainya mustahap.
# Kiab Syarhus Sunnah (3h439) menukil hadis Tasbih riwayat Abu Dawud yang berumber dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas dengan fadhilahnya. Ibnul Mubarak ditanya soal shalat Tasbih mengatakan bacaan Tasbih sebelum dan sesudah Al-Fatihah masing-masing 15 kali sebelum berdiri tidak usah, tetapi 300 kali harus dipenuhi.
# Al-Ba'its 'ala Inkaris Sunnah (1h66) membolehkan membaca ayat dan Tasbih banyak-banyak di dalam shalat berdasarkan hadis .shalat.
#Dikutip pula bahwa slata Tasbih dinamakan Shalat Ar-Raghaib yang disyari'atkan karena banyaknya sunat yang disukai.
#Dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (2h223) tercatat no.1216 hadis shalat Tasbih bersumber dari Ibnu 'Abbas. Imam Al-Albani menyatakannya Dha'if, tetapi ada musyhid yang memperkuat dari Sunan Abu Dawud.
# Al-Mustadrak Al-Hakim (3h214) no.1140 meriwayatkan hadis itu melalui sumber Anas bin Malik dari Ummu Sulaim melalui sanad ini shihih menurut syarat Muslim dengan musyahidnya lewat Al-Yamaniyyin. Di halaman lain (1h462) no.1191 mencatat hal yang sama.
# Sunan Baihaqi al-Kubra (3h51) no.680 meriwayatkan hais tentang 10 rakaat shalat Tathawwu' -Nabi Saw dan shalat Tasbih yang bersumber dari Ibnu 'Abbas. (10 rakaat, yaitu:4 seebelum Zhuhur, 2sesudahnya, 4 sebelum 'Ashar).
# Kitab Mushannaf 'Abdur Razzaq (3h124) mencatat bahwa hadis shalat Tasbih dishahihkan atau hasan oleh Ibnu Mandah, Al-Hakim, Al-Mundziri, Ibnush Shalah.
Yang menyatakan mustahab ialah ulama Syafi'iyah berdasarkan hadis dari Ibnu 'Abbas dengan mutabi' oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Rahawaih, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, karena ada Mutab i' yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Abu Nu'aim, Ath-Thabrani lewat Abul Jauza` dan Daraquthni dengan 6 jalur.
#KItab Al-Fawaidul Majmu'ah tulisan Ay-Syaukani (1h19) meriwayatkan hadis shalat Tasbih jalur Al'Abbas diriwayatkan oleh Daraquthni marfu' lewat Ibnu 'Abbas dan Abu Rafi', Ad-Dailami juga meriwayatkannya.
# Ibnu Hajar menilai ( لَا بَأسَ) "Tidak ada masalah"
#Kitab Shahihut Targhib wat-Tarhib (1h165) menilai hadis shalat Tasbih melalui jalur 'Ikrimah-Ibnu 'Abbas Shahih li Ghairihi (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Al-Hafizh mengatakan hadis telah diriwayatkan melalui jalur yang banyak oleh Jamaah dari Sahabat yang dinilai shahih. Muslim bin Hajjaj mengatakan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada jalur lewat Ibnu 'Abbas-'Ikrimah ini.
# Kitab Shahih&Dha'if Sunan Turmudzi (1h481) ada tercatat dua jalur: 1) Dari Anas – Ummu Sulaim. 2) Ibnu 'Abbas-Abu Rafi' maka Imam Al-Albani menilai hasan.
# Kitab Tanzihusy Syari'ah (2h107) mencatat bahwa Adz-Dzahabi yang sanadnya lewat Ibnu 'Abbas bernilai hasan*).
-----------------------------------o---------------
~Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+S.19 Maryam 1-9 memohon penerus perjuangan mencapai cita-cita Jihad fi Sabilillah dalam arti yang luas, lalu membaca Tasbih lengkap 15 kali, sambil mengingat kembali dosa dan kesalahan sejak remaja dahulu.
~Rakaat ke-2 membaca Alfatihah+surat 26 Asyu’ara`69-85 memohon kesembuhan dari penyakit jasmani dan rohani, sambil ber-Tawashshul anamalan yang berat pernah dilakukan,
~Rakaat ke-3 membaca Alfatihah+surat 81 Atakwir 15-29 memohon taufiq dan ridho Allah supaya keinginan cita2nya aesuai dengan Qudrat-Iradat Allah, sambil mengenang nikmat dari Allah yang pernah dirasakan,tidak mungkin diri dapat menggapainya sampai berhasil.
~Rakaat ke-4 membaca Alfatihah + surat 55 Arrahman 1-17 memohon sih-kawelasan (belas kasihan Allah) atas semua rencana,program dan target sehingga dapat diselesaikan, sambil mengadu bahwa Allah itu Maha Besar tidak ada yang menyamai. Setelah Salam sujud lagi.
5. Sujud membaca do’a didahului dengan shalawat dan hamdalah serta do’a yang dirasakan paling bagus….. lalu curhat, mencurahkan seluruh uneg-uneg seluruh isi hati kesusaha, kesedihan, penderitaan, sakit yang terlalu berat, masalah yang melanda diri, keluarga, sanak kerabat, tetangga, kaum muslimin dan mukminin semua.

--(B) Empat rakaat kedua, Shalatullail-Tahajjuj tidak dengan bacaan Tasbih dengan bacaan:
~Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+surat 17 Al-Isra` 78-82 mohon rahmah-barokah obat-hati dari bacaan Al-Quran .
~ Rakaat ke-2 membaca Alfatihah+surat 20 Thaha 25-35 mohon kemuhadahan dalam menghadapi tugas dan ujian yang paling berat, agar tidak menyimpang dari dzikir memuji Allah.
~ Raakt ke-3 membaca Alfatihah+surat 59 Al-Hasyr 22-24 mohon rahmah-barokah yang terucap karena Allah adalah serba Maha dan Mutlak Maha Sempurna.
~ Rakaat ke-4 membaca Alfatihah+ surat 35-41 mohon kepada Allah yang Maha Mendengar isi hati yang tersembunyi dan yang terucap mohon kabulnya do’a untuk diri, ibu-bapak dan seluruh kaum musimin mukminin.
6. Shalat Witir 3 rakaat:
~ Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+ surat 87 Al-A’la dengan memuji Allah itu Maha Suci tidak ada kekurangan apapun juga.
~ Rakaat ke-2 membaca Alfatihah + Al-Kafirun mengaku diri manjadi seorang-hamba yang mukmin bukan orang kafir.
~ Rakaat ke-3 membaca Alfatihah + S. 112 Al-Ikhlash, menyerah diri kepada Allah apapun yang akan dianugerahkan Allah kepada diri ini, karena Allah itu tempat bergantung semua masalah.
7. Jika masih ada kesempatan setelah membaca Tasbih 3 kali, membaca Alfatihah dengan memohon pertolongan, surat Al-‘Alaq mohon keselamatan dari semua keburukan dan kejahatan apa saja dan Al-Ikhlash menyerahkan segala urusan kepad Allah lalu surat 33 Al-Ahzab 56 mohon rahmah barokah apa saja, lalu Shalawat 21x memohon apa yang masih ketingalan yang belum disebut sebelumnya.







Nabi Saw shalat lama sekali
@Tafsir Al-Baghawi (5h116) dalam menganalisa Qs17a79 mencatat hadis bahwa Abu Salamah bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Nabi Saw dalam bulan Ramadhan bahwa beliau shalat dibulan Ramadhan dan semua bulan tidak lebih dari 11 rakaat, 4+4+3 rakaat, tetapi jangan Tanya khusyuk dan lamanya luar biasa.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (الاسراء79)
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي (رواه البخاري 1874)
“Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" (HR Bukhari no.1874 dan Muslim no.1219).
أَنَّ عَاصِمَ بْنَ حُمَيْدٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قُمْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَدَأَ فَاسْتَاكَ وَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى فَبَدَأَ فَاسْتَفْتَحَ مِنْ الْبَقَرَةِ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ وَسَأَلَ وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ يَتَعَوَّذُ ثُمَّ رَكَعَ فَمَكَثَ رَاكِعًا بِقَدْرِ قِيَامِهِ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ سَجَدَ بِقَدْرِ رُكُوعِهِ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ قَرَأَ آلَ عِمْرَانَ ثُمَّ سُورَةً ثُمَّ سُورَةً فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ (رواه النسائي 1120 وابوداود 739)
“Bahwa 'Ashim bin Humaid berkata; aku mendengar 'Auf bin Malik berkata; "Aku pernah bangun bersama Nabi Saw, lalu beliau mulai bersiwak dan berwudhu. Kemudian beliau berdiri dan shalat. Beliau mengawali shalatnya dengan membaca surat Al Baqarah. Beliau tidak melewati ayat tentang rahmat kecuali beliau berhenti dan memohon (rahmat). Beliau juga tidak melewati ayat tentang adzab kecuali beliau berhenti dan berlindung darinya. Kemudian beliau ruku' hingga ia tenang dalam keadaan ruku' seukuran berdirinya, sambil membaca: 'Subhana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati (Maha Suci Dzat yang mempunyai hak memaksa dan kekuasaan, serta yang memiliki kesombongan dan keagungan) ' saat ruku'. Lantas beliau Shallallahu'alaihiwasallam sujud seukuran ruku'nya tadi dengan membaca: 'Subhana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati'. Kemudian beliau membaca surat Ali 'Imran, kemudian surat lainnya, dan beliau juga melakukan hal yang sama - di rakaat berikutnya”(HR An-Nasa`I no.1120 dan Abu Dawud no.739)

@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 mencatat
تفسير الخازن - (ج 4 / ص 275) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه مسلم 5044 والبخاري?377)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Ziyad bin Ilaqah dari Al Mughirah bin Syu'bah nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang dikemudian. Beliau menyahut: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?")HR Muslim no.5044 dan Bukhari n0.377).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ (رواه مسلم 1291 والترمذي 243 والنسائي 999)
" Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)." Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya)." Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi)." Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU (Allah Maha Mendengar akan orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji(HR Muslim no.1291, Turmudzi no.243 dan An-Nasa’i no.999.)


































011(8)23 Tafsir Tematis Kontemporer

Berbisik-bisik (Curhat)
Kepada Allah
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة 186)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”(S.2 Al-Baqarah 186).
Latar belakang turunnya Q.s2a186
Latar belakang turunnya Qs2a186: Dari Ash-Shalt dari ayah dari kakeknya bahwa seseorang dari pelosok dusun bertanya kepada Nabi Saw tentang di mana Tuhan itu jauh atau dekat, jika dekat dia akan berbisik-bisik saja apabila jauh dia akan berteriak-teriak kepada Tuhan. Kemudian Allah menurunkan Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 bahwa Allah itu dekat dan mengabulkan do’a hamba (HR Ibnu Abi Hatim juz 6halaman 309 dan Tsiqat Ibnu Hibban juz 8 halaman 436).
Tma dan sari tilawah
0. Pada dasarnya seluruh umat manusia itu mengakui dan percaya adanya Tuhan.
0. Pengakuan dan kepercayaan mereka itu sesuai kadar situasi dan kondisi mereka masing-masing.
0. Sebagian manusia belum mengetahui sifat-sifat Tuhan yang benar, sehingga mempertanyakan apakah Tuhan itu dekat atau jauh.
0. Oleh karena itu Allah menjawab bahwa Allah itu dekat dan mengabulkan do’a permohonan hamba yang berdo’a kepada Allah.
0. Secara logika wajarlah bahwa keseimbangan itu adalah hukum yang berlaku umum seluruh permasalahan, mencakup soal bahwa do’a itu akan dikabulkan Allah jika hamba yang berdo’a itu sendiri memenuhi permintaan Allah
0. Hukum kesimbangan ini akan lebih menjamin terwujudnya hukum kebenaran yang sesungguhnya.
Masalah dan analisa jawaban
Dari banyaknya masalah maka yang mendesak ialah:
1. Bagaimana nasib mereka yang tidak mengetahui sifat Allah yang benar? Jawaban sementara: Allah akan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing hamba-Nya.
2. Apa saja sifat-sifat Allah yang wajib kita ketahui dan kita yakini? Jawaban sementara: Allah itu mempunyai sifat wajib 20 dan Al-Asmaul Husna 99 macam yang merupakan sifat Allah juga.
3. Bagaimana ikhtiar kita agar supaya kita sebagai makhluk yang sangat lemah memenuhi permintaan Allah dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 di atas. Jawaban sementara: Ikhtiar untuk memenuhi Qs3a185 di atas ialah dengan sepenuhnya taqarrub atau mendekatkan diri sungguh-sungguh kepada Allah memohon kasih sayang Allah yang Maha Rahman..
Pendalaman dan penelitian
BAB SATU
Agama Islam itu universal
@Masalah ke-1: Bagaimana nasib mereka yang tidak mengetahui sifat Allah yang benar? Jawaban sementara: Allah akan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing hamba-Nya.
Orang yang beriman dalam situasi dan kondisi normal wajib melaksanakan syari’at Islam sepenuhnya menurut hukum Islam sebagaimana ketentuan dari Allah dan Rasulullah Saw. Tetapi kepada mereka yang berada dalam situasi dan kondisi tertentu Allah telah menetapkan Rukhshah atas mereka:
(1)Shalat bagi musafir boleh di-jamak dan Qashar, jika sakit shalat dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu: berdiri, duduk atau berbaring, bahkan semampunya. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ )رواه البخاري 1050)
“Dari 'Imrah bin Hushain r.a. berkata: "Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi Saw tentang cara shalat. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan"(HR Bukhari no.1050)

(2)Puasa bagi musafir, sakit atau keadaan tertentu dapat dihutang atau diganti dengan bentuk-bentuk tertentu.
Puasa itu khusus milik Allah untuk memberi balasan yang sangat mendambakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ (رراه البخاري  لمسلم 1945 )
“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Allah Azza wa Jalla berfirman: 'Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendirilah yang mengganjarinya, orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Puasa adalah perisai, dan bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berjumpa dengan rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak kesturi”(HR Bukhari no. 6938, Muslim1945).
(3)Zakat diwajibkan kepada orang yang memiliki harta dalam ukuran tertentu (nishab), kepada mereka yang tidak memiliki harta dalam jumlah yang ditentukan itu maka tidak wajib zakat atas dia, bahkan mungkin malah berhak menerima zakat.
5563 عَنْ أَبِي بُرْدَةَِ عَنْ أَبِيه قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيَأْمُرُ بِالْخَيْرِ أَوْ قَالَ بِالْمَعْرُوفِ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ (رواه البخاري ومسلم 1676)ملهوف=كسمفيتان ياع سوليت
“Dari Sa'id bin Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy'ari dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Nabi Saw bersabda: "Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah." Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? ' Beliau bersabda:: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.' Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.' Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan atau bersabda; menyuruh melakukan yang ma'ruf' dia bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? ' Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya”(HR Bukhari no.5563 dan Muslim no.1676)
(4) Ibadah haji diwajibkan kepada yang memenuhi syarat rukun, bekal dan kesehatan.Yang tidak mampu naik haji dapat ditutup dengan amal lain, Nabi Saw bersabda:
1422 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري1422 ومسلم118)*
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Ditanyakan kepada Nabi Saw: "'Amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasul-Nya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fii sabiilillah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Hajji mabrur"(HR Bukhari no.1422 dan Muslim no.118)
Yang tidak mampu naik haji dapat diganti amal lain
1422 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري1422 ومسلم118)*
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Ditanyakan kepada Nabi Saw: "'Amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasulNya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fii sabiilillah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Hajji mabrur"(HR Bukhari no.1422 dan Muslim no.118)
Dari sisi lain Islam adalah agama universal artinya Islam berlaku dan menjamin kehidupan seluruh umat manusia, dimana saja dan kapanpun juga, jelasnya sebagai berikut:
A Wanita dan pria mempunyai hak yang sama di dalam pahala dan ibadah, Allah berfirman:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (الاحزاب 35)
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”(S.33 Al-Ahzab 35).
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النحل 97)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(S.16 An-Nahl 97).
B. Wanita dan pria menanggung kewajiban sama dalam akidah, hukum dan akhlak, Allah berfirman::
ياأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (الممتحنة 12)
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(S.60 Al-Mumtahanah 12).
C. Islam untuk seluruh umat manusia dan segala bangsa, Rasulullah Saw bersabda:
3193 عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا فَالنَّاسُ رَجُلَانِ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) (رواه الترمذي)*
“Dari Ibnu Umar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berkhutbah saat penaklukkan Makkah, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyangnya dari kalian. Manusia terbagi dua; baik, bertakwa, mulia bagi Allah dan keji, sengsara, hina bagi Allah. Manusia adalah anak cucu Adam dan Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman: "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat: 13) Abu Isa berkata: Hadits ini gharib, kami hanya mengetahuinya dari hadits Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dari jalur sanad ini. Abdullah bin Ja'far dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan lainnya. Abdullah bin Ja'far adalah ayah Ali bin Al Madini. Abu Isa berkata: Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas”(HR Turmudzi no.3193)

22391 عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ بَيْنَكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ وَلَا أَدْرِي قَالَ أَوْ أَعْرَاضَكُمْ أَمْ لَا كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ (رواه اجمد)*
Telah menceritakan kepada kami Isma'il Telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Jurairi dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam dan bagi orang ajam atas orang arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hari apa ini?" mereka menjawab: Hari haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Bulan apa ini?" mereka menjawab: Bulan haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Tanah apa ini?" mereka menjawab: Tanah haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: " Allah mengharamkan darah dan harta kalian diantara kalian -aku (Abu Nadhrah) Berkata; Aku tidak tahu apakah beliau menyebut kehormatan atau tidak- seperti haramnya hari kalian ini, di bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”(HR Ahmad no.22391)
D. Hak atas pahala berlaku atas seluruh kasta, strata, tingkat, derajat seluruh umat manusia:
(1) Keringan dalam bidang jihad
لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(91)وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ ( التوبة 91-92)
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan"(S.9 At-Taubat 91-92).
3534 عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ (رواه مسلم وابن ماجة 2755 واحمد 14148)*
“Dari Jabir dia berkata."Kami pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan, ketika itu beliau bersabda: "Ada beberapa orang laki-laki di Madinah yang mereka tidak ikut serta dalam peperangan, biasanya jika kalian pergi berperang sedangkan kalian melewati suatu lembah, mereka tetap turut bersama-sama kamu, namun mereka sekarang terhalang karena sakit." Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Sa'id Al Asyaj keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki'. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus semuanya dari Al A'masy dengan sanad ini, namun dalam haditsnya Waki' disebutkan; "Melainkan mereka juga mendapatkan pahala seperti kalian”(HR Muslim no.3534, Ibnu Majah no.2755 dan Ahmad no.14148).
عَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزَاةٍ فَقَالَ إِنَّ أَقْوَامًا بِالْمَدِينَةِ خَلْفَنَا مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلَا وَادِيًا إِلَّا وَهُمْ مَعَنَا فِيهِ حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ (رواه البخاري2627 والن ماجة 2754) *
“Dari Anas radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan pernah bersabda: "Sesungguhnya ada kaum yang berada di Madinah tidak ikut berperang bersama kita, tidaklah kita mendaki bukit, tidak pula menyusuri lembah melaikan mereka bersama kita (dalam mendapat) pahala berperang karena mereka tertahan oleh udzur (alasan) yang benar". Dan berkata Musa telah bercerita kepada kami Hammad dari Humaid dari Musa bin Anas dari bapaknya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Berkata Abu 'Abdullah Al Bukhariy; "(Sanad) yang pertama lebih benar"
2574 عَنْ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي (وراه البخاري2574 ومسلم 120)*
Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin Shobbah telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sabiq telah bercerita kepada kami Malik bin Mighwal berkata; aku mendengar Al Walid bin Al 'Ayzar menyebutkan dari Abu 'Amru Asy Syaibaniy berkata 'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku katakan: "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling utama?" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya". Kemudian aku tanyakan lagi: " Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orang tua". Lalu aku tanyakan lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Maka aku berhenti menyakannya lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Seandainya aku tambah terus pertanyaan, Beliau pasti akan menambah jawabannya kepadaku"

Yang tidak mampu bisa ditutup dengan beramal soleh, sedaqah dll.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ (وراه البخاري) *
“Dari Jabir ra.dari Nabi Saw beliau bersabda: "Setiap perbuatan baik adalah sedekah”(HR Bukhari no.5562).
1181 عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى(رواه مسلم وابو داود 1092)سلامي= اوغل-اوغل
“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika iqamat telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat selain shalat wajib." Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Zakariya bin Ishaq dengan sanad seperti ini. Telah menceritakan kepada kami Hasan Al Hulwani telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari 'Amru bin Dinar dari Atha` bin Yasar dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas. Hammad mengatakan; "Aku pernah menemui 'Amr, lalu dia Menceritakan kepadaku, namun dia tidak memarfu'kannya”(HR Muslim no.1181 dan Abu Dawud no. 1092).
(2)Penerima pahala tidak dimonopoli orang tertentu
Rasulullah Saw. sendiri menetapkan bahwa orang yang modalnya air mata pahalanya sama dengan yang modalnya besar dan hebat bahkan harta dengan nyawa.
4071عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجَعَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ فَدَنَا مِنَ الْمَدِينَةِ فَقَالَ إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ قَالَ وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw. suatu hari pulang dari perang Tabuksaat dekat Madinah beliau bersabda: “Sungguh di kota ada beberpa orang yang mana betul-betul pada setiap kalian menempuh suatu perjalanan, setiap kalian menyeberang lembah sungguh mereka itu beserta kalian” Mereka bertanya: “Ya Rasulullah mana mungkin mereka di dalam kota?” Beliau bersabda: “Mereka terhalang”(HR Bukhari no.4071 dan Muslim no.3534).
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَقَالَ مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ نَائِمًا عِنْدِي مُضْطَجِعًا هَا هُنَا)رواه البخاري 1049)
“Bahwa 'Imran bin Hushain r.a. berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi Saw tentang seseorang yang melaksanakan shalat dengan duduk. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang shalat dengan berdiri maka itu lebih utama. Dan siapa yang melaksanakan shalat dengan duduk maka baginya setengah pahala dari orang yang shalat dengan berdiri dan siapa yang shalat dengan tidur (berbaring) maka baginya setengah pahala orang yang shalat dengan duduk". Berkata, Abu 'Abdullah; "Menurutku yang dimaksud dengan tidur adalah berbaring”(HR Bukhari no.1049).
Dan menurut riwayat Ahmad no.12409 beliau bersabda: إِلَّا شَرَكُوكُمْ فِيهِ “Mereka betul-betul bersekutu dengan kalian” yang dapat kita terjemahkan: Pahalanya dibagi bersama dengan mereka.
Orang yang dapat dikelompokkan kedalamkategori ini ialah orang-orang yang menderita musibah, jompo, buta, pincang, melarat, tidak ada dosa baginya, tidak berangkat perang sabil, syaratnya ialah azam yang kuat, Lillahi Ta’ala yang diistilahkan Al-Quran ( إِذَ ا نَصَحُواْ للَّهِ وَرَسُولِهِ} bonek dalam arti yang luhur, seperti kisah Mash’ab bin ‘Umair pemegang bendera perang putus tangan kanannya dipedang tentara kafir, lalu bendera dipegang tangan kirinya dan ditebas lagi oleh musuh, ‘Amr bin Jamuh tangannya invalid terkena pedang orang kafir.
Ats-Tsa’alibi mencatat bahwa QS9a91-92 turun berkaitan dengan ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Uqail, Nu’man, Suwaid dan Sinan=6 orang mereka semua pernah ikut dalam perang Khandaq.
@ Tafsir Ibnul Jauzi, mencatat ada 3 sebab mengapa tidak berangkat perang Tabuk, yaitu: idak mempunyai kendaraan,bekal dan spatu.
@Syaratnya ialah niat yang tulus suci, jihad menguras kekuatan
Hadis Buklhari-Muslim di atas merupakan penegasan Rasul Saw. bahwa orang yang modalnya hanya air mata pahalanya sama dengan yang berkorban harta dan nyawa. Zakat emas dan uang iala 2,5% dengan ini maka orang seperti Habibi mempunyai uang 40 milar dia wajib membayar zakat satu milyar. Maka jika seorang buruh (tandur,nutu, matun, cuci) dapat membayar 2,5 % uang yang dimilikinyA maka pahalanya menurut saya sama Habibi membayar satu milyar, bahkan mungkin lebih besar sebab si miskin ini menunaikan sunat sebab hartanya tidak mencpai satu nishab.
Berdalil dengan s9a91-92 dan hadis Bukhari no.4071-Muslim 3534 di atas maka seorang guru ngaji alif bak tak dipucuk gunung penduduk suku terasing primitif maka pahalanya tidak kurang dari pahala Prof. DR. Alwi Syihab mengajar agama Islam di Perguruan Tinggi di Washington DC.
Puasa adalah ibadah yang pahalanya dapat direbut oleh orang yang melarat, orang jompo, orang pincang,orang buntung, orang yang lumpuh dan pahanya tidak kalah dengan pahala puasa seorang Mike Tyson atau Muhammad Ali juara tinju klas berat dunia.
Berdasarkan hadis Bukhari-Muslim ini pula maka seorang yang melarat yang berusaha menabung uang ingin naik haji, maka pahalanya tidak akan kalah dengan mereka yang naik haji setiap tahun karena kekayaannya melimpah. Oleh karena itulah orang Madura bakul rokok kaki lima menabung sedikit-sedikit akhirnya bisa berangkat haji, orang Blitar petani ikan lele, orang Banyuwangi menjual sabut-bathok kelapa semua bisa naik haji maka pahalanya sama dengan milyarder haji plus dengan bekal dolar atau dinar berlimpah-limpah.
@ Jihad menjadi ukuran
Syarat yang sangat menentukan ialah Jihad dan berkurban fi Sbilillah, yaitu maksimalisasi, memeras tenaga atau menguras harta kekayaan yang sangat dicintai untuk sarana &prasarana perjuangan menjunjung tinggi Kalimatillahi hiyal ‘Ulya seperti yang tercatat dalam Al-Quran s9a92 dengan hadis Bukhari no.4071 dan Ahmad no1240 bahwa 6-7 orang yang sangat melarat ingin sekali ikut jihad perag sabil tidak terkabul selain hanya curahan air mata mereka.
@Instink Religios
Allah menciptakan manusia disertai instik disamping akal dan perasaan dengan resep dan ukuran apa saja yang diperlukan oleh manusia, agar supaya mereka tetap dapat melangsungkan kehidupannya dan memenuhi kebutuhannya serta dapat hidup secara lebih baik lagi.
Para ahli sosiologi-antropologi telah mengadakan penelitian mengenai kebutuhan hidup manusia secara universal sama siapa saja dimanapun juga kapanpun jamannya, yaitu:
@. Ralph Piddington dalam bukunya “An Introduction to Social Anthropology” (1950:221) mencatat kebutuhan manusia secara universal (Human Needs):
i. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer ialah kebutuhan yang sama antara manusia dengan makhluk hewan, yaitu:(1) Makan, minum, bernafas.(2)Membersihkan diri, istirahat, ketahanan diri dari serangan atau cuaca, demikian juga kesehatan.(3)Pemenuhan hawa nafsu seks/birahi dan anak keturunan.
ii. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan sosial terdiri dari: (1)Pengembangan kebudayaan dan pendidikan.(2)Menggerakkan kegiatan bersama, berkomunikasi dengansesama. (3)Kepuasan akan pemilikan atas harta kekayaan. (4) Terselenggaranya ketertiban sosial, hukum dan adat.
iii. Kebutuhan integratip:Kebutuhan integratip ini sangat berkaitan dengan soal perasaan moral, kepercayaan dan kesempurnaan hidup.(1)Melakukan kegiatan ritual keagamaan (Magico religious system)(2)Kebutuhan akan hiburan, permainan dan kepuasan dalam bidang seni serta keindahan.

@ Abraham Maslow dalam bukunya “Motivation and Personality” (1954:15) mengemukakan ada 5 kategori kebutuhan hidup manusia secara universal itu, yaitu:
i. Kebutuhan dasar jasmani
ii. Kebutuhan akan ketertiban dan keamanan
iii. Kegiatan bersama dan rasa sosial
iv. Kehormatan dan penghargaan
v. Puncak kepuasan dan kesempurnaan
@Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh (1958:291) mencatat apa yang disebut dengan “Maslahah yang hakiki” yang merupakan teori ahli hukum Islam mengenai kebutuhan hidup manusia secara universal, menurut teori ini ialah: 1) Kebutuhan terjaganya syariat Tuhan; 2)Kebutuhan terpeliharanya kelangsungan hidup jiwa;3) Kebutuhan terjaganya hak atas harta kekayaan;4) Kebutuhan terpeliharanya akal yang sehat;5) Kebutuhan terpeliharanya anak keturunan
Jika dianalisa secara mendalam maka teori Piddington dan Maslow seluruhnya dapat tertampung dalam teori ahli hukum Islam secara khusus disebut “Adl-Dlaruriyatul Khamsah”. Maka manusia yang wajar memerlukan terpenuhinya kebutuhan penyembahan kepada Tuhan, kebutuhan hidup, keperluan akan harta, kesehatan dan anak keturunan.
Maslahah yang hakiki ialah suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang serba terpenuhi jaminan hidup yang 5 macam, yaitu:(1)Terjaminnya kelangsungan syari’at Tuhan, suatu kehidupan yang berjiwa agama;(2)Terjaminnya hak hidup setiap insan;(3)Terjaminnya hak pemilikan atas harta kekayaan; (4)Terjaminnya perkembangan akal yang sehat; (5)Terjaminnya hak berkeluarga dan berketurunan;
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ( الاعراف172)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(S.7 Al-A’raf 172).
@ Ashabul A’raf
Ashabul A’raf ialah sejumlah umat manusia yang kelak tidak masuk surga juga tidak masuk neraka, mereka menangis jika melihat surga tetapi berbesar hati ketika melihat neraka:
الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآخِرَةِ كَافِرُونَ()وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ()وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ()وَنَادَى أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ ( الاعراف 45-48)
"” (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun `alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". Dan orang-orang yang di atas A`raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfa`at kepadamu"(S.7 Al-A’raf 45-48).
Masalah bagaimana nasib mereka yang memang betul-betul belum pernah mendengar dakwah Islam maka dapat diduga bahwa Allah akan menentukan Qudrat-Iradat-Nya kepada mereka apakah akan mendapat azab neraka atau mendapat rahmat yang lain, misalnya seperti kaum Ashabul A’raf itu..
Berdasarkan beberapa nash Al-Quran dan hadis dalam berbagai bidang tersebut di atas maka

BAB DUA
Sifat Allah
@Masalah ke-2:. Apa saja sifat-sifat Allah yang wajib kita ketahui dan kita yakini? Jawaban sementara: Allah itu mempunyai sifat wajib 20, sifat Mustahil 20 dan Al-Asmaul Husna 99 macam yang merupakan sifat Allah juga.
I. Sifat wajib bagi Allah
Ahli pikir dan tokoh Multazilah Allah itu hanya mempunyai satu sifat yaitu Mutlak Maha Esa, sedangkan ulama Asy’ariyah Allah itu mempunyai sifat 20, yaitu: 1. Wujud : Artinya Ada2. Qidam : Artinya Sedia yang terbahagi kepada empat bagian :3. Baqa’ : Artinya Kekal, 4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya 6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.9. ‘Ilmu : Artinya : Allah Maha Mengetahui 10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala..11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata. . II. Sifat Mustahil artinya tidak mungkin; . Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :1. ‘Adam; berarti “Tidak ada”.2. Huduth; berarti “Baharu”.3. Fana’; berarti “Binasa”.4. Mumathalatuhu Lilhawadith; berarti “Menyerupai makhluk”.5. Qiyamuhu Bighayrih; berarti “Berdiri dengan yang lain”.6. Ta’addud; berarti “Bberbilang-bilang”.7. ‘Ajz; berarti “Lemah”.8. Karahah; berarti “Terpaksa”.9. Jahl; berarti “jahil/Bodoh”..10. Maut; berarti “Mati”.11. Samam; berarti “Tuli”.12. ‘Ummy; berarti “Buta”.13. Bukm berarti “Bisu”.14. ‘Ajizan; berarti “keadaannya Yang lemah”.15. Karihan; berarti “keadaannya Yang terpaksa”.16. Jahilan; berarti “keadaannya Yang jahil/bodoh”.17. Mayyitan; berarti “keadaannya Yang mati”.18. Shammum; berarti “keadaannya yang tuli”.19. A’ma; berarti “keadaannya Yang buta”.20. Abkam; berarti “keadaannya Yang bisu”
III. Asmaul Husna Secara singkat Al-Quran menyebutkan nama-nama Allah itu:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(22)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ(23)هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24)
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"”(S.59 Al-Hasyr 22-24). Lengkapnya adalah sebagai berikut: . Yang Maha Pemurah;2. Yang Maha penyayang;3. Yang Maha Kuasa;4. Yang Maha Suci;5. Yang Maha Sejahtera;6. Yang memberikan rasa aman;7. Yang Maha Memelihara;8. Yang Maha Perkasa;9. Yang Maha Memaksa;10. Yang Memiliki kebesaran;
11. Yang Maha Mencipta;12. Yang Maha Melepaskan;13.Yang menciptakan rupa makhluk;14. Yang Maha Mengampuni;15. Yang Maha Perkasa;16. Yang Maha Pemberi Karunia;17. Yang Maha Pemberi Rizki;18.Yang Maha Pembuka;19.Yang Maha Mengetahui Segalanya;20.Yang Maha Menyempitkan kenikmatan;21.Yang Maha Melapangkan Rizki;22. Yang Maha Merendahkan makhluknya;23. Yang Meninggikan Martabat makhluknya;24. Yang Maha Memuliakan makhluknya;25. Yang Maha Menghinakan makhluknya;26. Yang Maha Mendengar;27. Yang Maha Melihat;
28.Yang Maha menetapkan;29. Yang Maha Adil;30. Yang Maha penyantun;31. Yang Maha Mengetahui Segala Rahasia;32. Yang Maha Penyantun, lembut;33. Yang Maha Agung dari segalanya;34. Yang Maha pengampun;35. Yang Maha Membalas jasa atas amal baik hamba-Nya;36. Yang Maha Tinggi;37. Yang Maha Besar;38. Yang Maha Menjaga; 39. Yang Maha Memelihara;40. Yang Maha PembuatPerhitungan;41., Yang memiliki segala keagungan;42. Yang Maha Mulia;43. Yang Maha Mengawasi;44. Yang Maha Mengabulkan;45. Yang Maha Luas;46. Yang Maha Bijaksana;47. Yang Maha Pengasih;48. Yang Maha Mulia;49. Yang Maha Membangkitkan;50.Yang Maha Menyaksikan;51. Yang Maha Benar;52., Yang Maha Memelihara;53. Yang Maha Kuat;55. Yang Maha Melindungi;56. Yang Maha Terpuji;57. Yang Maha Menghitung dan mengetahui jumlah dan ukuran segala sesuatu;58., Yang Maha Memulai;59. Yang Maha Mengembalikan kehidupan makhluk-Nya;60. Yang Maha Menghidupkan;61. Yang Maha Mematikan;62. Yang Maha Hidup;63.Yang Maha Mandiri; 64. Yang Maha Menemukan apa yang dikehendaki;65. Yang Maha Mulia;66. Yang MahaEsa/Tunggal;67. Yang Maha Esa;68. Yang Maha dibutuhkan;69. Yang Maha Kuasa;70. Al-Muqtadir, Yang Maha Berkuasa;71. Yang Maha Mendahulukan;72. Yang Maha Mengakhirkan; 73. Yang Maha Permulaan;74. Yang Maha Akhir;75. Yang Maha Nyata;76. Yang Maha Ghaib;77. Yang Maha Memerintah; 78. Yang Maha Tinngi;79. Yang Maha Derma;80. Yang Maha Menerima Taubat hamba-Nya;81. Yang Maha Penyiksa;82. Yang Maha Pemaaf;83. Yang Maha Pengasih;84. Malikul Mulk, Yang Maha Merajai Kerajaan;85. Yang Maha Memiliki kebesaran dan kemuliaan;86. Yang Maha Adil;87. Yang Maha Pengumpul;88. Yang Maha Kaya;89. Yang Maha Berkecukupan;90. Yang Maha Mencegah;91. Yang Maha Pemberi Derita;92. Yang Maha Pemberi Manfaat;93. Yang Maha Bercahaya;94. Yang Maha Memberi Petunjuk;95. Yang Maha Pencipta;96. Yang Maha Kekal;97. Yang Maha Pewaris;98. Yang Maha Pandai;99. Yang Maha Sabar.


BAB TIGA
IKTIKAF
Curhat kepada Allah
Masalah ke-3. Bagaimana ikhtiar kita agar supaya kita sebagai makhluk yang sangat lemah memenuhi permintaan Allah dalam Al-Quran S.2 Al-Baqarah 186 di atas: Jawaban sementara: Ikhtiar untuk memenuhi Qs3a185 di atas ialah sungguh-sungguh taqarrub atau mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah melalui sifat Rahman Rahim-Nya memohon kasih sayang Allah.
Shalat nabi Saw sangat khusyuk dan lama sekali
@Tafsir Al-Baghawi (5h116) dalam menganalisa Qs17a79 (sebagaimana tercantum d awal makalah diatas) mencatat hadis bahwa Abu Salamah bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Nabi Saw dijawab bahwa beliau shalat dibulan Ramadhan dan semua bulan di luar Ramadhan tidak lebih dari 11 rakaat, (4+4+3 rakaat), tetapi jangan tanya khusyuk dan lamanya luar biasa
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي (رواه البخاري 1874)
“Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" (HR Bukhari no.1874 dan Muslim no.1219).
@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 tersebut mencatat hadis bahwa Nabi Saw karena lamanya sampai kaki beliau bengkak:
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه مسلم 5044 (
“Dari Al Mughirah bin Syu'bah nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang dikemudian. Beliau menyahut: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?")HR Muslim no.5044 dan Bukhari n0.377).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ (رواه مسلم 1291 والترمذي 243 والنسائي 999)
" Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM " Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA " Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji(HR Muslim no.1291 dan Turmudzi no.243
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ قَالَ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقَرَأَ حَتَّى بَلَغَ رَأْسَ الْمِائَةِ فَقُلْتُ يَرْكَعُ ثُمَّ مَضَى حَتَّى بَلَغَ الْمِائَتَيْنِ فَقُلْتُ يَرْكَعُ ثُمَّ مَضَى حَتَّى خَتَمَهَا قَالَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ قَالَ ثُمَّ افْتَتَحَ سُورَةَ آلِ عِمْرَانَ حَتَّى خَتَمَهَا قَالَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ قَالَ ثُمَّ افْتَتَحَ سُورَةَ النِّسَاءِ فَقَرَأَهَا قَالَ ثُمَّ رَكَعَ قَالَ فَقَالَ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ قَالَ وَكَانَ رُكُوعُهُ بِمَنْزِلَةِ قِيَامِهِ ثُمَّ سَجَدَ فَكَانَ سُجُودُهُ مِثْلَ رُكُوعِهِ وَقَالَ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى قَالَ وَكَانَ إِذَا مَرَّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا عَذَابٌ تَعَوَّذَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَنْزِيهٌ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ سَبَّحَ (رواه احمد 22175)
“Dari Hudzaifah bin Al Yaman berkata; Aku shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam pada suatu malam. Beliau memulai dengan surat Al Baqarah, beliau membacanya hingga sampai penghujung ayat seratus, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', beliau terus membaca hingga sampai ayat duaratus, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', beliau terus membaca hingga sampai khatam, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', lalu beliau membaca surat 'Aali 'Imraan hingga mengkhatamkannya, aku berkata; Setelah ini pasti beliau melakukan ruku', lalu beliau membaca surat An Nisaa`, beliau membacanya kemudian ruku'. Saat ruku' beliau membaca: SUBHAAANA RABBIYAL 'ADHIIM. Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: Lamanya beliau ruku' beliau sama seperti saat berdiri, lalu beliau sujud seperti lamanya saat ruku'. Saat sujud beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL A'LAA. Bila beliau membaca ayat rahmat, beliau berdoa, bila membaca ayat adzab beliau meminta perlindungan dan bila ada ayat penyucian untuk Allah 'azza wajalla beliau bertasbih”(HR Ahmad no.22175)*Lamanya rukuk dan sujud seimbang dengan lamanya brerdiri.
@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 mencatat
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ(واه البخاري 4460, 1062 ومسلم 5044))
“Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: "Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?" Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku' maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku’(HR Bukhari no.4460, 1062 dan Muslim no.5044).
88888888888888888888888888888888888
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ (رواه البخاري 3883 ومسلم 4873)
“ Dari Abu Musa Al Asy'ari r'a ia berkata; “Ketika Rasulullah Saw melihat orang-orang menuruni lembah sambil mengeraskan suara bertakbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar laa ilaaha illallah (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah), maka Rasulullah Saw bersabda: "Rendahkanla suara kalian, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian". Saat itu aku berada di belakang hewan tunggangan Rasulullah Saw dan beliau mendengar apa yang aku ucapkan. Saat itu aku membaca; "laa hawla wa laa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah) ", maka beliau berkata kepadaku: "Wahai Abdullah bin Qais". Aku jawab; "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Beliau melanjutkan: "Maukah aku tunjukkan kepadamu satu kalimat yang termasuk perbendaharaan surga?". Aku jawab; "Tentu wahai Rasulullah, demi bapak ibuku sebagai tebusan tuan." Beliau bersabda: "laa hawla wa laa quwwata illa billah” (HR Bukhari no.3883 dan Muslim no.4873)
Melihat nyata-nyata bahwa Rasulullah Saw shalat Qiyamul Lail baik di bulan Ramadhan maupun seluruh malam di luar Ramadhan, shalatnya terlalu lama terlalu khusuk, membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa` dan surat Ali ‘Imran dalam SATU RAKAAT shalat malam beliau. Demikian lamanya shalat beliau dalam shalat malam ini bukan hanya dalam berdiri saja tetapi mencakup rukun-rukun dalam rukuk dan sujudnya yang lain, maka disana terdapat hadis-hadis yang dapat meneladani sedikit dari contoh shalat malam beliau salah satunya ialah Shalam Qiyamul Lail dengan membaca 300 Tasbih dalam shalat yang ada kemungkinan kita semua masih mampu melaksanakannya dank karena analan 300 Tasbih ini maka shalat ini dinamakan Shalat Tasbih sebagaimana uraian berikut:
*Curhat kepada Allah*
@Qiyamul Lail:
0. Persiapan : Bangun jam o1.45 siap-siap bersuci dsb.
2.I’tikaf: Masuk Masjid cari tempat yang paling aman dari suara dan sinar, tidak ada yang mengetahui dirinya kecuali Allah. #Pengertian Malam:
Aslinya malam itu ialah suatu keadaan yang gelap-pekat, sunyi senyap, tidak ada suara, tidak ada sinar, semua makhluk pada tidur semua. Nuansa demikian juga dirasakan oleh orang-orang pelaku sejarah: Nabi Zakariya, Nabi Yunus, Ashabul Kahfi bahkan Rasulullah Saw sebelum diutus menjadi nabi saat beliau ‘Uzlah di
guwa Khira` dan ketika dikejar kaum musyrikin beliau bersembunyi 3 malam di dalam guwa Tsaur, ini dicatat dalam Al-Quran dan disinggung oleh hadis di bawah ini:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ وَقَدْ تَكَلَّمَ بَعْضُ أَهْلِ الْحَدِيثِ فِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ هَذَا مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ وَهُوَ كُوفِيٌّ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِسْحَقَ الْقُرَشِيُّ مَدَنِيُّ وَهُوَ أَثْبَتُ مِنْ هَذَا وَكِلَاهُمَا كَانَا فِي عَصْرٍ وَاحِدٍ (رواه الترمذي 1907)
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Abdurrahman bin Ishaq dari An Nu'man bin Sa'd dari Ali ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya." Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, "Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?" Nabi menjawab: "Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits gharib yang tidak kami ketahui kecuali dari haditsnya Abdurrahman bin Ishaq dan sebagian ahli hadits telah mengomentari Abdurrahman bin Ishaq dari segi hapalannya, dia berasal dari Kufah. Adapun Abdurrahman bin Ishaq Al Qurasyi dia berasal dari Madinah dan hapalannya lebih kuat dari yang tadi, dan keduanya hidup sezaman”(HR Turmudzi no.1907).
~ Nabi Zakariya dalam kesedihan memohon penerus perjuangan Jihad fi Sabilillah, beliau berdo’a dalam Mihrab dlam nuansa sunyi senyap, gelap gulita, termaktub dalam Al-Quran:

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا()إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا( مريم -)
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”(S.19 Maryam 2-3)
~ Nabi Yunus berdo’a dalam gelap pekat luar b iasa dalam perut ikan yang berada di dasar laut. Tercatat dalam Al-Quran:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ( الانبياء 87)
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."(S.21 Al-Anbiya` 87).
Maka Allah mendorong kita semua untuk bangun malam shalat Tahajjuj, maka Allah menjanjikan suatu kemuliaan:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا( الاسراء79)
" Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(S.17 Al-Isra` 79).
~ Anak remaja Ashabul Kahfi berdo’a di dalam Guwa dalam gelap sekali sampai tertidur selama 350 tahun, tercatat dalam Al-Quran:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا(الكهف10)
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(S.17 Al-Isra` 79).
~ Ketika Rasulullah Saw dikejar-kejar kaum musyrikin dalam rangka hijrah beliau maka beliau istirahat di dalam Guwa Tsaur selama 3 malam, diabadikan Allah dalam Al-Quran:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ( التوبة 40)
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo`a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"”(S.18 Al-Kahfi 10).

3.Shalat Iftitah: 2 rakaat: Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+surat 97 Al-Qadar, memohon pahala 1000 bulan . Rakaat ke-2 membaca Alfatihah +surat 110 An-Nashr, memohon pertolongan dan berhasil mengejar cita-cita
ِS.97 Al-Qadar sangat menjanjikan pahala 1000 bulan.Qs110 mencatat kemenangan besar Nabi Saw merebut Kota Makkah
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(القدر4)
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”(S.97 Al-Qadar 3-4)
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (النصر 1)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.”(S.110 An-Nashr 1)

4.Shalatul Lail /Tahajjuj 8 rakaat dibagi 2, yaitu 4 rakaat+4 rakaat
--(A) Empat rakaat-I membaca Tasbih 300 kali sebelum gerak berganti rukun dibagi 4, tiap rakaat 75 kali: Berdiri 15x,Ruku’10x,I’tidal:10x,Sujud 10x,Duduk 10x,Sujud 10x,Duduk 10x-yaitu……
# Kitab Mushannaf 'Abdur Razzaq (3h124) mencatat bahwa hadis shalat Tasbih dishahihkan oleh Shahih Ibnu Khuzaimah (2h223); Imam Al-Albani menyatakan Hasan karena ada hadis musyahid yang memperkuat riwayat Sunan Abu Dawud itu; Kitab Subulus-Salam.
# Ibnu Khuzaimah (4h442) dalam shahihnya no.1149 meriwayatkan hadis shalat Tasbih melalaui jalur 'Ikrimah-Ibnu 'Abbas.
# Kitab Tanzihusy-Syari'ah (2h106) Abu Dawud mengatakan hadis yang paling shahih dari shalat Tasbih ialah yang diterima oleh Ibnu Ma'in, Nasa`i, Ibnu Hibban, (Bukhari mentakhrij dalam bab Qiraat).
Sebaliknya Al-'Uqaili menyatakan tidak ada yang shahih tidak ada yang hasan terutama nama Shidqah bin .Yazid, Musa bin 'Abdul 'Aziz dan Musa bin 'Abdul Aziz yang dinilai Tsiqqah oleh Ibnu Ma'in, Nasa`i, para ulama menilai shahih atau hasan.
Yang menilai shahih atau menilai hasan Ibnu Mandah, Al-Khathib, As-Sam'ani, Abu Musa al-Madini, Abul Hasan al-Mufadhdhal, Al-Mundziri, Ibnush-Shalah, An-Nawawi, As-Subki.
Ad-Dailami mengataan bahwa shalat Tasbih memuji hadis itu shahih, demikian juga Daraquthni, Baihaqi, Muslim, Al-Hakim. Ibnu Hajar. Daraquthni meriwayatkannya yang nilainya hasan. 'Abdul 'Aziz bin Abi Dawud mengatakan siapa ynag ingin masuk surga harus shalat Tasbih.
# Kitab Minhajus Sunnah (7h238) mencatat Shalat Tasbih ada 2 masalah, yang lebih kuat ialah dusta, Ahmad bin Hanbal mengatakannya makruh karena hadisnya cacat, pengikut madzhab Maliki, Hanafi, Syafi'i, melainya mustahap.
# Kiab Syarhus Sunnah (3h439) menukil hadis Tasbih riwayat Abu Dawud yang berumber dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas dengan fadhilahnya. Ibnul Mubarak ditanya soal shalat Tasbih mengatakan bacaan Tasbih sebelum dan sesudah Al-Fatihah masing-masing 15 kali sebelum berdiri tidak usah, tetapi 300 kali harus dipenuhi.
# Al-Ba'its 'ala Inkaris Sunnah (1h66) membolehkan membaca ayat dan Tasbih banyak-banyak di dalam shalat berdasarkan hadis .shalat.
#Dikutip pula bahwa slata Tasbih dinamakan Shalat Ar-Raghaib yang disyari'atkan karena banyaknya sunat yang disukai.
#Dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (2h223) tercatat no.1216 hadis shalat Tasbih bersumber dari Ibnu 'Abbas. Imam Al-Albani menyatakannya Dha'if, tetapi ada musyhid yang memperkuat dari Sunan Abu Dawud.
# Al-Mustadrak Al-Hakim (3h214) no.1140 meriwayatkan hadis itu melalui sumber Anas bin Malik dari Ummu Sulaim melalui sanad ini shihih menurut syarat Muslim dengan musyahidnya lewat Al-Yamaniyyin. Di halaman lain (1h462) no.1191 mencatat hal yang sama.
# Sunan Baihaqi al-Kubra (3h51) no.680 meriwayatkan hais tentang 10 rakaat shalat Tathawwu' -Nabi Saw dan shalat Tasbih yang bersumber dari Ibnu 'Abbas. (10 rakaat, yaitu:4 seebelum Zhuhur, 2sesudahnya, 4 sebelum 'Ashar).
# Kitab Mushannaf 'Abdur Razzaq (3h124) mencatat bahwa hadis shalat Tasbih dishahihkan atau hasan oleh Ibnu Mandah, Al-Hakim, Al-Mundziri, Ibnush Shalah.
Yang menyatakan mustahab ialah ulama Syafi'iyah berdasarkan hadis dari Ibnu 'Abbas dengan mutabi' oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Rahawaih, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, karena ada Mutab i' yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Abu Nu'aim, Ath-Thabrani lewat Abul Jauza` dan Daraquthni dengan 6 jalur.
#KItab Al-Fawaidul Majmu'ah tulisan Ay-Syaukani (1h19) meriwayatkan hadis shalat Tasbih jalur Al'Abbas diriwayatkan oleh Daraquthni marfu' lewat Ibnu 'Abbas dan Abu Rafi', Ad-Dailami juga meriwayatkannya.
# Ibnu Hajar menilai ( لَا بَأسَ) "Tidak ada masalah"
#Kitab Shahihut Targhib wat-Tarhib (1h165) menilai hadis shalat Tasbih melalui jalur 'Ikrimah-Ibnu 'Abbas Shahih li Ghairihi (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Al-Hafizh mengatakan hadis telah diriwayatkan melalui jalur yang banyak oleh Jamaah dari Sahabat yang dinilai shahih. Muslim bin Hajjaj mengatakan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada jalur lewat Ibnu 'Abbas-'Ikrimah ini.
# Kitab Shahih&Dha'if Sunan Turmudzi (1h481) ada tercatat dua jalur: 1) Dari Anas – Ummu Sulaim. 2) Ibnu 'Abbas-Abu Rafi' maka Imam Al-Albani menilai hasan.
# Kitab Tanzihusy Syari'ah (2h107) mencatat bahwa Adz-Dzahabi yang sanadnya lewat Ibnu 'Abbas bernilai hasan*).
-----------------------------------o---------------
~Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+S.19 Maryam 1-9 memohon penerus perjuangan mencapai cita-cita Jihad fi Sabilillah dalam arti yang luas, lalu membaca Tasbih lengkap 15 kali, sambil mengingat kembali dosa dan kesalahan sejak remaja dahulu.
~Rakaat ke-2 membaca Alfatihah+surat 26 Asyu’ara`69-85 memohon kesembuhan dari penyakit jasmani dan rohani, sambil ber-Tawashshul anamalan yang berat pernah dilakukan,
~Rakaat ke-3 membaca Alfatihah+surat 81 Atakwir 15-29 memohon taufiq dan ridho Allah supaya keinginan cita2nya aesuai dengan Qudrat-Iradat Allah, sambil mengenang nikmat dari Allah yang pernah dirasakan,tidak mungkin diri dapat menggapainya sampai berhasil.
~Rakaat ke-4 membaca Alfatihah + surat 55 Arrahman 1-17 memohon sih-kawelasan (belas kasihan Allah) atas semua rencana,program dan target sehingga dapat diselesaikan, sambil mengadu bahwa Allah itu Maha Besar tidak ada yang menyamai. Setelah Salam sujud lagi.
5. Sujud membaca do’a didahului dengan shalawat dan hamdalah serta do’a yang dirasakan paling bagus….. lalu curhat, mencurahkan seluruh uneg-uneg seluruh isi hati kesusaha, kesedihan, penderitaan, sakit yang terlalu berat, masalah yang melanda diri, keluarga, sanak kerabat, tetangga, kaum muslimin dan mukminin semua.

--(B) Empat rakaat kedua, Shalatullail-Tahajjuj tidak dengan bacaan Tasbih dengan bacaan:
~Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+surat 17 Al-Isra` 78-82 mohon rahmah-barokah obat-hati dari bacaan Al-Quran .
~ Rakaat ke-2 membaca Alfatihah+surat 20 Thaha 25-35 mohon kemuhadahan dalam menghadapi tugas dan ujian yang paling berat, agar tidak menyimpang dari dzikir memuji Allah.
~ Raakt ke-3 membaca Alfatihah+surat 59 Al-Hasyr 22-24 mohon rahmah-barokah yang terucap karena Allah adalah serba Maha dan Mutlak Maha Sempurna.
~ Rakaat ke-4 membaca Alfatihah+ surat 35-41 mohon kepada Allah yang Maha Mendengar isi hati yang tersembunyi dan yang terucap mohon kabulnya do’a untuk diri, ibu-bapak dan seluruh kaum musimin mukminin.
6. Shalat Witir 3 rakaat:
~ Rakaat ke-1 membaca Alfatihah+ surat 87 Al-A’la dengan memuji Allah itu Maha Suci tidak ada kekurangan apapun juga.
~ Rakaat ke-2 membaca Alfatihah + Al-Kafirun mengaku diri manjadi seorang-hamba yang mukmin bukan orang kafir.
~ Rakaat ke-3 membaca Alfatihah + S. 112 Al-Ikhlash, menyerah diri kepada Allah apapun yang akan dianugerahkan Allah kepada diri ini, karena Allah itu tempat bergantung semua masalah.
7. Jika masih ada kesempatan setelah membaca Tasbih 3 kali, membaca Alfatihah dengan memohon pertolongan, surat Al-‘Alaq mohon keselamatan dari semua keburukan dan kejahatan apa saja dan Al-Ikhlash menyerahkan segala urusan kepad Allah lalu surat 33 Al-Ahzab 56 mohon rahmah barokah apa saja, lalu Shalawat 21x memohon apa yang masih ketingalan yang belum disebut sebelumnya.







Nabi Saw shalat lama sekali
@Tafsir Al-Baghawi (5h116) dalam menganalisa Qs17a79 mencatat hadis bahwa Abu Salamah bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Nabi Saw dalam bulan Ramadhan bahwa beliau shalat dibulan Ramadhan dan semua bulan tidak lebih dari 11 rakaat, 4+4+3 rakaat, tetapi jangan Tanya khusyuk dan lamanya luar biasa.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (الاسراء79)
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي (رواه البخاري 1874)
“Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" (HR Bukhari no.1874 dan Muslim no.1219).
أَنَّ عَاصِمَ بْنَ حُمَيْدٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قُمْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَدَأَ فَاسْتَاكَ وَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى فَبَدَأَ فَاسْتَفْتَحَ مِنْ الْبَقَرَةِ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ وَسَأَلَ وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ يَتَعَوَّذُ ثُمَّ رَكَعَ فَمَكَثَ رَاكِعًا بِقَدْرِ قِيَامِهِ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ سَجَدَ بِقَدْرِ رُكُوعِهِ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ قَرَأَ آلَ عِمْرَانَ ثُمَّ سُورَةً ثُمَّ سُورَةً فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ (رواه النسائي 1120 وابوداود 739)
“Bahwa 'Ashim bin Humaid berkata; aku mendengar 'Auf bin Malik berkata; "Aku pernah bangun bersama Nabi Saw, lalu beliau mulai bersiwak dan berwudhu. Kemudian beliau berdiri dan shalat. Beliau mengawali shalatnya dengan membaca surat Al Baqarah. Beliau tidak melewati ayat tentang rahmat kecuali beliau berhenti dan memohon (rahmat). Beliau juga tidak melewati ayat tentang adzab kecuali beliau berhenti dan berlindung darinya. Kemudian beliau ruku' hingga ia tenang dalam keadaan ruku' seukuran berdirinya, sambil membaca: 'Subhana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati (Maha Suci Dzat yang mempunyai hak memaksa dan kekuasaan, serta yang memiliki kesombongan dan keagungan) ' saat ruku'. Lantas beliau Shallallahu'alaihiwasallam sujud seukuran ruku'nya tadi dengan membaca: 'Subhana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaai wal 'adzamati'. Kemudian beliau membaca surat Ali 'Imran, kemudian surat lainnya, dan beliau juga melakukan hal yang sama - di rakaat berikutnya”(HR An-Nasa`I no.1120 dan Abu Dawud no.739)

@Tafsir Al-Khazin (4h275) dalam menganlisa Qs17a77-79 mencatat
تفسير الخازن - (ج 4 / ص 275) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا (رواه مسلم 5044 والبخاري?377)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Ziyad bin Ilaqah dari Al Mughirah bin Syu'bah nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau: Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang terlalu dan yang dikemudian. Beliau menyahut: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?")HR Muslim no.5044 dan Bukhari n0.377).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ (رواه مسلم 1291 والترمذي 243 والنسائي 999)
" Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)." Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya)." Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi)." Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU (Allah Maha Mendengar akan orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji(HR Muslim no.1291, Turmudzi no.243 dan An-Nasa’i no.999.)










Silahkan buka internet situs : http://pondoquranhadis.wordpress.com
Kirimkan naskah ke Email::pondokilmu7@gmail.com-Tlp:0318963843

Pengunjung Ke-

About Me

Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates