I
QS 109:6
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku
Ada
berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog
Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah
adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama
Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan,
yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama
Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram
Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity
and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen
dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan
bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara
spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah.
Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas
dan membawa kedamaian.
Ada yang
menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir,
seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik
(Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh,
Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula
yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan
agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh
orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi
rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain
lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di
bawah ini.
Agama
bumi dan agama langit.
Dr. H.M.
Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan
tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama
alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan
manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha.
Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun
Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai
berikut:
“Sebenarnya
agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya
adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak
kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang
abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga
agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya
kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali.
Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu
sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang
ironis saja diberi nama agama.” 1)
Samawi
artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk
di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan
judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas
menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini
dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam,
tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan
dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim,
Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama
sebelumnya (Torah dan Injil).
Bila
Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama,
pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan,
apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit
demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan
kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan
disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi
ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan
ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda.
Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku
Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah
seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat
menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang
setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan
orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan
yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan
karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan
pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan
pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam,
tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain,
seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi
berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka
yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat
karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam,
Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi
sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh
yang paling dibencinya.
Jadi
jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima
oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa
dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan
malaikat dan jinnya.
Pengakuan
terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal
pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian
atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang
berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu
kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi
disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian
Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan
bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an?
Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain,
yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis
kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian
agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya
tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing
agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada
“agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang
berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para
malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk
antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya
matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah
sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang
bermukim nun jauh di langit.
Dalam
pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan
(imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu
Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan
ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia
ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak
Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal
ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir
dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi
langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari
segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi
masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit
lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya
merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari
agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran
dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar
mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan
“supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang
memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai
pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia,
dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang,
penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah
wahyu
Apakah
wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia
melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses
penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara
kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan
kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci.
Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah
kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan?
Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu
dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari
kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci
agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang
diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut
adalah beberapa contoh.
Pertama,
kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci
kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak
stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang
tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan
sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang,
karena gempat.
Kedua,
kontradiksi-kontradiksi.
Banyak
terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci
agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai
bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang
hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama
Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin
dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh
lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap
Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang
menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga,
kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam
kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang
kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang
(wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan).
Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya
sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan
Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha
Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab
mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat,
ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam
kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran
tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun
keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir,
Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian
terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian
terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir
secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu
kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda,
yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah
akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana
mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu
kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan
kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau
syaitan).
Di
samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam
dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah
berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat,
kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama
Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda
tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus
dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran
dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami
Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan
Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan
AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada
kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci
ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan
dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia
menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan
perang dan dengan menanam bibit perselisihan.
Apa yang
dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama
lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad
sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Kesimpulan.
Tidak
ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap
orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan
agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam
agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu
dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan
proselitasi mereka.
Di
samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi
apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat
dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab
suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan,
seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan
hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?
Penggolongan
agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap
arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang
akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan
dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa
tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu
kebencian, hasilnya adalah kekerasan.
Melihat
berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang
penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan,
tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah
buatan manusia.
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi
ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun
ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama
Abrahamik dan agama Timur.
(Ngakan
Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).
Catatan kaki:
I). Prof
. DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit
Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2).
Lihat Karen Amstrong : A History of God
3).
Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid
hal 720.
40. wahyu
Apa
jaman itu berubah atau jaman dirubah?
Apa
Agama itu harus disesuaikan dengan akal manusia?
atau
Akal Manusia harus disesuaikan dengan Agama?
disamping
katanya ada ayat yang “meyesatkan”: ada juga yang ilmiah dan Al Quran dan
hadist:
-.
Contoh pengobatan Bekam,
Pengobatan
yang murah,sehat dan tokcer.
- Nabi
pernah membelah bulan dengan telunjuk . (Atas ijin ALLAH),
Terbukti
oleh peneliti Amerika, Menurut mereka bahwa bulan pernah terbelah
beberapa
ratus yang lalu pernah terbelah.
- Makan
sehat ala rasul, dengan menggunakan jari tanpa sendok
lebih
sehat karena di jari2 itu mengandung Enzim
- Tidur
sehat ala rasul, menurut penelitian bisa mengembalikan susunan saraf dan
pencernaan.
-
Manfaat dari gerakan sholat dan wudlu
( lihat
bukunya dr.Sagiran MKes dalam bukunya; Mukjizat gerakan sholat)
-
diJilat anjing, Harus dibersihkan dengan 1 kali dengan tanah tujuh kali dengan
Air,
fungsinya
tanah untuk membunuh kuman rabies, karena tanah mengandung zat silika, yang
bisa membunuh kuman. Pembuktian nya oleh ilmuwan pasteur.
dengan
menemukan silika. dialam tanah banyak terkandung zat silika.
- Lautan
tidak akan bersatu, karena adanya sekat diantara masing2 lautan tersebut.
sudah
ada pembuktian dari peneliti di sono,
-
didalam laut ada air tawar, sudah disebutkan Alquran. dan sudah dibuktikan oleh
peneliti discovery, bahkan katanya orang ini jadi muallaf.
- dan
banyak lagi.
0 komentar:
Posting Komentar