Minggu, 02 Agustus 2009

Berlomba dalam Kebajikan

(8) Tafsir Tematis Kontemporer

BERLOMBA DALAM KEBAJIKAN
I. S.5 Al-Maidah 48
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ(48)(الماءدة)
II. Artinya:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”(Al-Maidah 48).
B. Tema dan sari tilawah
1. Allah menurunkan kitab suci Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammmad, dengan benar.
2. Al-Quran itu memperkokoh dan menjadi ukuran untuk menguji kebenaran kitab suci yang diturunkan sebelumnya.
3. Nabi Muhammad harus menetapkan hukum terhadap umatnya dan semua umat menurut kitab Allah, dilarang mengikuti hawa nafsu umat yang lain, lalu meninggalkan kebenaran hukum Allah.
4. Kepada setiap umat Allah sudah memberikan aturan dan jalan hidup yang jelas.
5. Allah menjadikan manusia itu berbeda-beda karena hendak menguji mereka atas apa yang diturunkan Allah kepada mereka.
6. Allah memerintahkan kepada kita untuk berlomba memenangkan nilai siapa yang paling baik .
7. Semua manusia akan kembali kepada Allah dan menerima penjelasan terhadap masalah yang diperselisihkan.
C. Masalah dan analisa jawaban
Masalah keagungan Al-Quran secara mendetail rinci sudah dibahas dalam judul Al-Quran Jalan Mutlak penafsiran atas Surat Al-Isra` 9 (MPA no.248 Mei 2007) silahkan membacanya kembali. Sedangkan masalah yang tersimpan dalam Al-Quram S.5 Al-Maidah 48 di atas sebetulnya banyak, tetapi untuk ini kita tekankan kepada masalah berikut:
1. Bagaimana usaha kita memenangkan perlombaan hidup dengan umat selain umat Muhammad ?
+ Caranya ialah meniru Nabi Muhammad Saw. sebab beliau itu contoh dalam semua masalah dan contoh dari sahabat sebab para sahabat itu telah mendapat tuntunan dan pengawasan ketat dari Nabi.Saw.
2. Bagaimana maksud Fastabiqul-Khairat dalam ayat 48 surat Al-Maidah itu? Lafal AFastabiqul-Khairat maksudnya ialah mengejar nilai sehingga memperoleh kedudukan yang paling baik menurut kitab Allah.
D. Pendalaman dan penelitian
BAB SATU
Perlombaan dalam hidup beragama
-Masalah no. 1: Bagaimana usaha kita memenangkan perlombaan dalam hidup dengan umat selain umat Muhammad ?
+ Caranya ialah meniru Nabi Muhammad Saw. sebab beliau itu contoh dalam semua masalah demikian juga contoh dari sahabat sebab para sahabat itu telah mendapat tuntunan dan pengawasan ketat dari Nabi.Saw.
Semua nabi atau rasul selalu menghadapi kaumnya yang tidak mau beriman dengan alur berpikir bahwa mereka berpegang teguh kepada warisan nenek moyangnya yang mereka percaya sebagaimana yang disebut-sebut dalam Al-Quran berikut:
قَالُوا يَاصَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ(62)(هود)
Artinya: “Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami”(S.11 Hud 62) (Lihat jugaS.12 Yusuf 40. s11a87 dan 14a10)..
Walaupun ayat-ayat ini mengenai umat nabi jaman dahulu namun umat-umat Nabi Musa sampai umat Nabi ‘Isa bahkan masyarakat Arab Jahiliyah-pun juga sama. Dengan demikian maka umat manusia sampai sekarang terbagi ke dalam berbagai macam penganut agama dan kepercayaan menjadi agama langit dan agama budaya. Diduga adat memegang teguh kepercayaan lama ini sangat sulit untuk diubah sangat sukar dihilangkan. Maka metodik jalan menghadapi umat selain umat Muhammad Saw. tidak lain kecuali berpedoman kepada taktik strategi dakwah Nabi Saw. dan para sahabat khususnya Khulafa` Rasyidun. Istilah yang lebih halusnya ialah perlombaan hidup beragama dalam wawasan sosial politik dan kebudayaan serta tata negara,
Pemerintahan Islam yang paling ideal ialah pemerintahan jaman Nabi Saw. tetapi meniru persis seperti itu tidak mungkin terjadi sebab pemerintahan jaman Nabi itu langsung dikendalikan dan diciptakan oleh Allah Swt. Contoh yang sangat mungkin dapat ditiru ialah pemerintahan jaman Khulafa` Rasyidun. Secara historis analistis dapat diuraikan sebagai berikut:
i. Dakwah dan ajakan Al-Quran
Dakwah dan ajakan untuk mengamalkan prinsip-prinsip ajaran Al-Quran sekaligus menolak budaya yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran di jaman Nabi Saw. dalam garis besarnya melalui dua periode, yaitu:
1) Tahapan waktu:
(a) Periode Makkah, tahap permulaan, pertengahan dan penghabisan
(b) Periode Madinah, tahap permulaan,pertengahan dan penghabisan.
2) Frekuensi peringatan
Frekuensi peringatan, teguran dan penolakan tradisi atau budaya yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran, maka turunnya wahyu yang menegur dan memperingatkan serta melarang adat tadi melalui beberapa tahapan. Dilihat dari turunnya wahyu dapat dicatat sebagai berikut:
~Sebanyak 6 kali peringatan terhadap adat suka menghina dan suka bangga-banggaan
~Sebanyak 5 kali peringatan terhadap adat suka berperang dan menolak perubahan
~Sebanyak 4 kali peringatan terhadap adat upacara ibadah haji dan thawaf yang keliru
~Sebanyak 3 kali peringatan terhadap adat kepercayaan kepada sifat-sifat- Tuhan yang keliru
~Sebanyak 2 kali peringatan terhadap adat yang suka berbuat bengis dan kejam serta dengki dan dendam
~Selebihnya satu kali peringatan terhadap adat kepercayaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Al-Quran.
3. Materi yang dibicarakan
Dilihat dari materi permasalahannya maka masalah yang lebih dahulu digarap dalam dakwah Islam di jaman dahulu mengalami dua periode, yaitu:
~ Dalam periode Makkah materi dakwah ialah soal akidah dan akhlak,
~ Dalam periode Madinah materi dakwah ialah masalah masalah.hukum dan pembinaan sosial kemasyarakatan.
Demikian ini memang dikehendaki Allah, bahwa dakwah Islam itu harus bijaksana dan menurut yang disaksikan oleh ‘Aisyah dakwah itu harus hati-hati, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran maupun hadis Shahih Bukhari berikut:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُإِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل 125)
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”(s.16 An-Nahl 125).
أَخْبَرَناَ يُوسُفُ بْنُ مَاهَكٍ قَالَ إِنِّي عِنْدَ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا إِذْ جَاءَهَا عِرَاقِيٌّ فَقَالَ أَيُّ الْكَفَنِ خَيْرٌ قَالَتْ وَيْحَكَ وَمَا يَضُرُّكَ قَالَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَرِينِي مُصْحَفَكِ قَالَتْ لِمَ قَالَ لَعَلِّي أُوَلِّفُ الْقُرْآنَ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ يُقْرَأُ غَيْرَ مُؤَلَّفٍ قَالَتْ وَمَا يَضُرُّكَ أَيَّهُ قَرَأْتَ قَبْلُ إِنَّمَا نَزَلَ أَوَّلَ مَا نَزَلَ مِنْهُ سُورَةٌ مِنَ الْمُفَصَّلِ فِيهَا ذِكْرُ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ حَتَّى إِذَا ثَابَ النَّاسُ إِلَى الْإِسْلَامِ نَزَلَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ وَلَوْ نَزَلَ أَوَّلَ شَيْءٍ لَا تَشْرَبُوا الْخَمْرَ لَقَالُوا لَا نَدَعُ الْخَمْرَ أَبَدًا وَلَوْ نَزَلَ لَا تَزْنُوا لَقَالُوا لَا نَدَعُ الزِّنَا أَبَدًا (رواه البخاري4609)
Artinya: “Yusuf bin Mahak memberitakan: ”Aku berada didekat ‘Aisyah Ummul Mu`minin r.a. beliau berabda: “Sungguh surat-surat Al-Quran yang turun pertama kali hanyalah surat yang didalamnya menyebut-nyebut surga dan neraka, sampai ketika orang banyak telah terpikat kepada agama Islam, maka turun Al-Quran soal halal dan haram. Jika seandainya yang turun pertama kali itu berisi: “Jangan kamu sekalian meminum khamr!!!” pasti mereka akan menjawab: “Kami tidak akan meninggalkan meminum khamr selama-lamanya” . Jika seandainya surat yang pertama kali turun itu berbunyi: “Janganlah kamu sekalian berzina!!!” pasti mereka akan menjawab: “Kami tidak akan meninggalkan zina selama-lamanya?(HR, Bukhari no.4609).
Adapun Proses-Pembinaan-Hukum Periode Madinah adalah sebagai berikut:
~Tahun ke-1 turun wahyu beberapa aturan hukum Shalat Juma’at, Azan, Jihad atau perang, beberapa masalah Hukum Perkawinan
~Tahun ke-2 turun wahyu berisi aturan hukum puasa, zakat-fitrah, shalat-hari-raya, harta-rampasan, perubahan arah kiblat dan hukum tawanan perang
~Tahun ke-3 turun wahyu berisi aturan hukum waris, nikah, talak, rujuk, qashar shalat
~Tahun ke-4 turun wahyu berisi aturan hukum zina, tayammum, jilbab, haji dan umrah;
~Tahun ke-5 turun wahyu berisi aturan hukum shalat istisqa` , Sumpah Ila`
~Tahun ke-6 turun wahyu berisi aturan yentang hukum perjanjian perdamaian, keadaan ketika terkepung musuh,beberapa larangan saat ihram, larangan berjudi dan meminum minuman keras (khamr), hukum zhihar, hukuman atas perampok
~Tahun ke-7 turun wahyu berisi aturan hukum memakan daging khimar
~Tahun ke-8 turun wahyu berisi aturan hukum penetapan Makkah sebagai kota suci, hukum qishash, hukum tentang hukuman ta’zir, aturan hukum sosial-budaya yang lain.
~Tahun ke-9 turun wahyu berisi aturan hukum sumpah Li’an, hukum orang musyrik haram masuk Makkah
~Tahun ke-10 turun wahyu berisi aturan hukum shalat gerhana, haji wada’
@ Tinjauan dan analisa
1. Pembinaan ke dalam
Ditinjau dari sisi pembinaan ke dalam, maka dakwah Islam ditekankan kepada dua program, yaitu asas landasan dan taktik strategi perjuangan
~ Asas landasan
Hampir bersamaan operasionalnya, disamping program ekspansi keluar maka pembinaan ke dalam ditekankan kepada dua program, yaitu:
(a) Memperdalam iman&taqwa kepada Allah (Qs3a02);
(b) Mempererat kemesraan hubungan dengan sesama hamba Allah (Qs30a28).
( c) Taktik strategi:
Asas landasan merupakan fondasi bekal yang sangat penting, tetapi dalam pelaksanaannya diperlukan pilihan melalui skala prioritas mana yang didahulukan, mana yang nomer kedua, ketiga dan seterusnya, yaitu:
~ Pembinaan mental
Pembinaan mental jihad dan moral dakwah ditekankan kepada kesadaran atas 4 masalah, yaitu:
(a) Jihad dan dakwah itu perintah dari Allah hukumnya wajib: lihat Qs2a193&217.
(b) Orang yang "Mati–Syahid" dalam perang sabil maka rohnya akan dimuliakan oleh Allah di dalam surga termaktub dalam Al-Quran s9a111.
(c) Hizbullah meupakan jabatan tertinggi disisi Allah (Qs9a20).
(d) Membiasakan hidup sederhana merupakan modal yang sangat menguntungkan dalam jihad (Qs64a15).
Militansi (kesabaran) tentara Allah ini ditekankan di dalam Al-Quran di beberapa ayat, seperti ayat berikut:
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ(249)(البقرة)
Artinya: " Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar"(S.2 Al-Baqarah 249).
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ (الانفال65)
Artinya: “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”(S.8 Al-Anfal 65).
2. Faktor Luar
Kemajuan dakwah Islam sangat pesat sekali disebabkan karena kondisi tentara kafir adalah sebagai berikut, yaitu:
(a) Perintah yang menyuruh mereka berperang ialah raja.
(b) Jika pasukannya menang perang maka yang senang ialah raja sendiri.
(c) Tentara mereka itu dipaksa, diancam dengan siksaan berat untuk berangkat ke medan perang.
3. Operasional penyebaran Islam
Operasional, pelaksanaan tugas diatur dengan 3 prinsip, yaitu:
(1) Pada dasarnya dakwah Islam itu tidak menggunakan paksaan untuk masuk Islam (Qs2a256);
(2) Bahwa orang yang tidak masuk Islam dipersilahkan membayar jizyah, melalui bayaran jizyah maka segala hak orang yang tidak beragama Islam sebagai warga negara dilindungi (Qs9a29).
(3) Prinsip dalam bidang sosial, politik dan kebudayaan ialah: Sosialistis (Qs30a28); Toleransi (Qs109a1-6); Hormat menghormati (Qs31a18); (Semangat mati syahid (Qs22a78); Hidup zuhud-penuh kesederhanaan (Qs57a20).
Secara kebetulan kondisi musuh memberi banyak peluang yang menguntungkan dakwah Islam, yaitu:
# Musuh dalam keadaan lemah karena mereka saling berebut kekuasaan dan larut dalam perpecahan di dalam masalah agama dan suku serta madzhab
#. Rakyat dan orang awam sangat menderita, terutama di daerah jajahan Romawi seperti Mesir, Iberia, Syam, Afrika Utara. Sehingga mereka sangat mendambakan datangnya pertolongan.
#. Faktor perbedaan suku dan etnis menguntungkan dakwah Islam yaitu:
1. Nenek moyang pasukan Islam adalah keturunan Sam dan Ham bin Nuh, yaitu bangsa Semit Timur Tengah, terutama bangsa Arab mempunyai semangat nasionalisme Arab dan lebih dari itu karena Agama Islamnya.
2. Tentara kafir adalah keturunan bangsa Aria, dari Eropa dan beragama Kristen.
#. Kondisi pasukan Islam sudah terbiasa hidup di padang pasir yang memiliki semangat mengembara yang menyala untuk mencari air dan tanah yang subur. Sedangkan Tentara kafir adalah bekas jajahan Romawi atau Persi hidup di daerah yang subur makmur, sehingga kalah semangat, ,jiwanya pemalas.
# Pembayaran upeti jaman penjajahan diganti dengan jizyah oleh pemerintah Islam dengan ajaran yang menguntungkan mereka.
#. Islam membawa peradaban baru dan pencerahan.
~Perkembangan jumlah umat Islam
Dari taktik strategi, metodik dedaktik dakwah yang dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. dari sekitar tg.17 Ramadhan tahun ke-41 kelahiran Nabi Saw. atau tgl. 10 Agustus 610M sampai tg.3 Rabi’ulawal 11 Hijriyah=30 Mei 632M, maka tercatat perkembangan jumlah orang-orang yang masuk Islam sebagai berikut:
~Tahun ke-1-5 Bi’tsah, ada 6 orang sahabat yang duluan masuk Islam ialah: Khadijah, Waraqah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Bilal dan Salman.
~Tahun ke-5 Bi’tsah sahabat yang masuk Islam yang ikut hijrah ke Abessinia ke-I ada 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.
~Tahun ke-7 Bi’tsah ada 83 orang laki-laki dan 14 perempuan ikut hijrah ke Abessinia ke-II
~Tahun 12 Bi’tsah ada 12 orang yang melakukan bai’at ‘Aqabah pertama kepada Nabi Saw.
~Tahun ke-13 Bi’tsah ada 70 orang melakukan bai’at ‘Aqabah ke-II
~Tahun ke-1 Hijariyah ada 200 orang yang melakaukan hijrah ke Madinah.
~Tahun ke-2 Hijriyah ada 313 orang pasukan Islam mengalahkan 950 tentara kafir dalam perang Badar.
~Tahun ke-3 Hijriyah ada 700 pasukan Islam mengalahkan 3000 tentara kafir dalam perang Uhud.
~Tahun 8 Hijriyah ada 10.000 pasukan Islam menaklukkan dan merebut kota Makkah dari penguasaan tentara kafir.
~Tahun 8 Hijriyah ada 12.000 pasukan Islam dalam perang Hunain
~Tahun 9 Hijriyah ada 30.000 personil pasukan Islam berangkat ke perang Tabut
~Tahun 10 Hijriyah ada 90.000 jamaah kaum muslimin ikut menyaksikan haji Wada’ bersama Raulullah Saw.
~ Tahun 11 Hijriyah ada 114 000 orang yang sudah masuk Islam.
@ Kecepatan tersebarnya Islam
Umat Islam sangat mengunggulkan Khulafa` Rasydun 4 orang khalifah pengganti Rasulullah Saw. Mereka ini diunggulkam karena keempat khalifah ini sepenuhnya telah mendapat bimbingan ketat sekali dari Rasulullah Saw. dan karena begitu dekatnya dengan Nabi Saw. dan jaman pemerintahan Nabi Saw. maka dari itulah Khulafa` Rasyidun dan pemerintahann mereka ini nenjadi idola yang didambakan oleh para pakar politik Islam. Dispekulasikan bahwa Khulafa`Rasyidun ini telah melaksanakan maksimal ajaran yang diterima dari Rasul Saw. Oleh karena itulah maka Dakwah Islam memperoleh kemajuan yang sangat mengagumkan, yaitu sebagai berikut:
i. Jaman Abu Bakar th 632-634M
.Setelah dalam negeri diamankan, pembangkang zakat ditumpas, maka segera dilakukan dakwah Islam keluar. Tahun 634 M Khalid bin Waid masuk Iraq; ‘Amru bin ‘Ash, Yazid bin Abu Sufyan dan Syurahbil masuk ke Suria. Khalid bin Walid setelah 18 hari di Iraq dia lalu menyusul membantu penyebaran Islam ke Suria.
ii. Jaman ‘Umar 634-644M
Khalifah Abu Bakar tidak lama memegang tampuk pemerintahan beliau wafat lalu digantikan oleh ‘Umar bin Khaththab. Baru satu tahun ‘Umar menjabat khalifah, maka th 635 M Damaskus dikuasainya, th.636M tentara Romawi dikalahkan di Yarmuk, kemudian Suria dan Palestina tunduk di bawah pemerintahan ‘Umar. Setelah itu ‘Amru ibnul ‘Ash menyerang Mesir, Iskandariyah menyerah, th. 637 M Qadisiyah, Kufah dan Madain menyerah di bawah pemerintahan Islam, th. 641 M Islam sudah masuk Niniveh, Mausul.
iii. Jaman ‘Usman 644-656M
Di bawah pemerintshsn ‘Usman, wilayah Islam bertambah sangat luas dari Ruisa sampai India, Kekuasaan Islam meluas sampai Tripoli, Nubah, Armenia, Tibris, Jehun, Amurdarya, Balak, Kabul, Ghaznah.
iv. Jaman ‘Ali bin Abi Thalib
Mulai jaman Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib timbul perselisihan yang berkembang lebih parah lagi, muncullah pemerintah tandingan di bawah pimpinan Mu’awiyah di Suria. Walaupun demikian pemerintahan Islam sempat masuk ke Turkistan.
V. Dinasti Bani Umayah
Peran Khulafa` Rasyidun berakhir dengan wafatnya Sayidina ‘Ali, lalu pusat pemerintahan Islam pindah ke Damaskus Suria, di bawah pemerintahan Mu’awiyah. Khusus dalam dakwah dan perluasan wilayah Islam, maka di bawah dinasti Bani Umayyah, para penguasa sesudah Mu’awiyah melakukan penyebaran dan perluasan wilayah Islam melalui 3 fron penyebaran Islam, yaitu:
~Ke utara Islam kota Kostntinopel direbut dari kekuasaan kekaisaran Romawi.
~ Ke Barat Islam masuk Mesir sampai ke Gibraltar kemudian masuk ke Spanyol.
~ Ke Timur Islam masuk ke Amur Darya, Sind-India.

BAB DUA
Makna Fastabiqul-Khairat dalam S.5 Al-Maidah 48
Masalah no.2: Bagaimana maksud Fastabiqul-Khairat dalam ayat 48 surat Al-Maidah itu? Lafal itu maksudnya ialah mengejar nilai sehingga memperoleh kedudukan yang paling baik menurut pandangan Allah.
Jalan yang lebih selamat untuk menelusuri arti dan maksud kata-kata yang ada di dalam Al-Quran ialah melalui penafsiran oleh para ulama tafsir terdahulu. Maka di bawah ini kita catat penjelasan para ulama mengenai makna lafal Fastabiqul-Khairat, yaitu:
(1) Tafsir Ibnu Katsir (3h130) dalam menguraikan Al-Quran s5a48 di atas mencatat bahwa apa saja yang cocok dengan Al-Quran itu adalah benar yang tidak cocok dengan Al-Quran namanya batal (tidak benar).
Lafal Muhaiminan dalam ayat itu maksudnya ialah bahwa Al-Quran itu menjadi saksi, menjadi kitab yang menentukan (Hakiman) mana yang benar mana yang salah isi kitab Taurat dan Injil sebab Al-Quran itu kitab terakhir, kitab suci penutup, yang paling lengkap, paling agung, paling pasti, yang dijamin kebenarannya oleh Allah seperti yang disebutkan dalam Al-Quran s15a9, yaitu:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ(الحجر9).
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”(S.15 Al-Hijru 9).
Adapun yang dimaksud dengan lafal فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ maknanya ialah berlomba untuk meraih kemenangan nomer satu dalam kebajikan
(2)Tafsir Al-Qurthubi (1h1730) menjelaskan maksud lafal فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ artinya ialah mendahulukan kewajiban dan menomer duakan pahala.
@ Pengertian Baik Secara logika
Secara logika maka apa yang dinamakan baik dan bagaimana yang disebut buruk adalah sebagai berikut:
~ Sejak Epicuros filosuf Yunani, sampai Jeremy Bentham dan John Stuart Mill dari Inggris bahkan sampai tokoh rasionalis Islam Mu’tazilah dan Muhammad ‘Abduh menyatakan bahwa yang dinamakan baik itu ialah sesuatu yang membawa kelezatan dan kebahagiaan. Sebaliknya yang disebut buruk itu ialah sesuatu yang tidak enak dan membawa manusia kepada kesengsaraan.
Seluruh manusia setiap saat selalu menghadapi ujian hidup, sehingga dia harus memilih langkah dan tindakan yang paling baik dan tepat, untuk memelihara hidupnya dan hidup terus, hidup yang lebih baik lagi, lebih enak, lebih senang dan bahagia. Sebaliknya dia menjauhi jalan yang mengakibatkan hidup yang tidak enak dan jalan yang mengakibatkan kesengsaraan.
Para pakar Hukum Adat, Moh.Koesnoe, Kusumadi, van Vollenhoven, senada dengan pakar Hukum Islam Abu Zahrah, Ibnu Abidin, Al-Khayyath menyatakan bahwa Hukum Adat atau Al-‘Urfu itu adalah hasil pemikiran manusia atas suatu langkah perbuatan yang dianggap baik. Sampai Roger Garaudy dalam bukunya “Janji-janji Islam”(1983:35) mencatat bahwa penyair Arab Jahiliyah jaman dahulu kala itu mereka menulis pendahuluan syairnya selalu memuji-muji adat mayarakat yang mereka anggap baik.
Dalam perkembangannya John Stuart Mill (1873M) dari aliran Utilitarianisme menyatakan bahwa yang paling baik ialah sesuatu yang memberi kelezatan yang paling tinggi kepada jumlah orang yang paling besar (The greatest happiness of the greatest numbers) kelezatan jasmani dan rohani. Berhubung karena yang mengetahui sesuatu itu dapat memberi kenikmatan yang tertinggi kepada seluruh umat manusia itu hanya Allah, maka Al-Ghazali (1059M) menyatakan bahwa yang baik itu ialah yang dinilai baik oleh Allah dan yang buruk itu ialah yang dinilai buruk oleh Allah (Pernyataan ini dinyatakan Al-Ghazali kira-kira 800 tahun sebelum J.S.Mill abad 19 Masehi). Jadi menurut Al-Ghazali yang Maha mengetahui sesuatu itu paling nikmat untuk seluruh umat manusia di dunia sampai akhirat ialah Allah. Sehingga umat manusia jika ingin mencari kenikmatan dan kebahagiaan yang paling tinggi ialah mengikuti apa yang diridhoi Allah.
Para tokoh Mu’tazilah memang sangat mengunggulkan kemampuan akal, sehingga mereka berpendapat bahwa sebenarnya manusia dengan akalnya dapat mengetahui kewajibannya menjauhi perbuatan-perbuatan yang membawa kepada penderitaan dan kesengsaraan. Tetapi salah seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Ibnu Abi Hasyim menyatakan bahwa ada perbuatan-perbuatan yang akal tidak mampu mengetahui apakah akan membawa kepada kebaikan atau keburukan, maka pada saat akal tidak mampu inilah akal harus berlindung kepada wahyu. Mohammad ‘Abduh sendiri dalam bukunya Risalatut Tauhid (1965:101) juga mengatakan bahwa dengan akal melulu manusia tidak mampu mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang akan membawa kepada kebahagiaan, perbuatan mana yang akan membawa kepada penderitaan dan kesengsaraan untuk ini akal wajib mengikuti petunjuk dari wahyu dari Allah.
@ Perlu dicatat di sini pernyataan Bimbo bahwa lagu yang baik ialah lagu yang disukai oleh penggemar yang tidak terbatasi oleh perseorangan, suku maupun daerah. Taufiq Ismail menyatakan bahwa lagu yang baik ialah lagu yang tidak luntur(Trans TV 12/9/2006, jam 6.5o). Dari pernyataan ini maka disimpulkan bahwa yang baik ialah yang menyenangkan dan disenangi oleh orang yang tidak terbatas oleh perseorangan, suku-bangsa dan wilayah bahkan tidak terbatasi oleh waktu.
Mengingat jalan pikiran seperti ini maka perlu kita merenungkan kembali hadis Nabi Saw. ketika beliau ditanya tentang apa yang disebut BAIK atau Ihsan, maka beliau menjawab bahwa Ihsan itu ialah mengabdi kepada Allah dengan sangat tekun seolah-olah melihat Allah atau yakin bahwa Allah melihatnya, yaitu:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ (رواه البخاري ومسلم 10)
Artinya: “Menyembah Allah seakan-akan melihat Allah jika kamu tidak dapat melihay Allah ketahuilah bahwa Allah melihat kamu”(HR Bukhari no.48 dan Muslim no.10).
Ibadah berasal dari lafal ‘abada-Ya’budu-‘Ibadatan,َعبَدَ-يَعْبُدُ- عِبَادَةً) ) dalam arti sempit ibadah itu ialah shalat dan jika diartikan lebih luas ibadah mencakup pengabdian, tunduk taat melaksanakan seluruh aturan Allah. Sehingga khusus dalam rubrik pembahasan ini ialah bahwa Allah dalam Al-Quran S.5 Al-Maidah 48 memerintahkan kepada kita untuk berlomba dalam kebajikan. Lebih menukik lagi ialah bahwa Allah memerintahkan kepada kita untuk berlomba mempersembahkan apa yang sangat menyenangkan sekali orang jumlahnya maksimal sebanyak mungkin, dapat menikmati kelezatan dan kebahagiaan yang tertinggi semua orang di dunia sampai akhirat.
@ Pernyataan para ulama
~ Tafsir Nazhmud Durar (J2h408) menjelaskan lafal فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ, artinya ialah berlomba dengan maksimal jangan sampai tercela atau buruk menurut Allah sebab semua masalah kita itu kembali kepada Allah, yaitu:
(إلى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِيعاً فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ)=maka berlomba-lombalah kamu berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya)
~Tafsir Ath-Thabari terbitan Al-Ma’rifah (1990:17h148) menjelaskan lafal (( فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ)) ialah berlomba untuk beramal soleh, mentaati aturan hukum Allah, tekun mengikuti hidayah Allah.
~ Dalam juz 1, halaman 24 Ath-Thabari menafsirkan Al-Quran s23a60 menyatakan di sana bahwa lafal أُولَئِكَ يُسارِعُونَ فِي الخَيْرَات ialah berlomba untuk beramal soleh dan taqarrub kepada Allah dengan penuh ketaatan. Dalam juz 22 halaman 32 Ath-Thabari dalam menafsirkan Al-Quran s35a32 lafal سابِقٌ بالخَيْرَاتِ ialah orang yang masuk surga dengan sangat gampang tanpa pemerikasaan, tanpa Hisab karena hamba tersebut telah berhidmat kepada Allah, beramal soleh yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Salah satu lahan beramal soleh dan berhidmat kepada Allah ialah membaca Al-Quran. Dapat dicatat disini bahwa arti lafal Qira`ah ialah membaca dengan tertib (Tartil) hampir tidak berbeda dengan lafal Tilawah artinya membaca dengan mengangan-angan maknanya (Lih.Ar-Raghib tth:71), membaca Al-Quran dengan sangat mendambakan kandungan hadis Nabi Saw. berikut:
4868عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ِ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh suatu kaum yang berkumpul disuatu rumah dari rumah Allah disana mereka membaca kitab Allah Al-Quran dan mereka saling mempelajarinya, maka benar-benar kedamaian akan turun kepada mereka, rahmat Allah menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah mencatat siapa-siapa yang ada di sana”(HR Muslim no.4868).
@Mencari nilai yang terbaik dan paling afdhol
Jelas Allah memerintahkan kepada orang beriman untuk berlomba mencari nilai terbaik, bahkan Rasulullah Saw. mendorong kita umat Muhammad untuk mengejar nilai bukan hanya terbaik tetapi nomer satu yang paling afdhol, yaitu nilai paling tinggi menurut pandangan Allah dan Rasul Saw. Di bawah ini kita renungkan sabda Rasulullah Saw. tentang siapa yang paling afdhol:
2578 أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ قَالُوا ثُمَّ مَنْ قَالَ مُؤْمِنٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللَّهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ (رواه البخاري ومسلم 3501)
Artinya: “Sungguh Abu Sa’id Al-Khudriyyi r,a berkata: “Ditanyakan kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah siapakah manusia yang paling afdhol? Beliau bersabda: “Orang mu’min yang berjihad fi Sabilillah dengan jiwa dan hartanya” Mereka bertanya: “Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: “Orang mu’min yang hidup bermasyarakat dalam kelompoknya bertaqwa kepada Allah dan menjauhi kejahatan kepada orang banyak”(HR Bukhari 2578, Muslim 3501).
~Kitab Fatawa-Ibnu Taimiyah (J7h5)menukil hadis tentang beragama Islam yang paling afdhol dan iman yang paling afdhol sebagai berikut:
عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ أَنْ يُسْلِمَ قَلْبُكَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأَنْ يَسْلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِكَ وَيَدِكَ قَالَ فَأَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ الْإِيمَانُ قَالَ وَمَا الْإِيمَانُ قَالَ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ قَالَ فَأَيُّ الْإِيمَانِ أَفْضَلُ قَالَ الْهِجْرَةُ قَالَ فَمَا الْهِجْرَةُ قَالَ تَهْجُرُ السُّوءَ قَالَ فَأَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ قَالَ الْجِهَادُ قَالَ وَمَا الْجِهَادُ قَالَ أَنْ تُقَاتِلَ الْكُفَّارَ إِذَا لَقِيتَهُمْ قَالَ فَأَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ عُقِرَ جَوَادُهُ وَأُهْرِيقَ دَمُهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ عَمَلَانِ هُمَا أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ بِمِثْلِهِمَا حَجَّةٌ مَبْرُورَةٌ أَوْ عُمْرَةٌ (رواه احمد16413)
Artinya: “Dari ‘Amr bin ‘Abasah bahwa seseorang bertanya: “Ya Rasulullah apakah Islam itu? Beliau bersabda: “Islam ialah hatimu menyerah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, lidah dan tanganmu membawa keselamatan kepada orang Islam” Dia bertanya: “Yang bagaimanakah Islam yang afdhol itu? Beliau menjawab: “IMAN” Dia bertanya Apakah iman itu? Beliau menjawab: “” Percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan hari kebangkitan sesudah mati” Dia bertanya lagi: “Yang bagaimanakah iman yang paling afdhol? Beliau menjawab: “Hijrah” Dia bertanya: “Apakah hijrah itu? Beliau menjawab: “Hendaklah kamu meninggalkan kejahatan” Dia bertanya: “Hijrah yang bagaimanakah hijrah yang afdhol itu? Beliau menjawab: “Jihad” Dia bertanya: Apakah jihad itu? Beliau menjawab: “Jihad itu ialah “Berjuang, menyerang orang kafir jika kamu ketemu”Dia bertanya: “Jihad yang mana yang paling afdhol? Beliau menjawab: “Jihad yang paling afdhol ialah jihad yang kedermawanannya tercurah dan juga tercurah darahnya” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Ada dua amalan yang paling afdhol, kecuali jika ada yang menyamainya, yaitu haji mabrur atau ‘umrah” (HR Ahmad no.16413)(Lihat juga Al-Fatwa-Ibnu Taimiyah: Juz7,halaman 5).
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (رواه البخاري10 ومسلم 59)
Artinya: “Dari Abu Musa bahwa orang-orang bertanya: “Ya Rasulullah beragama Islam yang bagaimanakah yang paling afdhol? Beliau menjawab: “Yang paling afdhol ialah yang memberi keselamatan orang lain melalui lisan dan tangannya” (HR Bukhari no.10 dan Muslim no.59).
25 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ (رواه البخاري ومسلم 118)
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. ditanya: “Manakah amal yang paling afdhol? Beliau menjawab: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya” Beliau ditanya lagi: “Kemudian yang mana ? Beliau menjawab: “Jihad fi Sabilillah” Beliau ditanya lagi: “Kemudian yang mana? Beliau menjawab: “Haji mabrur”(HR Bukhari no.25, Muslim no118).
أَنَّ عَبْدَاللَّهِ بْنَ عَمْرٍو قَالَ أُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِّي أَقُولُ وَاللَّهِ لَأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلَأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ فَقُلْتُ لَهُ قَدْ قُلْتُهُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي قَالَ فَإِنَّكَ لَا تَسْتَطِيعُ ذَلِكَ فَصُمْ وَأَفْطِرْ وَقُمْ وَنَمْ وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا وَذَلِكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمَيْنِ قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا فَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام وَهُوَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ فَقُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ (روالبخاري1840 زمسلم 1972)*
Artinya: “Sungguh ‘Abdullah bin ‘Amr berkata bahwa Rasulullah Saw, dilapori bahwa aku berkata: “Demi Allah aku akan berpuasa siang hari, shalat malam selama hidupku” Lalu aku berkata kepada

beliau: “Aku sudah mengucapkannya demi Allah” Beliau bersabda: “Kamu tidak akan kuat terus demikian, berpuasalah kamu (tidak terus-terusan) jadi juga tidak berpuasa, berpuasalah tiga hari setiap bulan, kebajikan itu pahalanya lipat 10 kali sehingga demikian itu sama dengan puasa tahunan” Aku berkata: “Aku masih kuat yang manakah yang lebih afdhol lagi dari padanya” Beliau bersabda: “Berpuasalah kamu satu hari dan dua hari tidak berpuasa” Aku Berkata: “Sungguh aku masih kuat untuk yang lebih” Beliau menjawab: “Berpuasalah kamu satu hari berpuasa satu hari tidak berpuasa, itulah puasa Nabi Dawud ‘Alaihis salam, itulah puasa yang paling afdhol” Aku berkata: “Aku masih kuat mana yang lebih afdhol lagi dari itu” Nabi Saw. menjawab: “Tidak ada yang lebih afdhol lagi dari itu” (HR Bukhari no. 1840, Muslim no.1962).
عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ قَالَ قَالَ عَبْدُاللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي (رواه البخاري2574 ومسلم120)
Artinya: “Dari Abu ‘Amr Asy-Syaibani bahwa ‘Abullah bin bin Mas’ud r.a. bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Ya Rasulullah amal yang manakah yang paling afdhol? Beliau menjawab: “Shalat pada waktunya” Aku bertanya: “Kemudian apa? Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua” Lalu bertanya: Selanjutnya mana? Beliau menjawab: “Jihad fi Sabilillah” Maka aku berdiam tidak bertanya lagi kepada Rasulullah Saw. jika aku meminta tambah pasti beliau menambahi aku lagi”(HR. Bukhari no. 2574, Muslim no.120).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا (رواه الترمذي1082)
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Orang mu’min yang paling sempurna ialah yang paling baik akhlaqnya dan yang paling baik dari kamu sekalian ialah yang paling baik kepada kepada isterinya”(HR Turmudzi no.1082).
Catatan tentang Musabaqah Tilawatil Quran
Al-Quran adalah suatu kitab yang keagungannya tidak ada yang bisa menandingi, maka segala kesibukan ibadah yang terkait dengan Al-Quran merupakan amal soleh yang sangat mulia yang sebagian dari padanya disebut-sebut Nabi Saw. dalam hadis beliau, diantaranya ialah sebagai berikut:
(3870)ــ قالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «أَكْثِرُوا مِنْ تِلاَوَةِ الْقُرْآنِ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإنَّ البَيْتَ الَّذِي لاَ يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنَ يَقِلُّ خَيْرُهُ، وَيَكْثُرُ شَرُّهُ، وَيُضَيَّقُ عَلَى أَهْلِه (جامع الاحاديث ج2ص59 )
Artinya : “ Nabi Saw. bersabda: “Banyak-banyaklah kamu membaca Al-Quran di rumahmu, karena rumah yang tidak dibacakan Al-Quran di dalamnya akan sedikit kebajikannya akan banyak kejelekannya dan akan mempersempit penghuninya”(HR. As-Suyuthi dalam Jami’ul Ahadits Juz 2 halaman 59).
2850 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِي عَنْ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ وَفَضْلُ كَلَامِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ (رواه الترمذي والدارمي 3222) (رواه الترمذي)
Artinya: “Dari Abu Sa’id bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Barang siapa disibukkan oleh Al-Quran dan dzikir kepada-Ku berdo’a kepada-Ku pasti Aku anugerahi dia pemberian yang paling afdhol yang diminta orang yang berdo’a. Perbandingan Kalamullah dengan kata-kata manusia itu persis seperti keagungan Allah di atas makhluk”(HR Turmudzi no.2850).
عَنْ عُثْمَانَ رَضِي اللَّه عَنْه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري4639)
Artinya: “Dari ‘Usman bahwa Nabi Saw.bersabda: “Yang paling baik dari kamu sekalian ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya”(HR Bukhari no.4639).
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulan sebagai berikut:
1. Hidup ini penuh dengan perlombaan.
2. Perlombaan artinya berusaha keras meraih nilai yang paling baik.
3. Yang baik itu ialah yang menyenangkan dan yang paling baik ialah yang memberi kenikmatan yang paling tinggi, yang dirasakan oleh orang yang paling banyak jumlahnya, nikmat lahir batin dunia akhirat.
4. Yang mengetahui sesuatu itu akan memberi nikmat lahir batin kepada seluruh umat manusia itu hanyalah Allah.
5, Allah itu yang Maha Mengetahui segala sesuatu apakah sesuatu itu akan membawa kepada kenikmatan, menyenangkan, memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin, seluruh umat manusia di dunia sampai akhirat.
Jadi kita semua wajib berlomba mendapatkan nilai terbaik menurut ukuran Allah, yaitu amal soleh yang paling nikmat, yang dinikmati oleh semua orang, nikmat lahir batin, baik di dunia maupun di akhirat.
…………………….…………-=o0o=-………………………….………
(*) Hubungi kami di : http://imam-muchlas.blogspot.com
ketik kirim kepada: h.imam.muchlas @gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Ke-

About Me

Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates