Minggu, 02 Agustus 2009

Nuzulul Quran

(6) Tafsir Tematis Kontemporer


NUZULUL QURAN
I. S.2 Al-Baqarah 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(185)
II. Artinya
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
III. Tema dan sari tilawah
1. Bulan Ramadan adalah bulan yang sangat mulia
2. Dalam bulan Ramadhan Al-Quran diturunkan
3. Al-Quran berisi petunjuk dan penjelasan atas petunjuk itu
4. Siapa yang menyaksikan bulan Ramadhan dia wajib berpuasa
5. Siapa yang bepergian atau sakit puasanya boleh diganti di luar bulan Ramadhan
6. Allah menghendaki yang mudah tidak mempersulit
7. Puasa harus disempurnakan ditutup dengan mengagungkan Allah
8. Semua itu supaya umat yang beriman suka bersyukur.

IV.Masalah dan analisa jawaban
1:Bagaimana sejarah dokumentasi Al-Quran itu? Jawaban: Al-Quran tersimpan otentik sangat kuat meyakinkan sekali.
2:Bagaimana kelebihan Al-Quran atas kitab suci yang lain? Keistimewaan Al-Quran atas kitab suci lain tersimpan dalam bahasa Arab yang tetap hidup, menghargai akal dan Hak Asasi Manusia (HAM).
3:Bagaimana jika dibandingkan dengan kitab suci lain? Jawab: Kitab suci lain itu sudah melalui jaman yang terlalu lama maka dokumentasinya tergilas oleh sejarah sehingga tidak meyakinkan kebenarannya.
BAB SATU
A. Bukti otentik dokumen Al-Quran
Masalah ke-1:Bagaimana sejarah dokumentasi Al-Quran itu? Jawaban: Al-Quran tersimpan otentik sangat kuat meyakinkan sekali.
1) Penulisan Al-Quran di jaman Rasul Saw.
Sejak awal turun yang pertama kali 17 Ramadlan tahun pertama Bi’tsah bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610M, Al-Quran itu telah membuat perhatian seluruh pihak diduga sudah ditulis sejak awal turun, buktinya tahun ke-4 tahun Bi'tsah, saat Umar ibnul Khaththab masuk Islam, Al-Quran sudah ditulis yang sempat dibaca sendiri oleh Umar. Selanjutnya tiap tahun Jibril melakukan ujian-ulangan wahyu Al-Quran yang sudah diturunkan kepada Rasulullah Saw. itu kemudian pada tahun terakhir turunnya Al-Quran, maka Jibril melakukan ulangan dua kali kepada Rasul Saw.
Seluruh Al-Quran yang turun selalu diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabat, memerintahkan kepada untuk dihafal dan ditulis serta difahamkan betul-betul.
Muhammad Ali ash-Shabuni dalam At-Tibyan fi ‘Ulumil Quran mencatat bahwa para sahabat yang hafal Al-Quran yang gugur mati syahid di dalam pertempuran di Yamamah dan Bi`ru Ma’unah jumlahnya 140 orang sahabat. Sehingga orang yang hafal Al-Quran yang masih hidup pasti jauh lebih banyak berlipat ganda jumlahnya.
@ Pembukuan Al-Quran di jaman Abu Bakar dan Usman
Pembukuan Al-Quran di jaman Abu Bakar dan Usman pada masa kekhalifahannya maka Abu Bakar melakukan pembukuan Al-Quran di bawah suatu panitia, sebagai ketua panitia ditunjuk Zaid ibnu Tsabit. Pembukuan kembali Al-Quran ini didasarkan atas.tulisan para penulis wahyu dan diuji melalui dua fakta dan data, yaitu: (1)Hafalan para Ahlul Qurra` wal Huffazh; hasil pembukuan yang ditulis para penulis Al-Quran.
Abu Bakar Atjeh dalam bukunya Sejarah Al-Quran mengutip catatan bahwa para ulama sudah menghitung isi Al-Quran dan bagian-bagiannya bahkan sampai huruf-hurufnya. Tercatat di sana bahwa Al-Quran itu terdiri dari 325.345 huruf, yang paling banyak ialah huruf alif, yaitu 48.772, yang paling sedikit ialah huruf Zha` yaitu 842 huruf. Rincian jumlah hurufnya sebagai berikut:
Jumlah huruf isi Al-Quran=325 345 huruf (Alif48772h,zha`842h)
Alif = 48772h Ba` =11 428h Ta` = 3205h Tsa` = 2404h
Jim=3422h Ha` = 4130h Kha` = 2505 h Dal=5978h
Dzal =4930h Ra` = 12246h Zay = 1680h Sin = 5996h
Syin = 2115h Shad = 2037h Dhat=1682h Tha` = 1274h
Zha`= 842h ‘Ain = 9417h Ghain =1217h Fa= 8419h
Qaf = 6613h Kaf =10552h Lam =33520h Mim= 26955h
Nun=45190h Wawu =2586h Ha`= 1670h LamAlif=1970h
Ya` = 4919h ------------------ ------------------- --------------------
As-Suyuthi dalam Al-Itqan 19*) mencatat bahwa Al-Quran itu berisi 77.943 buah kalimat, 6236 ayat.
Dengan meledaknya kemajuan tehnologi elektronika, khususnya sistem komputerisasi tulis menulis dan dokumentasi, maka sekarang Al-Quran bukan hanya disimpan di dalam kaset, tetapi Al-Quran sudah disimpan dalam bentuk CD sehingga bunyi dengan lagunya serta tulisannya sekaligus dapat didengar dan dilihat tulisannya melalui komputer.
Sekarang negara-negara Islam mempunyai Al-Quran Pusaka yang sangat besar, demikian juga Pemerintah Indonesia mempunyai Al-Quran Pusaka yang berukuran 2xl meter yang permulaannya ditulis oleh Presiden Ir. Soekarno dan wakil Presiden RI Drs. Moh.Hatta. Ditulis pertama kali pada tanggal 17 Ramadlan 1369H bertepatan dengan tanggal 23 Juni 1948 dan selesai sekaligus diresmikan pada tanggal 17 Ramadlan 1376H. Allahu Akbar!!! Subhanallah!!! mulai dari huruf, tulisan, bunyi, lagu, Al-Quran,
Terjemah, tafsir dan seluruh cabng disiplin Ilmu Tafsir Ilmu Tafsirisi kandungan makna Al-Quran itu seluruhnya terjaga tersimpan betul-betul sangat ketat, jauh dan suci dari perbuatan tangan-tangan kotor, Al-Quran tetap terjaga dari makna yang paling halus sampai materi yang terlihat oleh indera kasar dan memang Allah sendiri yang menjaganya, Allah telah befirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (الحجر9)
Artinya: “ Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (S 15 Al-H}}ijr 9)
Khusus untuk menjaga makna kandungan Al-Quran para ulama sudah menulis kitab-kitab ‘Ulumul-Quran yang sudah dirintis oleh ‘Utsman ibnu ‘Affan, Ali ibnu Thalib makin lama makin lengkap, makin mendalam, makin rinci dan jeli, terurai di dalam bab-bab di bawah.
B .Bahasa Arab
Allah Ta’ala sendiri telah menegaskan bahwa Al-Quran itu menggunakan bahasa Arab, disebutkan dalam Al-Quran dalam 11 tempat dalam berbagai macam surat yaitu dalam surat-surat berikut: S.16 A.103; S.41 A.44; S.12 A.2; S.13 A.37; S.20 A.113; S.39 A.28;S.41 A.3; S.42 A.7; S.43 A.3;S.46 A.12 (S=Surat, A=Ayat); Satu di antaranya adalah sebagai berikut:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ(192)نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ(193)عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ(194)بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (الشعراء192 - 195)
Artinya: “Dia (Al-Quran) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muh}ammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”(S.26 Asy-Syu`ara ` 192-195).
Al-Quran sendiri telah menjawab unek-unek kaum yang tidak percaya kepada Al-Quran, mereka berkata: “Apa sebab Al-Quran itu menggunakan bahasa Arab, tidak mau menggunakan bahasa lain dari bahasa Arab?” Jawabannya ialah:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَاتُهُ ءَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي ءَاذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ (فصلت 44)
Artinya:
“Dan jikalau Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh"(S.41 Fushshilat 44).
Dan tidak mungkin seorang Muhammad yang diutus oleh Allah yang lahir ditengah-tengah bangsa dan masyarakatnya bangsa Arab lalu berbicara dan bertabligh dengan menggunakan bahasa yang asing yang tidak dimengerti oleh masyarakatnya sendiri, demikian pula kitab suci yang diajarkan kepada mereka. Jelas Rasul yang berasal dari bangsa Arab asli suku Quraisy pasti dia berbicara dengan menggunakan bahasa ibunya yaitu bahasa Arab dan Al-Quran juga menggunakan bahasa Arab.
Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci Al-Quran ternyata mengandung hikmah rahasia yang betul-betul luar biasa, Al-Quran harus tetap berbahasa Arab pada jaman hidup Rasulullah Saw. tahun 571-632M dulu itu sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat Al-Quran tetap kitab suci yang berbahasa Arab.
Hikmah dan rahasia yang tersembunyi di balik semua itu adalah seperti uraian berikut:
Sidi Ghazalba dalam bukunya Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan mencatat sebagai berikut:
Tiap bahasa mempunyai struktur fonologi dan tata bahasanya sendiri. Tiap pengertian dilambangkan dengan kata-kata. Tetapi tiap kata tidaklah hanya menunjuk satu kemungkinan arti yang diistilahkan dalam Ilmu Bahasa dengan polisenie. Di samping itu kata-kata juga mengandung nilai rasa. Jadi pengertiannya tidak hanya ditentukan secara rasional belaka.
Disebabkan karena tidak adanya hubungan kata-kata sebagai deretan bunyi atau lambang dengan pengertian yang diisikan ke dalamnya, maka selalu akan terbukalah kemungkinan perbedaan, penyimpangan, kekisruhan atau perubahan dari pengertian aslinya, jika kata-kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Tidak ada satupun bahasa di dunia ini dapat diterjemahkan dengan tepat terjemahannya persis sama dengan seluruh makna yang ada di dalam bahasa aslinya. Hasil terjemahan tersebut sangat rentan mengurangi nilai dan bobot pengertian aslinya. Oleh karena itulah maka Kitab Suci Al-Quran itu tetap asli dengan bahasa Arab abad 6-7 Masehi itu. Jika Al-Quran diterjemahkan maka hasil terjemahan itu tidak mungkin memuat dan mencakup maknanya tepat seperti makna yang penuh dengan rahasia dari istilah aslinya.
Gambaran itu akan menjadi sangat jelas, jika digambarkan bahwa seandainya suatu syair dalam primbon Joyoboyo dengan bahasa Jawa dan tulisan huruf Jawa diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan huruf Hiragana atau huruf Kanji. Bagaimana pula nasib Al-Quran jika umpamanya diterjemahkan kedalam bahasa Cina ditulis dengan huruf Cina pula. Apa terjemah dari lafal Rahmat, Barakah, Rizqi atau yang lain dalam bahasa selain bahasa Arab.
Jelas dalam hal itu akan terjadi seperti apa yang menimpa istilah dalam contoh berikut: Plothot, diplothot dan mlothot (Dalam bahasa Jowo) dengan bunyi huruf ``T``nya seperti huruf ``T`` dalam lidah orang Aceh atau lidah orang Bali. Maka kata-kata Plothot tersebut tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain dengan tepat persis seperti pengertian dari bahasa aslinya. Terjemah ialah satu kata diterjemahkan cukup satu kata saja, tidak lebih. Istilah ``Mlothot`` tidak dapat diterjemahkan demikian, tetapi harus dengan terjemahan yang demikian panjang, yaitu:
Mlothot ialah memeras sesuatu sejenis jenang kanji atau pathi dengan kain yang sangat tipis dan hasil perasan itu tetap masih tetap berupa jenang yang sangat lembut-halus-bersih, tetapi bukan berupa air. Dari keterangan ini maka terjemah yang demikian panjang tersebut bukan lagi terjemah tetapi namanya tafsir.
III. Tantangan Al-Quran
Manna’ul Qaththan (1982:47) mencatat bahwa ber-angsur-angsur turunnya Al-Quran ternyata dia juga menyebabkan lemahnya kekuatan orang-orang kafir, yaitu dengan adanya beberapa ayat yang mengandung tantangan dan tuntutan agar supaya orang kafir suka mencoba membuat Kitab yang dapat mengalahkan Al-Quran sebagaimana yang dicatat oleh Sya’ban Isma’il (1985:96), mula-mula mereka diminta untuk membuat satu kitab (S.17 Al-Isra` 88), waktu itu baru ada 47 surat, karena mereka tidak mampu memenuhi tuntutan itu maka turun tantangan kedua, mereka diminta mendatangkan 10 surat saja (S.11 Hud 13), tetapi 10 surat inipun mereka tidak mampu membuatnya, maka turun tantangan yang ketiga, mereka diminta untuk membuat satu surat saja yang nilainya mengalahkan Al-Quran (S.2 Al-Baqarah 23), tetapi membuat satu surat inipun mereka tidak bisa. Oleh karena itu percayalah bahwa Al-Quran itu mukjizat dari Allah Swt.

BAB DUA
Mukjizat Al-Quran
Masalah kedua ialah: Bagaimana kelebihan Al-Quran atas kitab suci yang lain? Keistimewaan Al-Quran atas kitab suci lain tersimpan dalam bahasa Arab yang tetap hidup, menghargai akal dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Gelar dari Allah Swt. kepada Nabi kita Muh}ammad Saw. adalah Khatamun-Nabiyyin artinya nabi penutup, maksudnya ialah bahwa Allah Ta’ala setelah Nabi Muhammad sudah tidak mengutus lagi seorang nabi maupun rasul, beliau adalah Khatamul Anbiya` wal mursalin Nabi Penutup dan Rasul Penghabisan.. Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (الاحزاب40)
Artinya: “Muh}ammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”(S.33 Al-Ahzab 40)
Dengan demikian maka Kitab Suci Al-Quran itu berlaku terus-menerus selama-lamanya, tidak ada Kitab Suci lagi yang diturunkan oleh Allah untuk manusia setelah Al-Quran. Dengan kata lain maka Al-Quran itu berlaku universal untuk seluruh umat manusia, semua wilayah dan segala jaman kapanpun juga.
Potensi Al-Quran yang tersembunyi untuk berlaku universal itu dapat dilihat dari faktor-faktor terurai di bawah ini, yaitu:
a. Faktor Bahasa Arab sebagai bahasa Kitab Suci
Sebagaimana terurai dalam sub-bab definisi Al-Quran di atas, maka Al-Quran melalui bahasa Arabnya ternyata telah lolos dari ujian revolusi dan evolusi perkembangan bahasa selama ribuan tahun. Al-Quran sejak diturunkan tgl. 6 Agustus tahun 610 M sampai sekarang masih segar dapat difahami isinya, bahkan tata bahasa atau gramatika bahasa Arab sendiri mengacu dan merujuk kepada bahasa Arab Al-Quran sebagai bahasa standar yang benar dan yang paling ideal. Potensi ini sama sekali tidak dapat ditiru oleh bahasa-bahasa yang dipergunakan oleh kitab suci yang lain. Sekarang ini mungkin sudah tidak ada orang yang mampu membaca dan memahami bahasa Ibrani Purba dan bahasa Ibrani Baru, bahasa Mesir Kuno, bahasa Sangsekerta Kuno dan bahasa-bahasa yang lain yang sudah mati, yang sudah lenyap.
Sastra yang ada dalam Al-Quran mempunyai nilai yang memang sangat tinggi, jalinan prosa dan puisi sekaligus menyimpan filsafat yang sangat dalam mendapat pujian dari Masignon seorang filosuf Prancis. Masignon seperti yang dikutip oleh Yusuf Musa dalam Al-Quran wal Falsafatu (1966:47) dia berkata (terjemahnya) sebagai berikut:
"Al-Quran itu jauh berbeda dengan syair dan qashidah, yaitu bahwa
Al-Quran mengemukakan qashidah sekaligus filsafat dan berbagai metode pembuktian Ilmu Filsafat”.
Zainal Arifin Abbas dalam bukunya Peri Hidup Muh}ammad mencatat bahwa Umar ibnul Khaththab saat dia masuk Islam, maka sebagai salah satu sebabnya ialah karena rasa haru dan takjub kepada bacaan Al-Quran oleh Fathimah adiknya diperkuat lagi saat dia membaca dengan mata kepala sendiri naskah ayat-ayat Al-Quran yang dipinjam dari adiknya tadi, Umar sangat terpesona oleh tingginya nilai sastra Arab dalam ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya itu.
Tingginya mutu sastra Al-Quran ini dicatat oleh Al-Al-Wahidi am Asbabu Nuzulil Quran 12*) bahwa Al-Walid ibnu Mughirah terpesona oleh ayat-ayat Al-Quran dan berniat masuk Islam, dia mengatakan yang artinya sbb:
“Demi Allah, tidak ada seorangpun yang lebih mahir dalam seni sastra mengalahkan aku, tidak ada orang yang faham rajaz dan qashidah mengalahkan aku. Demi Allah tidak ada yang mirip dengan apa (ayat)yang dia (Muh}ammad)ucapkan, sama sekali tidak. Demi Allah sungguh ucapannya (Ayat Al-Quran) itu manis, bagus dan indah lagi gemilang, juga cemerlang, atasnya melimpah, bawahnya mencurah deras. Dan benar-benar dia (Al-Quran) itu lebih tinggi tidak dapat dikalahkan tingginya” .
b. Isi kandungan dan ajaran Al-Quran
1). Obyek sasaran dan tujuan Syari’at yang dibawa oleh Al-Quran
Muhammad Abu Zahrah mencatat dalam Ushulul Fiqh-nya bahwa
para ahli hukum Islam menepis isi Al-Quran, menyimpulkan bahwa proyek yang digarap oleh syari’at Islam dibuat melalui program dengan tiga target berikut:
i. Agar supaya setiap pribadi umat Islam itu menjadi sumber amal soleh
ii. : Menegakkan keadilan yang merata bagi seluruh umat manusia
iii, : Terselenggaranya suatu masyarakat yang penuh masalah yang hakiki.
Ad 1 Tiap pribadi menjadi sumber amal soleh
Setiap pribadi harus menjadi sumber jasa dan amal soleh kepada sesama, bukan menjadi sumber malapetaka kepada orang lain. Allah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (الانبياء107)
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (s.21 Al-Anbiya>`107)
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (العنكبوت45)
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (S.29 Al-Ankabut 45).
Sebagaimana yang dapat dibaca dalam Al-Quran, maka banyak sekali kata-kata atau lafal iman atau yang semakna dengan istilah ini selalu diiringi dengan amal soleh. Tercatat dalam hadis Nabi saw bersabda:
3447 عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ (رواه مسلم)*
Artinya:
`”Dari ‘Auf ibnu Malik dari Rasulullah Saw. beliau bersabda:``Pimpinan kalian yang terbaik ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Sedangkan sejelek-jelek pimpinan kalian ialah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian``(HR. Abu Dawud No.3447).
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ(الجحرات13)
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(S49 Al-Hujurat13).
Ad 2 Menegakkan keadilan yang merata seluruh umat manusia.
Keadilan wajib ditegakkan atas seluruh umat manusia, Rasulullah Saw. bersabda pada waktu beliau melaksanakan haji Wada‘ :
22391عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ بَيْنَكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ وَلَا أَدْرِي قَالَ أَوْ أَعْرَاضَكُمْ أَمْ لَا كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ (رواه اجمد)*
Artinya: “Dari Abu Nadhrah dari orang yang mendengar pidato Nabi Saw. pada waktu haji Wada ‘ di hari tasyriq, beliau bersabda: Wahai sekalian manusia Tuhanmu itu satu, nenek moyangmu itu satu. Awas tidak ada kelebihan seorang Arab atas orang asing dan tidak ada kelebihan orang asing atas orang Arab, tidak ada kelebihan bangsa kulit merah atas bangsa kulit hitam dan tidak ada kelebihan bangsa kulit hitam atas bangsa yang berkulit merah kecuali hanya karena takwanya. Bukankah aku telah menyampaikan? Mereka menjawab:“Ya! Rasulullah Saw. sudah menyampaikan”.Beliau lalu bertanya: “Sekarang ini hari apa?” Mereka menjawab: “Hari Haram” Kemudian beliau bertanya lagi: “Bulan apa sekarang ini?” Mereka menjawab:”Bulan Haram”. Selanjutnya beliau bertanya pula: “Di bumi apa kita sekarang ini berada?“ Mereka menjawab: ”Di tanah Haram”. Beliau beersabda: “Sungguh Allah benar-benar telah mengharamkan darah dan harta kamu itu satu sama lain” Beliau bersabda: “Atau juga kehormatan dirimu bukan? Sebagaimana haramnya hari ini, bulanmu sekarang di tanah Haram kamu?”.
“Bukankah aku telah menyampaikan semua ini?” Mereka menjawab: “Rasulullah telah menyampaikan” Beliau bersabda: “Maka hendaklah siapa-siapa yang menyaksikannya sekarang ini menyampaikan kepada yang tidak hadir”!!!(HR. Ahmad hadis no.22391 dan 19774)
Hadis ini menyatakan bahwa seluruh umat manusia itu sama kedudukannya dalam hukum maupun dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga keadilan itu harus ditegakkan atas seluruh umat manusia siapapun juga(Lihat Al-Quran S.4 An-Nisa` 135, S.5 Al-Maidah 8)
Ad 3 Terwujudnya masyarakat yang penuh maslahah yang hakiki
Yang dimaksud dengan maslahah yang hakiki dalam kehidupan itu ialah tercukupinya kebutuhan hidup manusia secara universal, menurut pendapat para pakar ahli antropologi dan sosiologi kebutuhan hidup manusia secara universal itu ialah terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder dan integratip Menurut ahli hukum Islam kebutuhan hidup manusia secara universal itu ialah terjaminnya lima perlindungan atas 5 macam kebutuhan hidup, yaitu:
~ Terpenuhinya kebutuhan untuk menyembah kepada Tuhan
~ Terpenuhinya kebutuhan atas kelangsungan hidup nyawa manusia
~ Terpenuhinya kebutuhan kesehatan akal dan pengembangan akal pikiran
~ Terpenuhinya kebutuhan untuk pengembangan jenis dan anak keturunan
~ Terpenuhinya kebutuhan hak pemilikan atas harta .
2). Isi kandungan Al-Quran
As-Suyuthi (911H) dalam Al-Itqan menyatakan bahwa Kitabullah al ‘Aziz itu benar-benar memuat segala sesuatu. Dan sesungguhnya berbagai macam disiplin ilmu tentu ada dalilnya dalam Al-Quran, yang terkait dengan masalah baik itu soal makhluk hidup, alam luar angkasa maupun mengenai bumi, sejak apa yang ada di atas ufuk sampai segala sesuatu ciptaan Allah yang berada di alam ini. Di sisi lain Ath-Thabari menyatakan bahwa sesungguhnya Al-Quran itu meliputi segala sesuatu dan tidak terhingga keajaibannya. Dan ‘Abdul Majid ’Abdus Salam al-Muhtasib Al- Ghazali (505H), Ar-Razi (606H), Abul Fadlal al-Mursi (616H) ataupun Thanthawi (1339H) semua menyatakan hal yang senada dengan As-Suyuthi di atas.
As-Suyuthi dalam halaman tersebut mencatat lagi bahwa menurut Ibnul ‘Arabi (543H) bahwa Al-Quran itu mengandung tiga pokok masalah, yaitu tauhid, zikir dan hukum atau Akidah, Syari'ah dan Ahlaq.
3). Sifat dinamis, elastis, filosofis Al-Quran
Isi Al-Quran mudah diterima oleh akal yang sederhana sekaligus merupakan bahan pemikiran akal filosof
Ayat-ayat Al-Quran atau lafal dan kalimatnya dapat dibagi dua, yaitu Muhkam, Mutasyabih
a) Bagian yang Muhkam, yaitu suatu lafal atau ayat yang mempunyai arti yang gampang difaham, sangat jelas dan tegas sekali, bahkan tidak bisa diartikan lain, contohnya ialah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الشوري11)
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”(S.42 Asy-Syura 11)
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ(1)اللَّهُ الصَّمَدُ(2)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ(3)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (الاخلاص1-4)
Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"(S.112Al-Ikhlash1-4)
b) Bagian yang Mutasyabih, yaitu. Suatu lafal atau ayat yang mengandung arti lebih dari satu makna dan sangat sulit mencari makna yang dikehendaki. Contohnya ialah:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ(البقرة 228)
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”(S 2 Al-Baqarah 228).
Lafal Quru` mempunyai dua arti yang sama kuat, yaitu suci atau haid. Maka untuk menetapkan dan memilih artinya, seorang mujtahid harus berpikir dan mencari hujjah atau argumen dengan sangat tekun dan teliti.
Contoh yang lain:
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا (الفجر22)
Artinya:”Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris bersapsap” (S 89 Al- Fajri 22)
Ayat ini sangat mudah diterima oleh akal yang sederhana, tetapi sangat sulit diterima oleh kaum filosuf, sehingga ayat ini menjadi bahan pemikiran filsafat. Redaksi ayat 22 Al-Fajri begitu mudah diterima oleh mereka yang berpikir primitip-sederhana, yaitu dengan bayangan arti sebagai berikut: Konon dalam suatu upacara kebesaran suatu unit makhluk Tuhan, salah satu susunan acara dalam suatu upacara adalah acara berikut:
Tuan Inspektur datang, maka seluruh barisan disiapkan,
siaaaaaap grak!!!
Kandungan makna yang seperti inilah bahkan membuat pusing para filosuf kemudian menjadi bahan pemikiran filsafat. Dan ayat-ayat Mutasyabih ini memang menjadi mesin pendorong yang sangat kuat agar supaya akal umat Islam ini suka berpikir dan merenung sedalam-dalamnya.
Ternyata ayat-ayat yang Mutasyabih ini jumlahnya terlalu banyak berlipat ganda dibanding yang Muhkam. ‘Abdul Wahhab Khallaf dalam Ushul Fiqh-nya menghitung bahwa ayat yang dispekulasikan sebagai Muh}kam diperkirakan hanyalah 8% atau kira-kira 500 ayat saja, sisanya 92 % kira-kira 5736 ayat adalah Mutasyabih. Dari jumlah ini dapat disimpulkan bahwa Al-Quran itu menyuruh manusia untuk berpikir seribu kali. Dari dasar itu pulalah maka di sini dapat ditarik hikmah rahasia bahwa Al-Quran itu mendorong manusia ke kemajuan berpikir dan Al-Quran itu sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK). Faktor inilah yang membuktikan bahwa Al-Quran itu bersifat universal, berlaku sepanjang jaman dan tempat.
Berkaitan dengan ayat-ayat yang Mutasyabih yang sukar dimengerti maknanya bahkan menjadi hidangan pemikiran akal filosuf tersebut, lalu apakah faidahnya Allah menurunkan ayat yang sukar-sukar itu. Untuk ini maka Muhammad Yusuf Musa dalam Al-Quran wal Falsafatu mencatat analisa Hasan al Bishri (110H=728M) yang menyatakan yang artinya sebagai berikut:
“Allah tidak menurunkan ayat melainkan Dia ingin diketahui makna yang dimaksudkan”
Dari sisi lain timbul pula pertanyaan: “Apa sebab Allah menurunkan ayat-ayat Quran itu ada yang Muhkam ada yang Mutasyabih?” Apakah tidak sebaiknya yang Muhkam saja tidak usah dengan yang Mutasyabih? Dalam hal ini Yusuf Musa mencatat jawaban Ar-Razi yang menyatakan bahwa hikmah rahasia mengapa Al-Quran mengandung bagian yang bersifat Muhkam dan bagian yang bersifat Mutasyabih disana, sebabnya ialah untuk mengasah otak dan mendorong manusia berlomba mencari kebenaran, yang artinya sebagai berikut:
Artinya: ”Jika seandainya Al-Quran seluruhnya bersifat Muhkam, maka akan tercipta hanya satu aliran mdzhab pemikiran saja, penjelasannya hanya akan menyalahkan pihak di luar madzhab ini. Inilah faktor yang menyebabkan menjauhnya pendukung-pendukung madzhab aliran lain, mereka tidak suka menerima penjelasan itu dan tidak mau memperhatikannya”
@Muhammad ‘Abduh menambahkan bahwa banyaknya ayat-ayat yang bersifat Mutasyabih ini akan memberikan ketenangan hati kaum yang berpikir sederhana sekaligus menggugah akal pemikiran kaum cerdik cendekiawan dan para filosuf untuk menggali isi dan kandungan makna Al-Quran.
@ Harun Nasution dalam salah satu makalahnya menyatakan bahwa dengan besarnya angka jumlah ayat yang Mutasyabih berlipat ganda dibanding ayat yang Muhkam, sementara yang Muhkam identik dengan mutlak, sedang yang mutasyabih identik dengan relatif, maka di sana tersimpan hikmah rahasia yang sangat idial, yaitu:
1) Jika Al-Quran itu terlalu banyak ayat-ayat yang bersifat Muh}kam, keras dan mutlak, maka dampak akibatnya ialah bahwa Al-Quran dan agama Islam akan ditinggalkan oleh pemeluk-pemeluknya. Sebab segala masalah sudah dibatasi sangat ketat, tidak boleh berpikir tidak boleh mengemukakan pendapat pemikiran akal.
2) Jika Al-Quran itu di dalamnya demikian banyak ayat-ayat yang bersifat Mutasyabih terkandung di dalamnya arti-arti teks ayat Al-Quran yang memberi peluang alternatif yang menggerakkan semangat kemajuan berpikir itu maka penganut agama Islam akan merasa kerasan bahkan lebih mantap untuk tetap menganut agama Islam ini dengan Al-Quran sebagai kitab sucinya. Memang Al-Quran itu tidak memuat suatu keraguan sama sekali. Allah berfirman dalam Al-Quran:
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ (فصلت42)
Artinya: “Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” (S 41 Fushshilat 42)
BAB TIGA
Kitab-kitab diluar Islam
Masalah ke-3: Bagaimana jika Al-Quran dibandingkan dengan kitab suci lain? Jawab: Kitab suci lain itu sudah melalui jaman yang terlalu lama maka dokumentasinya tergilas oleh sejarah sehingga tidak meyakinkan kebenarannya.
1. Perbandingan dengan kitab Bibel
Bahasa Arab memang telah mendapat keistimewaan dari Allah mengalahkan seluruh bahasa di dunia ini dalam arti bahwa bahasa Arab yang dipergunakan oleh Al-Quran sebagai bahasa kitab suci, ternyata tetap dinamis, tetap dimengerti dan dapat difahami serta tetap hidup dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam masyarakat Islam sejak jaman Nabi Muh}ammad Saw. abad demi abad dari abad ke-vii Masehi sampai sekarang, Insya Allah sampai selama-lamanya. Keistimewaan bahasa Arab mengalahkan seluruh bahasa di dunia ini dicatat oleh ustadz Bey Arifin dalam bukunya yang berjudul: Bey Arifin kontra Yusuf Roni sebagai berikut:
Coba saudara selidiki bahasa dalam sejarah dunia, tidak ada satu bahasapun di dunia yang tidak berobah selama 14 abad, abad pertama sampai sekarang 1400 tahun lebih, kecuali bahasa Arab.
Bahasa Inggris yang saudara puji, apabila saudara membaca bahasa Inggris seribu tahun yang lalu, pasti saudara tidak mengerti lagi. Demikian pula bahasa Belanda, kalau saudara membaca buku bahasa Belanda yang ada di Jakarta yang berumur 450 tahun itu, pasti saudara tidak mengerti lagi. Sebab bahasa Belanda yang dahulu itu berbeda sekali dengan bahasa Belanda yang sekarang ini. Demikian pula bahasa-bahasa Prancis, Italia. Bahkan bahasa Indonesia sendiri selama 60 tahun saja sudah berubah dan sudah terasa asing sekali kita membacanya. Tambahnya lagi beliau menyatakan sebagai berikut:
Maaf kalau diumpamakan N.Musa atau Yesus lahir ke dunia sekarang lalu berpidato di hadapan kaum Yahudi atau Nasrani, maka tidak seorangpun yang mengerti. Tetapi kalau N. Muh}ammad Saw. muncul lagi di permukaan bumi ini lalu berpidato, maka ada 300 juta sampai 1,2 milyar manusia akan mengerti bahasa yang diucapkan beliau itu, salah satunya ialah umat Islam Indonesia. Demikian catatan Bey Arifin.
Dari sisi lain makin bertambah-tambahlah iman kita dengan keyakinan penuh yaqi>n haqqul yaqi>n bahwa agama Islam adalah agama yang benar dari Allah, lebih dari itu maka Al-Quran itu telah menjadi mukjizat bukan hanya untuk Nabi Muh}ammad Saw. saja, tetapi bahkan menjadi mukjizat bagi umat Islam dengan bahasa Arabnya yang tetap hidup dapat difahami oleh umat manusia sepanjang sejarah jaman selama-lamanya. Sedangkan disisi lain banyak sekali bahasa-bahasa kuno yang sudah lenyap atau sudah tidak dapat dimengerti lagi oleh umat manusia jaman sekarang, misalnya seperti bahasa Jowo Kuno, bahasa Ibrani purba, bahasa Aramia, bahasa Phunisia demikian nasib bahasa-bahasa jaman dahulu kala.
Sebagai perbandingan dapat dikemukakan disini sejarah Kitab Taurat dan Injil atau yang disebut dengan Bibel, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu:
a~ Kitab Taurat
Kitab Taurat, merupakan sebagian dari Kitab Perjanjian Lama. Dan gabungan dari Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru disebut Kitab Bibel. Asli Kitab Taurat dari Nabi Musa ditulis dalam bahasa dan huruf Ibrani Purba. Kitab yang asli terbakar di jaman Nebukadnezar Raja Babilonia tahun 597 SM. Kemudian tahun 457 SM kitab itu ditulis kembali oleh `Uzair menurut ingatannya, ditulis dalam bahasa dan huruf Kildania. Selanjutnya tahun 250 SM Ptolemus Philadelphus menterjemahkan kitab Uzair ini kedalam bahsa Yunani. Terjemah Kitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani dinamakan Septuaginta. Tulisan `Uzair sendiri tahun 170 SM dibakar oleh Antioks Raja Syria, krmudian pemburuan dan pelenyapan kitab suci ini dilakukan oleh Titus Kaisar Romawi.
Kemudian naskah kitab Septuaginta ini dirusak oleh para penulis Nasrani, dalam pertentangannya dengan kaum Yahudi sebagai akibat dari perceraian Jemaat Nasrani dan lahirnya agama Kristen. Perceraian ini berlarut-larut sampai abad ke-ix Masehi Terakhir Aquilo dari Pontas menyempurnakan kitab di atas selesai abad ix, disebut Masurah. Sedangkan pihak Nasrani oleh Hyronimus (385M) dari pihak gereja Kristen menggubah Kitab Perjanjian Lama kedalam bahasa Latin. Dari sini disusun menjadi apa yang dinamakan Volgata dan dalam Konsili di Trente 8 April 1546M kitab ini disahkan sebagai Kitab Suci Resmi Gereja Roma Katholik dan haram untuk diterjemahkan lagi. Untuk Gereja Protestan masih tetap giat dilakukan penterjemahan ke dalam bahasa apa saja yang diperlukan.
b~ Kitab Injil
Kitab Injil merupakan bagian dari Kitab Perjanjian Baru sedangkan Kitab Perjanjian Baru itu terdiri dari Injil yang 4, yaitu: Matius, Lukas, Markus dan Jahya serta 22 Surat-surat Paulus, Yahya, Petrus, Yakup,dan Yahuda.
Menurut pandangan Islam Injil itu ialah kitab suci Nabi ‘Isa, isinya ialah wahyu Allah kepada Nabi ‘Isa sebagai utusan Allah. Tetapi kenyataannya maka Injil- Injil tersebut berisi riwayat hidup Nabi ‘Isa sejak lahir sampai wafat. Injil-Injil itu ditulis lama sesudah wafat Nabi ‘Isa, yaitu antara tahun 68 sampai 98 Masehi., kemudian Injil yang 4 itu ditetapkan sebagai Kitab Suci pada tahun 325M dalam Konsili di Nikea. Ensyclopaedia Americana mencatat tidak kurang dari 47 Injil dan Surat Suci lain yang tidak disahkan oleh Konsili itu. Encyclopaedie Katholieke mencatat bahwa semua Injil dan Kitab Suci dalam Perjanjian Baru itu aslinya tidak ada.
Tafsir Al-Manar mencatat adanya pergeseran makna dari terjemah ke terjemah baru, misalnya dari istilah Yunani Periclutos menjadi Paracletos diterjemah ke dalam bahasa Arab Mu’azziyun, diterjemah ke dalam bahasa Indonesia menjadi Penghibur, diubah dan bergeser menjadi Penolong. Akan diganti-ganti dengan makna yang mana lagi terjemah-terjemah semua itu, padahal aslinya memang sudah tidak ada lagi???
1. Kitab Suci agama di luar Islam
Para ulama membagi agama itu menjadi agama Samawi atau agama Monoteisme dan agama Ardhi atau agama Budaya.
Agama langit mempunyai 6 ciri, yaitu:
i) Disiarkan oleh nabi ata rasul utusan Tuhan (S.2a151)
ii) Mempunyai kitab suci yang dibawa oleh nabi atau rasul utusan Tuhan (S.42a17);
iii) Sistem kehidupan takluk dan mengarah kepada sistem dalam agama(s17a 81)
iv) Mentalitas penganutnya tidak dapat mengubah agama, tetapi agama mengubah mentalitas penganut itu(S.23a71);
v) Kebenaran prinsip agama tidak luntur oleh kritik akal karena agama Samawi tidak bertentangan dengan akal(S2a 147);
vi) Konsep agama serba monoteis, serba esa (S.112a1-4).
Dari fakta itu maka memang terbukti bahwa Al-Quran itu mukjizat dari Allah, tidak mungkin makhluk manusia mampu membuat kitab suci seperti Al-Quran itu. Lebih ajaib lagi ialah bahwa Al-Quran itu ialah yang berbahasa Arab, jika ada yang mirip-mirip yang tidak menggunakan bahasa Arab bukanlah Al-Quran, mungkin terjemah mungkin tafsirnya. Bahasa Arab Al-Quran itu adalah bahasa Arab masa Jahiliyah ratusan tahun sebelum Muhammad dibangkitkan menjadi nabi. Ternyata bahasa Arab Al-Quran itu sampai sekarang masih segar dapat dibaca mudah difahami menjadi bahasa yang hidup dan Insya Allah hidup terus sampai Hari Kiamat. Berbeda sekali dengan bahasa-bahasa Kitab suci agama selain Islam, bahasa yang dipergunakan oleh kitab suci agama di luar Islam itu adalah bahasa jaman purba yang sudah mati, tidak bisa dibaca lagi, orang tidak dapat memahaminya sama sekali, sehingga setiap jaman kitab suci itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa sama-sama bahasa, misalnya dafri bahasa Inggris ke dalam bahasa Inggris juga yang hidup untuk jaman yang bersangkutan. Prof.DR. Hamka pada tahun 1952 melihat sendiri hasil kerja panitya penterjemah Kitab Bibel bahasa Inggris jamannya King James 1612M, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun periode 1952 di Yale University-Amerika, disamping kitab-kitab Bibel yang berusia 200 thun- 600 tahun bahkan 800 tahun. Penterjemahannya dilakukan dengan stem-an suara, jika dijumpai kemusykilan, maka jumlah suara yang besar dinyatakan menang, biar salah-pun jadilah dianggap suci, tidak ambil pusing. Kepada buku Prof Hamka Pelajaran Agama Islam (1961,h.164) ini dapat ditambahkan bahwa dampak akibat wafatnya suatu bahasa kitab suci, maka jika dibuat kamus bahkan Encycolpedinya, maka buku-buku ini harus dirombak total diselaraskan dengan bahasa dari bahasa yang sudah mati ke dalam bahasa yang hidup.

…………………….…………-=o0o=-………………………….………
(*) Hubungi kami di : http://imam-muchlas.blogspot.com
ketik kirim kepada: h.imam.muchlas @gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Ke-

About Me

Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates